• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 20 Mei 2024

Opini

Memahami Budaya Hedonisme di Kalangan Remaja

Memahami Budaya Hedonisme di Kalangan Remaja
Foto: Ilustrasi (pabelan-online.com
Foto: Ilustrasi (pabelan-online.com

Di zaman sekarang, orang-orang khususnya kalangan remaja, bisa dibilang hidup dengan penuh keberuntungan, khususnya bagi mereka yang tentu berkecukupan secara finansial. Nah bagaimana tidak? mau nyari makan, sudah banyak opsi warung makan plus dengan sajian menu yang bervariasi. Mau liburan? Sudah banyak opsi tempat wisata yang bisa dikunjungi. Ingin cari kesenangan? Ada banyak cara, bisa dengan main games di rental play station, nongkrong di cafe sambil nyanyi-nyanyi, joget tiktok, dan masih banyak lagi.


Namun demikian, dengan segala hal kemudahan tersebut jangan sampai membuat remaja lupa diri. Jangan sampai mereka membuang waktu dengan sia-sia hanya karena selalu ingin menuruti hawa nafsu belaka. Okelah, mencari kesenangan dengan sering pergi ke mall, pergi ke destinasi wisata, membeli barang-barang mahal, joget tiktok, dan lain-lain adalah hak bagi setiap orang. Akan tetapi, jangan sampai kesenangan-kesenangan itu kemudian dilakukan secara terus menerus tanpa diimbangi dengan melakukan aktivitas yang lebih baik yang dapat menghasilkan sesuatu bagi dirinya, misal bekerja, berkarya, berorganisasi, dan lain sebagainya.


Memang, saya kira mungkin semua sepakat jika saya berpendapat bahwa di era yang serba modern ini, kalangan remaja, baik laki-laki atau perempuan, lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang. Mereka rela merogoh kocek yang tak sedikit demi membeli sesuatu yang bisa membuat dirinya bahagia. Misalnya saja membeli pakaian baru, sepatu baru, perhiasan, makanan mahal dan lain-lain, yang mungkin bagi mereka, dengan membeli itu bisa membuat dirinya merasa nyaman menjalani hidup. Mencari kesenangan bukanlah hal yang salah di kehidupan yang singkat ini. Bahkan bersenang-senang bisa meredakan stres. Namun bila mencari kesenangan dijadikan sebagai tujuan mutlak, maka seseorang tidak akan memiliki empati terhadap individu lainnya karena hanya berusaha terus menerus memenuhi kesenangan pribadi.


Remaja yang hidup dengan tujuan utamanya mencari kesenangan saja, tanpa sedikitpun nggak mau susah, mereka termasuk golongan kaum hedonis. Sifat atau budaya hedonisme merupakan cara hidup yang mempengaruhi kehidupan kaum muda. Budaya hedonistik, menurut saya mungkin terlihat dalam tindakan mereka sehari-hari. Mereka memiliki gaya hidup konsumtif yang cukup tinggi karena kebutuhan akan pengalaman baru. Saat ini Hedonisme bukan lagi hanya sebuah pandangan, tetapi gaya hidup yang sudah melekat pada masyarakat terutama anak muda kita di zaman milenial ini. Tapi sebelum kita membahas tulisan ini lebih dalam, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu hedonisme. 


Secara bahasa, Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu 'hedone' yang artinya kesenangan. Sementara, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah pandangan yang menganggap bahwa setiap kesenangan dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan utama dalam hidup seseorang. Sifat hedonisme adalah berusaha menghindari hal-hal yang menyakitkan atau menyusahkan dengan memaksimalkan perasaan-perasaan menyenangkan.


Dalam memahami hedonisme, kita perlu mengenali dulu apa sebenarnya kesenangan itu. Jadi kesenangan adalah suatu hal yang subyektif dan memiliki pemahaman luas, tetapi mudah untuk kita temukan dalam keseharian. Bisa jadi kesenangan adalah pelukan hangat dari orang yang kita sayangi, atau bisa juga saat kita memancing ikan di tepi sungai. Orang yang mengikuti aliran hedonis biasanya memiliki penampilan yang stylish dan sangat mementingkan penampilan serta gaya hidup yang mahal. Hedonis biasanya berasal dari kalangan orang berada dan memiliki banyak uang karena banyak bahan yang dibutuhkan untuk mempertahankan gaya hidup mereka. Tidak cuma remaja, tetapi juga orang dewasa, yang tertarik pada gaya hidup mewah. Banyak faktor yang dapat membuat remaja terpengaruh sifat hedonis, mulai dari lingkungan sekitar hingga teman sebaya. 


