• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Regional

Gusdurian Demak Ulas Kembali Tulisan 'Islam, Kaset, dan Kebisingannya'

Gusdurian Demak Ulas Kembali Tulisan 'Islam, Kaset, dan Kebisingannya'
Diskusi Gusdurian Demak membahas persoalan SE Menag dalam konteks tulisan Gus Dur (Dok. Samsul/ NU Online Jateng)
Diskusi Gusdurian Demak membahas persoalan SE Menag dalam konteks tulisan Gus Dur (Dok. Samsul/ NU Online Jateng)

Demak, NU Online Jateng
Komunitas Gusdurian Kabupaten Demak menggelar diskusi Ngopi Gusdurian dengan mengangkat kembali tulisan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berjudul Islam, Kaset dan Kebisingannya di Pendopo Widjil, Kadilangu, Demak, Ahad (6/3).

Diskusi tersebut menhadirkan Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah Fahsin M Fa'al. Dalam pemaparannya, Fahsin mengajak peserta diskusi untuk membaca Surat Edaran Menteri Agama (SE Menag) No 05 Tahun 2022 dalam perspektif Gus Dur.

"Ada dua pembahasan, yang pertama syiar dalam kebudayaan dan yang kedua bagaimana ketika syiar tersebut diatur ke dalam hukum negara," terang Fahsin.

Penggerak Gusdurian Demak itu menceritakan, dalam artikel Gus Dur tersebut, ditulis pada tahun 1982. Sepulang dari Baghdad kemudian mengajar madrasah di Tambak Beras, aktivitasnya setelah mengajar kembali ke kamar untuk membaca, begitu seterusnya.

Dalam suatu kesempatan Gusdur didatangi Kiai Fatah. Kemudian Kiai Fatah berkata kepada Gus Dur. "Gus, kalau di NU, iku ora iso nak mung cukup nganggo akal, kudu nggowo ati," ujar Fahsin menirukan ucapan Kiai Fatah kepada Gus Dur.

Dan salah satu kegelisahan Gus Dur, lanjut Fahsin, yang kemudian banyak dibicarakan hari ini yaitu tentang 'Islam, Kaset, dan Kebisingannya'. Gus Dur gelisah dan menggambarkan itu.

"Bahwa mengaji, ada tahrim kemudian ada adzan jam 12 malam dan seterusnya itu tidak masalah. Tetapi menjadi masalah, ketika berbenturan kepada kenyamanan orang lain, karena beliau tipikal pembela kemanusiaan yang sejati. Substansinya adalah Islam itu memang syiar, namun ketika mengganggu orang lain itu menjadi problem," tegas Fahsin yang juga sebagai Pengasuh Pesantren Kiai Gading Mranggen, Demak.

Fahsin memberikan contoh, ketika putri Abu Lahab melaporkan kepada Rasulullah, tentang ketidaknyamannya ketika para sahabat membaca surah Al-Lahab dalam shalat jamaah. Kemudian Rasulullah menganjurkan para sahabat, agar tidak membaca surah Al-Lahab saat putri Abu Lahab menjadi makmum.

"Itu adalah salah satu bentuk toleransi dari Rasulullah untuk menghargai orang lain," ucapnya.

Fahsin menambahkan, semangat dan spirit SE Menag itu adalah spirit untuk menghargai toleran. Tidak hanya terhadap agama lain, tapi toleran terhadap umat Islam itu sendiri. Karena menurut Gus Dur, dalam artikel atau tulisan itu adalah tentang betapa kita itu bising dengan suara pengeras suara, bukan soal adzan apalagi ngajinya.

"Semata-mata bahwa ini adalah bentuk toleran kita, reformasi itu sebenarnya adanya kebebasan pasca-Orde Baru, tetapi kebebasan itu jangan mengganggu kebebasan orang lain dong, kan gitu," ucapnya.

Selain Fahsin, panitia kegiatan diskusi juga menghadirkan narasumber Ketua PC GP Ansor Demak M Nurul Muttaqin. Turut hadir dalam acara tersebut perwakilan dari Yayasan Sunan Kalijaga, Klenteng Demak, serta perwakilan dari Banom NU di Demak.

Kontributor: Samsul Maarif
Editor: Ajie Najmuddin


Regional Terbaru