Regional

Api Unggun Aswaja Menjadi Simbol Semangat Santri Pesantren Ramadhan di Brebes

Kamis, 27 Maret 2025 | 16:30 WIB

Api Unggun Aswaja Menjadi Simbol Semangat Santri Pesantren Ramadhan di Brebes

Upacara Api Unggun Aswaja di halaman Masjid Jami' Baiturohim Wanasari Brebes.

Brebes, NU Online Jateng 

Kegiatan Pesantren Ramadhan yang digelar di Masjid Jami Baiturohim, Jagalempeni Selatan, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, resmi ditutup dengan upacara Api Unggun Aswaja pada Selasa malam (25/3/2025). Acara yang berlangsung selama lima hari ini dihadiri oleh seluruh santri Pesantren Ramadhan, pembimbing, serta beberapa anggota pimpinan ranting Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jagalempeni, yang turut berperan sebagai petugas dalam upacara tersebut.

 

Upacara yang dilaksanakan di halaman samping masjid ini memiliki makna yang mendalam, dengan api unggun yang terus menyala sebagai simbol semangat belajar yang tak boleh padam. Dalam amanatnya, Akhmad Sururi, inisiator Pesantren Ramadhan yang juga alumni Lirboyo Kediri, menyampaikan pesan penting kepada seluruh santri yang hadir. Menurutnya, meskipun kegiatan Pesantren Ramadhan sudah berakhir, semangat untuk terus menuntut ilmu agama Islam harus tetap berkobar. “Hari ini kita harus bersyukur karena telah menyelesaikan kegiatan ini, namun belajar ilmu agama Islam adalah kewajiban yang tidak boleh berhenti,” ujar Sururi.

 

Dirinya juga menekankan pentingnya menjaga semangat belajar dan berkarya demi kemajuan bangsa. “Api unggun yang terus membara ini adalah simbol semangat yang harus tetap hidup dalam jiwa kita semua. Sebagai generasi bangsa, kita harus dibekali dengan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu agama Islam,” tambahnya.

 

Dalam kesempatan itu, ia mengingatkan para santri agar berpegang teguh pada ajaran Ahlussunah Wal Jamaah An Nahdliyah. "Ikrar Santri Pesantren Ramadhan adalah janji nurani kita untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman yang moderat dalam kehidupan beragama dan berbangsa," tegasnya. 

 

Menurutnya, selain memperdalam ilmu agama, para santri juga harus menanamkan akhlakul karimah dalam diri mereka, khususnya dalam berinteraksi dengan orang tua dan guru.

 

Saat api unggun menyala di hadapan mereka, para santri dengan khidmat mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan oleh Sururi. Ia juga menekankan pentingnya semangat kebangsaan, dengan menyerukan agar para santri setia dan patuh terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Sebagai anak bangsa, kita harus mencintai dan menjaga negara kita,” katanya dengan tegas.

 

Tak hanya itu, Sururi juga mengingatkan agar santri segera pulang dan menemui orang tua mereka untuk memohon maaf, khususnya kepada ibu, serta meminta doa restu. Ia mengajak semua yang hadir untuk memanfaatkan momentum akhir Ramadhan 1446H untuk berdoa dan memohon ampunan kepada Tuhan.

 

Acara ditutup dengan renungan akhir Ramadhan yang dipimpin oleh Sururi. Dalam sesi muhasabah tersebut, seluruh peserta diajak untuk melakukan refleksi diri dan memperbaiki diri menuju masa depan yang lebih baik. Dengan hati yang jernih dan tekad yang kuat, mereka diharapkan bisa menggapai kesuksesan dalam hidup dan terus menjaga semangat belajar agama sepanjang hayat.