Pendidikan Tinggi

FGD Harmoni Kemanusiaan dan Lingkungan di UIN Gus Dur: Kolaborasi Lintas Iman untuk Masa Depan Berkelanjutan

Senin, 9 Desember 2024 | 11:00 WIB

FGD Harmoni Kemanusiaan dan Lingkungan di UIN Gus Dur: Kolaborasi Lintas Iman untuk Masa Depan Berkelanjutan

FGD UIN Gus Dur dan Gusduriandi Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Kampus 2 UIN Gus Dur, pada Sabtu (7/12/2024).

Pekalongan, NU Online Jateng

Universitas Islam Negeri KH Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Harmoni untuk Kemanusiaan dan Lingkungan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Pre-Event Bali Interfaith Movement (BIM). Kegiatan ini berlangsung di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Kampus 2 UIN Gus Dur, pada Sabtu (7/12/2024).


Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara UIN Gus Dur dan komunitas Gusdurian, bertujuan menghasilkan rekomendasi untuk dibawa pada perhelatan BIM di Bali pada 13-15 Desember 2024. 


Dalam sambutannya, Rektor UIN Gus Dur Prof Zaenal Mustakim menyoroti pentingnya menjaga harmoni dengan alam. Ia menegaskan bahwa kerusakan lingkungan, seperti banjir rob yang melanda Pekalongan, adalah akibat ulah manusia yang mengabaikan keseimbangan lingkungan. 


"Banjir terjadi karena melupakan harmoni terhadap lingkungan," ujarnya. 


Ia pun mencanangkan program penanaman pohon oleh mahasiswa baru UIN Gus Dur sebagai langkah konkret merawat bumi.


Senda dengan itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Gus Dur Prof Maghfur mengingatkan, manusia kini berada di ambang waktu kritis untuk menyelamatkan planet dari kerusakan. 


“Jika tidak bertindak sekarang, dalam 10-15 tahun ke depan, Pekalongan bisa tenggelam,” katanya. Ia menekankan pentingnya menjadikan agama sebagai panduan menjaga kelestarian alam.


Sementara itu, Ketua BKSGK Pekalongan Dwi Argo Mursito mengajak umat Kristiani melakukan pertobatan ekologis dengan berhenti merusak dan mulai merawat alam sebagai bagian dari tanggung jawab moral. 


"Manusia harus memelihara, bukan mendominasi lingkungan," ucapnya. Ia juga mengimbau Gereja untuk berperan aktif dalam advokasi lingkungan dan mempromosikan gaya hidup berkelanjutan.


Perwakilan Institut Studi Islam Fahmina KH Marzuki Wahid menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan harmoni lingkungan. Ia menyoroti keserakahan industri sebagai salah satu penyebab utama kerusakan alam. 


“Industri harus diajak berkontribusi, bukan hanya kita yang menjadi pemadam kebakaran ketika lingkungan rusak,” tuturnya.


Diskusi ini diikuti oleh berbagai pihak, termasuk sivitas akademika UIN Gus Dur, komunitas Gusdurian, tokoh lintas agama, Dinas Lingkungan Hidup, NU, Muhammadiyah, komunitas peduli lingkungan, hingga budayawan. Peserta dibagi dalam kelompok lintas sektor untuk membahas strategi kolaborasi menangani dehumanisasi dan kerusakan lingkungan.


Acara ditutup dengan penyalaan 17 lilin SDGs dan deklarasi komitmen menjaga kemanusiaan serta kelestarian lingkungan.