• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 23 April 2024

Opini

Menyoal Kepemimpinan Perempuan

Menyoal Kepemimpinan Perempuan
Foto: Ilustrasi (nu online)
Foto: Ilustrasi (nu online)

Sejarah telah mencatat bahwa di beberapa negara di belahan dunia pernah melahirkan dan dipimpin oleh sosok pemimpin perempuan. Torehan gemilang telah membawa sejarah untuk biasa mengingat bahwa perempuanpun bisa memimpin dengan baik, dibuktikan dengan hasil kerja keras dan pemikirannya untuk mencapai impian dan tujuan bagi bangsa, perusahaan, atau organisasi. Meskipun begitu, ada beberapa pandangan yang menyebutkan bahwa pemimpin  baik ataupun tak jarang juga ada pendapat yang kurang setuju dengan adanya pemimpin dari kalangan perempuan dalam memimpin pemerintahan negara, organisasi, ataupun di posisi strategis lainnya.


Secara sederhana pengertian kepemimpinan merupakan suatu hal yang harus dimiliki dalam dalam diri seseorang yakni mempunyai kepiawaian dan efektivitas dalam memberikan motivasi, kesemangatan, kegairahan kerja kepada bawahan atau anak buahnya. Dalam diri pemimpin akan memainkan peranan yang sangat penting dalam mengevaluasi kinerja setiap pribadi atau kelompok untuk mencapai tujuan yang telah disetujui secara bersama-sama.


Adapun yang dimaksud pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan dan mempunyai kelebihan mampu mengendalikan atau mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama dalam melakukan aktivitas tertentu demi memcapai satu pencapaian atau beberapa tujuan yang diinginkan. Disebutkan juga bahwa kepemimpinan sangat diyakini menjadi salah satu faktor penting dalam mempengaruhi keberhasilan proses kepemimpinan serta perilaku pemimpin dapat diartikan sebagai perilaku pemimpin yang bersangkutan atau bisa juga disebut sebuah gaya kepemimpinan.


Berdasarkan definisi di atas, secara umum dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memimpin bawahannya dalam rangka menyukseskan visi dan misi sehingga mencapai tujuan dengan cara bekerja sama saling bahu membahu. Akan tetapi jika kepemipinan dilaksanakan dengan gaya kepemimpinan yang kurang sesuai maka akan menghancurkan organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya. Jadi dengan demikian pemimpin harus mengetahui langkah apa yang akan diperbuat dan tentunya tetap mengedepankan budaya sopan santun dengan bawahannya.


Di zaman sekarang, kepemimpinan mengalami banyak pergeseran mulai dari cara gaya memimpin atau arahan yang diberikan kepada bawahannya. Nampak sudah tidak relevan lagi, terlebih dengan adanya perkembangan arus teknologi dan inovasi digital yang meluas bahkan hampir setiap hari perkembangan arus informasi menyebar luas menyebabkan seorang pemimpin dituntut untuk bisa memberikan hasil pekerjaan yang maksimal dan pekerjaan itu sangat bergantung pada hasil pekerjaan yang dicapai oleh bawahannya. Hasil pencapaian pekerjaan dapat dianalisis dari budaya lingkungan tempat bekerja dan proses kerja yang tepat maka akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal dan kehadiran pemimpin akan menjadi kunci sukses di balik kepemimpinannya.


Menarik untuk kita simak, bagaimana pandangan sosok pemimpin perempuan menurut ulama kharismatik, kiai nyentik yakni almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Bagi Gus Dur, Islam tidak membedakan peran publik perempuan  dan laki-laki. Perbedaan laki-laki dan perempuan hanyalah bersifat biologis,  tidak bersifat institusional atau kelembagaan sebagaimana disangkakan banyak orang dalam literatur Islam klasik. Jika ada ayat ataupun hadits yang  diskriminatif terhadap perempuan, harus dipahami secara cermat dalam kapasitas; apakah Muhammad sebagai salah satu orang Arab dengan segala setting kulturalnya, atau apakah Muhammad sebagai Rasul yang membawa pesan-pesan Ketuhanan. 


