• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 30 April 2024

Regional

Kuatkan Wawasan Kebangsaan, Ika PMII Jateng Gelar FGD di Purworejo

Kuatkan Wawasan Kebangsaan, Ika PMII Jateng Gelar FGD di Purworejo
FGD Ika PMII Jawa Tengah bertema Memperkokoh Demokrasi dan Persatuan Bangsa Menjelang Pemilu 2024 di IAI An-Nawawi, Purworejo. (Foto: istimewa).
FGD Ika PMII Jawa Tengah bertema Memperkokoh Demokrasi dan Persatuan Bangsa Menjelang Pemilu 2024 di IAI An-Nawawi, Purworejo. (Foto: istimewa).

Purworejo, NU Online Jateng
Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Alumni (Ika) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Tengah menggelar tur Seminar dan Forum Group Discussion (FGD) Penguatan Wawasan Kebangsaan yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Institut Agama Islam (IAI) An-Nawawi Berjan, Purworejo.


Hadir mengisi materi sejumlah narasumber yang kompeten pada bidangnya. Antara lain anggota DPRD Jateng dari PKB dan PPP, Muhammad Hendri Wicaksono dan Muhammad Ngainirrichadl.


Selain dari senior yang aktif berpolitik juga menghadirkan senior yang berprofesi sebagai dosen sejarah, politik, dan studi agama dari Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen Mustholih dan Zaenal Arifin pengiat Pemilu dari Kota Semarang.


Dalam kesempatan itu, Hendri Wicaksono mengingatkan pentingnya Pemilu demi keberlangsungan demokrasi sekaligus regenerasi kepemimpinan di Indonesia.


Dia lantas menerangkan, jika Nusantara pada zaman kerajaan, sebuah negara yang dikuasai seorang raja tidak bisa melakukan pergantian kepemimpinan yang ideal, karena sistem pewarisan tahta hanya bisa dilakukan di lingkungan keluarga penguasa saja.


"Iya kalau penerusnya bagus dalam memimpin. Kalau penerusnya jelek kan kasihan rakyatnya. Banyak kisah sejarah yang menceritakan saat kerajaan sudah maju malah jadi ambruk gara-gara penerusnya jelek," paparnya.


Selain itu, Hendri juga menjelaskan kekurangan lain dari sistem kerajaan, yakni jika pihak oposisi ingin mengganti kekuasaan, pasti harus melakukan pemberontakan atau perang.


"Pasti perang kalau oposisi mau mengganti kekuasaan. Karena nggak ada pemilu, nggak ada demokrasi," tutur Hendri.


Senada, Muhammad Ngainirrichadl dalam paparannya mengatakan, pemilu dinilai penting lantaran untuk memastikan kebutuhan seluruh rakyat bisa terpenuhi. Setidaknya suara rakyat didengar. "Ya karena semua rakyat dilibatkan dalam penyelenggaraan," terangnya.


Richadl menegaskan, pemilu meniscayakan semua kelompok dan masyarakat bisa mengawal kebijakan pemerintah. "Dari situ kita bisa mengawal kebijakan pemerintah supaya tidak menyeleweng," ungkapnya.


Zaenal Arifin dalam kesempatan itu mengingatkan, generasi muda sekarang harus melek pemilu. Artinya jangan sampai kalangan muda tidak tahu berbagai proses pemilu dan pesta demokrasi yang ada.


"Tahapan-tahapan yang ada di pemilu bisa kita akses melalui banyak informasi baik itu di media KPU atau informasi lainnya. Jangan sampai pada saatnya kita tidak ikut berpartisipasi dalam pesta ini, karena satu suara kita sangat menentukan masa depan bangsa ini," ujarnya.


Pemateri terakhir Mustholih mengatakan, dalam keadaan kacau negara lebih baik dipimpin pemimpin dhalim daripada tidak ada pemimpin sama sekali. "Karena kalau tidak ada pemimpin, kekacauan tidak akan bisa diredam, itulah pentingnya pemilu," tutupnya. 


Acara yang bertema 'Memperkokoh Demokrasi dan Persatuan Bangsa Menjelang Pemilu 2024' tersebut berlangsung pada Ahad (27/8) kemarin. Kegiatan berlangsung dengan menarik karena munculnya berbagai tanggapan dan pertanyaan kritis dari sejumlah kader NU. 


Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat


Regional Terbaru