Mengkonsumsi barang-barang yang mewah dan berlebihan merupakan perilaku konsumtif dengan gaya hidup hedonis karena kebiasaan mereka selalu menginginkan sesuatu yang menjadi tren. Sifat hedonis menjadikan kebutuhan bukan lagi sebagai prioritas bagi mereka. Sehingga hal ini dapat berdampak negatif, misalnya dari segi ekonomi, bisa mengakibatkan pemborosan, dan tentunya ini berakibat pada keuangan yang semakin hari makin merosot.
Adapun ciri-ciri gaya hidup hedonisme, ada empat yaitu: ingin segala sesuatu yang serba mewah, pilih-pilih teman, konsumerisme yang akut, dan cenderung anti sosial, serta jauh dari agama. Orang hedonis terbiasa dengan segala sesuatu yang berkilauan atau mewah. Di mana mereka percaya bahwa kemewahan adalah aspek terpenting dalam hidup mereka. Mungkin saja orang seperti ini cukup secara finansial. Namun, mereka mungkin memaksakan diri untuk tampil demikian, misalnya lebih memilih tinggal di apartemen dari pada di rumah, meskipun harus mencicil, lebih memilih menggunakan taksi daripada naik sepeda motor, dan sebagainya.


Kemudian ciri lainnya dari orang hedonis adalah pilih-pilih teman. Orang hedonis sangat menghindari teman-teman yang sekiranya tidak menguntungkan bagi mereka. Mereka bukanlah tipe individu yang ingin berteman dengan orang yang kurang mampu secara finansial, dan bahkan jika mereka memiliki teman kaya yang tidak suka hura-hura, kaum hedonis tidak tertarik bergaul dengan mereka. Mereka hanya ingin bergaul dengan orang-orang yang setingkat dengan mereka.


Orang hedonis juga termasuk orang yang memiliki sifat konsumtif. Tak peduli butuh atau tidak, penting atau tidak, maka mereka akan segera berusaha memenuhi keinginan mereka. Orang hedonis juga paling antusias dengan diskon, promosi, dan penawaran serupa lainnya, bahkan jika mereka tidak membutuhkan produk tersebut. Saat ini remaja membeli suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan, melainkan didorong karena faktor keinginan semata seperti mengikuti tren, gengsi, hingga prestise.


Bagi para penganut gaya hidup hedonis, mereka juga cenderung anti sosial. Mereka jarang atau bahkan tidak memiliki kepekaan di lingkungan sosial, mereka jarang bergaul atau sekadar menyapa kepada tetangga mereka hanya memperdulikan diri sendiri atau teman yang menurutnya satu level dengannya. Mereka juga sering tidak peduli dengan agama karena mereka menghabiskan hari-hari atau jam-jam shalat mereka di mall atau di klub malam.


Budaya hedonisme dapat menjerumuskan orang-orang, khususnya kaum remaja pada pergaulan bebas seperti obat-obatan terlarang, alkohol, kekerasan, dan seks bebas. Selain itu, sifat hedonis juga berdampak pada gaya hidup yang egois, kurang bertanggung jawab, konsumtif, pemalas, dan boros.


Dengan banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, menghindari budaya hedonisme adalah sebuah keniscayaan. Mari mulai dengan sedikit demi sedikit mengurangi gaya hidup mewah, belajar hemat, belajar menata keuangan pribadi, harus tahu antara kebutuhan dan keinginan, belajar menahan hawa nafsu untuk tidak mengikuti tren, dan lain-lain. wallahu a'lam bi shawab



Khairul Anwar, mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan, Kontributor NU Online Jawa Tengah tinggal di Pekalongan


Opini Terbaru