Mengenai adanya QS an-Nisa ayat 34 yang menjelaskan bahwa kaum laki-laki lebih tegak atas wanita, Gus Dur mengatakan bahwa sebetulnya ayat tersebut dapat diartikan dalam dua kategori. Pertama, lelaki bertanggungjawab secara  fisik atas keselamatan wanita. Kedua, lelaki lebih pantas menjadi pemimpin  negara. Selain Gus Dur juga menambahkan bahwa ternyata para pemimpin politik Islam lebih memilih pendapat yang kedua, terbukti dari ucapan mereka di muka umum.  Allah SWT berfirman:

 

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا - ٣٤

 



Artinya: Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar. (QS An-Nisa: 34)


Al-Qur’an telah menyebutkan bahwa kedudukan perempuan setara dengan laki-laki dalam surat At-Taubah ayat 71:


وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاُولٰۤىِٕكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ - ٧١


Artinya: Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (QS At-Taubah 9:71)


Dalam keterangan tafsir Kemenag RI, Ayat ini menerangkan bahwa orang mukmin, pria maupun wanita saling menjadi pembela di antara mereka. Selaku mukmin ia membela mukmin lainnya karena hubungan agama. Wanita pun selaku mukminah turut membela saudara-saudaranya dari kalangan laki-laki mukmin karena hubungan seagama sesuai dengan fitrah kewanitaannya.


Perempuan sebagai pemimpin memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Karena pada dasarnya perempuan bukan hanya dipandang sebagai sosok yang lemah lembut akan tetapi memiliki pondasi penting dalam kehidupan keluarga, organisasi, maupun di lingkungan bermasyarakat. Sejalan dengan reformasi dan konsep gender yang menempatkan perempuan di posisi yang sama di semua bidang kehidupan tak terkecuali dijadikannya sebagai pemimpin.


Persoalan gender sudah menunjukkan bahwa tidak banyak perbedaan gender dalam hal organisasi ataupun perusahaan. Namun jika gender dikaitkan dengan gaya kepemimpinan maka terlihat adanya gaya tertentu yang bersifat khas dari perempuan. Karakteristik pekerjaan berkaitan dengan gaya kepemimpinan perempuan terbagi menjadi dua, yaitu gaya kepemimpinan feminism dan gaya kepemimpinan transformasional. Yang dimaksud gaya kepemimpinan transformasional adalah konsep yang sangat relevan pada situasi dimana akan terjadinya perubahan yang sangat cepat dan menuntut organisasi untuk dapat menyesuaikan diri, gaya yang demikian disebut gaya kepemimpinan transformasional. 


Pada praktiknya gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang sangat positif terhadap beberapa pengambilan keputusan dan sangat berpengaruh terhadap gaya pengambilan keputusan avioden dan ketergantungan. Hasilnya bisa diamati bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan secara spontan. Memposisikan perempuan sebagai sosok yang bukan hanya sebagai proses pembangunan saja, akan tetapi sebagai fondasi yang mendukung pembangunan hal itu merupakan sebuah keniscayaan karena langkah ini sejala dengan gerakan emansipasi wanita yang telah ditorehkan oleh Raden Ajeng Kartini. Dalam hal ini RA Kartini mengungkapkan bahwa adanya gerakan emansipasi wanita dan gender memiliki persamaan hak-hak perempuan di segala bidang kehidupan sehingga menggeser stigma tentang sosok perempuan yang dipandang lemah, namun memiliki kemampuan yang sama untuk berada diposisi puncak menduduki jabatan dalam kariernya.


Selain itu ada banyak tokoh perempuan dunia yang mampu menduduki sebagai kepala pemerintahan di negaranya antara lain: Perdana Menteri Margaret Thatcher dari Inggris, Perdana Menteri Indira Gandhi dari India, Benazir Bhuto Perdana Menteri Pakistan, Maria Corazon Sumulong Cojuangco (Cory Aquino) Aquino, Presiden dari Filipina yang memposisikan dirinya sebagai wanita cerdas dan mempunyai kekuatan sehingga dapat berperan dengan baik di pemerintahan.


Semoga kita sebagai manusia yang sedang mengemban amanah dalam kepemimpinan ataupun kekuasaan mampu menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan adil terhadap bawahan yang dipimpinnya. Tujuannya untuk menjadikan suasana yang harmonis dan heterogen. Wallahu a'lam bis shawab



A’isy Hanif Firdaus, Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Al-Fajar (IKAF) Babakan Lebaksiu Tegal, Penulis di NU Online Jawa Tengah, Santri penggemar secangkir kopi hitam


Opini Terbaru