Regional

Lakut IPPNU DIY Bersama Prof Euis: Bongkar Bias, Teguhkan Peran Perempuan Muda NU

Kamis, 15 Mei 2025 | 09:00 WIB

Lakut IPPNU DIY Bersama Prof Euis: Bongkar Bias, Teguhkan Peran Perempuan Muda NU

Lakut PW IPPNU Yogyakarta di Pondok Pesantren Nurul Ummah 2, Kulon Progo, Jumat hingga Senin (9–12/5/2025).

Yogyakarta, NU Online Jateng

Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan Latihan Kader Utama (Lakut) di Pondok Pesantren Nurul Ummah 2, Kulon Progo, Jumat hingga Senin (9–12/5/2025).


Ketua PW IPPNU DIY, Filzah Lina Rohmatina, menyampaikan bahwa Lakut kali ini mengangkat tema Empowering Mind, Building Progressive Organization sebagai upaya mencetak kader pemimpin perempuan muda NU yang kritis, adaptif, dan visioner.


“Lakut PW IPPNU kali ini bertemakan Empowering Mind, Building Progressive Organization, yang mengandung semangat untuk menumbuhkan kader dengan pola pikir yang berdaya dan kritis, serta membangun organisasi yang terus bergerak maju, responsif terhadap tantangan, dan berpihak pada nilai-nilai progresif,” ungkap Filzah saat pembukaan.


Terdapat 11 materi wajib dalam kegiatan tersebut. Salah satu yang menjadi sorotan adalah Studi Gender III bersama, Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Euis Nurlaelawati. Materi ini menggali secara mendalam perihal perbedaan, relasi, dan konstruksi sosial antara laki-laki, perempuan, serta identitas gender lainnya.


“Laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Yang membedakan bukan jenis kelaminnya, tetapi akhlaknya. Identitas gender pun bukan semata-mata persoalan biologis, melainkan dibentuk oleh konstruksi sosial dan budaya,” ujarnya.


Ia menegaskan pentingnya memahami identitas gender sebagai upaya mengkritisi ketimpangan dan mendorong kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pandangannya, kepemimpinan tidak semestinya dibatasi oleh jenis kelamin.


“Seorang pemimpin selalu dikatakan seorang laki-laki, tetapi seorang pemimpin itu harus seseorang yang mumpuni. Kepala keluarga tidak selalu seorang laki-laki, apabila laki-laki itu tidak mumpuni,” terangnya.


Sesi tersebut juga menghadirkan diskusi ringan terkait tokoh-tokoh perempuan NU yang berjasa dalam perjuangan kesetaraan gender, seperti Nyai Hj Siti Walidah, Khofifah Indar Parawansa, hingga tokoh muda NU saat ini. 


Studi Gender III dalam Lakut ini bukan sekadar ruang belajar, namun juga menjadi ruang penguatan nilai dan semangat gerakan. Dengan pendekatan progresif dan berlandaskan Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah, kader IPPNU DIY meneguhkan komitmennya untuk menjadi bagian penting dalam perjuangan kesetaraan dan keadilan sosial berbasis nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.