Di Era Digital, Pesantren Butuh Penguatan Literasi Teknologi dan Humaniora
Sabtu, 2 Agustus 2025 | 08:00 WIB
EKO PRIYANTO
Kontributor
Boyolali, NU Online Jateng
Dalam upaya memperkuat eksistensi pondok pesantren di tengah tantangan era digital dan pergeseran sosial masyarakat, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menggelar kegiatan Silaturahmi Sambang Pesantren putaran bulan Juli 2025, bertempat di Pondok Pesantren Ummul Qurok, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
Sekretaris RMI PCNU Boyolali, Kiai Darmaji, menjelaskan bahwa agenda sambang pesantren dikemas dalam bentuk halaqah yang menjadi tradisi diskusi khas lingkungan Nahdlatul Ulama. Halaqah tersebut dibagi menjadi empat sesi, yakni halaqah pengasuh pesantren, halaqah pengurus RMI Boyolali bersama RMI PWNU Jateng, halaqah antarpengurus pondok pesantren, dan halaqah motivasi untuk santri.
“Halaqah-halaqah ini menjadi ruang bersama untuk menyampaikan pandangan, tantangan, dan peluang pengembangan pondok pesantren di era kekinian,” ungkapnya saat ditemui NU Online Jateng pada Jumat (1/8/2025).
Dalam halaqah tersebut mengemuka sejumlah persoalan krusial, di antaranya tentang kebijakan pemerintah daerah yang menerapkan lima hari sekolah, yang secara langsung berdampak pada jumlah santri baru. Banyak pondok pesantren dilaporkan mengalami penurunan jumlah santri pada tahun ajaran 2025.
“Pesantren sekarang kurang diminati. Salah satunya karena kebijakan lima hari sekolah membuat waktu anak-anak lebih banyak di rumah. Banyak orang tua juga belum melihat pesantren sebagai kebutuhan utama,” terang Kiai Darmaji.
Lebih jauh, diskusi juga menyoroti sejumlah problem internal di lingkungan pesantren, seperti rendahnya penguasaan media sosial dan teknologi informasi, kasus bullying, kekerasan fisik dan seksual, serta lingkungan yang belum sepenuhnya ramah anak.
“Pesantren masih gagap teknologi, kurang mampu memanfaatkan medsos untuk dakwah, branding, maupun promosi. Selain itu, masih banyak pesantren yang belum memiliki sistem perlindungan anak yang baik,” tambahnya.
Dari hasil evaluasi, peserta halaqah sepakat bahwa penguatan kapasitas digital dan wawasan humaniora menjadi langkah penting untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut.
Humaniora dimaknai sebagai pendekatan keilmuan yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan, etika, dan tanggung jawab sosial dalam membina santri dan pengelolaan lembaga pesantren.
“Humaniora sangat penting agar pesantren tidak hanya mencetak santri yang cakap ilmu agama, tapi juga memiliki kepekaan sosial dan nilai moral yang tinggi. Di sisi lain, kemampuan menguasai teknologi informasi menjadi kebutuhan dasar di era milenial,” tegasnya.
Melalui Silaturahmi Sambang Pesantren ini, yang digelar Senin (14/7/2025) tersebut diikuti oleh jajaran RMI PWNU Jawa Tengah, RMI PCNU Boyolali, pengurus PWNU Jateng, serta para pengasuh pondok pesantren se-Kabupaten Boyolali di bawah naungan RMI.
Terpopuler
1
Staf Ahli Bidang Transformasi Digital Kementerian P2MI Himbau Kerja ke Luar Negeri Jangan Non Prosedural
2
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Bahayane Ngedohi Ulama
3
Targetkan Juara Umum, Pati Kirim 264 Peserta di Porseni Madrasah Jateng 2025
4
Khutbah Jumat Berjudul Bahayanya Menjauhi Ulama
5
Mulai Hari Ini, Berikut Aturan Pemasangan Bendera Merah Putih untuk HUT RI ke-80
6
STAIKAP Pekalongan Jalani Asesmen Lapangan BAN-PT, Targetkan Akreditasi Unggul dan Beralih Menjadi Institut Tahun 2028
Terkini
Lihat Semua