• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 30 April 2024

Opini

Majelis Az-Zahir Peringati Hari Lahir Ke-7, Meraih Barakah di Momentum Harlah

Majelis Az-Zahir Peringati Hari Lahir Ke-7, Meraih Barakah di Momentum Harlah
Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan (berdiri) hadiri ultah Majelis Az-Zahir Pekalongan (Foto: NU Online Jateng/M Ngisom Al-Barony)
Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan (berdiri) hadiri ultah Majelis Az-Zahir Pekalongan (Foto: NU Online Jateng/M Ngisom Al-Barony)

Lantunan shalawat yang diiringi oleh tabuhan rebana dan bas tak akan pernah padam. Dari mulai variasi tradisional, hingga kini dengan instrumen modern, seolah rebana ini selalu mengikuti jaman. Terlebih di daerah Pekalongan, kota yang dikenal sebagai kota santri ini juga identik dengan duror atau rebana. Masyarakat Pekalongan menyebutnya terbangan, hamper tiap-tiap di penjuru kota ini, dari desa hingga perkotaan pasti ada satu grup rebana di masing-masing wilayahnya.


Grup yang terkenalpun banyak macamnya, mulai dari jaman 2000 an awal ada grup Al-Madaniyah, dan juga -Munsyidin generasi pertama. Hingga saat ini kita mengenal seperti Asyiqol Musthofa, Babul Musthofa, dan yang saat ini digandrungi oleh para pecinta shalawat yaitu Majelis Shalawat Azzahir. Dari dulu hingga sekarang, seolah Pekalongan tak pernah kehabisan talenta-talenta penabuh terbang (istilah rebana warga Pekalongan). Majelis Azzahir sendiri didirikan oleh Habib Ali Zaenal Abidin bin Segaf bin Abubakar Assegaf, menantu Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya. 


Sebelum mendirikan majelis ini, Habib Bidin panggilan akrabnya sudah berkeliling bershalawat dari majelis ke majelis di area Pekalongan Raya. Atas arahan dan bimbingan dari Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, tepatnya pada tahun 2016. Majelis Ta’lim dan Shalawat Azzahir ini didirikan. Seperti yang disampaikan oleh Habib Ahmad bin Muhammad Al-Habsy di dalam sambutannya. Habib Bidin mengambil nama Az-Zahir karena Habib Bidin menisbatkan nama jamiyahnya agar sesuai dengan pesantren yang didirkan oleh abahnya yakni Habib Segaf bin Abubakar Assegaf yang nama pondok pesantrennya bernama Azzahir. 


Penamaan grup kasidah Az-Zahir bertujuan untuk melanjutkan dakwah dari abahnya dengan melalui shalawat. Agar setiap kebaikan yang diperoleh oleh Majelis Az-Zahir ini bisa mengalir kepada Habib Segaf bin Abubakar Assegaf. Majelis ini dimulai dari kecil-kecilan di rumah Habib Ali Zaenal Abidin sendiri Kota Pekalongan digelar setiap Jumat kliwon setelah Jumatan dan kemudian bergeser ke malam Jumat kliwon. Dari mulai amanah yang kurang lebih baru puluhan dan tempatnya di ruangan dalam rumahnya Habib Bidin sendiri. 


Tak kurang dari satu tahun, jamaah yang berdatangan semakin bertambah. Yang awalnya cukup di halaman rumah Habib Bidin, hingga sampai ke jalan raya di depan rumahnya. Semakin bertambah banyak, bahkan dari luar kota pun rela jauh-jauh untuk hadir ikut rutinan Majelis Az-Zahir. Selain malam Jumat kliwon, hampir setiap hari Majelis Az-Zahir berkeliling dari kota ke kota lain. Hampir tanpa jeda, Az-Zahir setiap malam melantunkan syair shalawat ke penjuru nusantara hingga ke negeri negeri jiran. Dari mulai antar kota Jawa Tengah, hingga antar luar pulau Jawa pun sudah terjamah. Dengan pengunjung yang rata-rata orang puluhan ribu tumpah untuk bersama-sama melantunkan kasidah. Penggemarnya dikenal sebagai Zahirmania yang sekarang hampir tiap kota selalu ada zahirmania. Dimanapun Az-Zahir berada selalu ada, bukan hanya dari kota yang menyelenggarakan saja, tetapi pasti ada dari luar kota sekitarnya.
 


Tak terasa, genap tujuh tahun Majelis Az-Zahir ini berdiri. Tanggal 22 Juni 2023 tepat pada malam Jumat Kliwon Majelis Az-Zahir mengadakan Harlah-nya yang ke-7. Bertempat di Stadion Hoegeng Kota Pekalongan, zahirmania dari seluruh Indonesia semua ikut serta. Sejak sore, para zahirmania dari luar kota sudah memadati Kota Pekalongan. Baik individu maupun rombongan, berbondong-bondong hadir dalam Harlah ini. Hingga kapasitas di dalam stadion pun tak mencukupi animo dari jamaah yang hadir. Yang akhirnya dialihkan ke area tribun stadion. Semua tumpah ruah hampir tanpa celah di area Stadion Hoegeng. Berkah dari shalawat Stadion Hoegeng tak seperti biasanya, yang digunakan untuk event olahraga saja. Kali ini stadion Hoegeng disulap dominasi berpakaian serba putih semua melantunkan shalawat bersama-sama.

 
Acara dimulai dengan lantunan kasidah dipimpin oleh Habib Ali Zaenal Abidin Assegaf. Dan dihadiri oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan, Habib Umar Muthohar, Habib Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, dan habaib-habaib dan para kiai dari sekitar Pekalongan. Setelah pembacaan Maulid Simthudduror, acara dilanjutkan mauidhah hasanah oleh Habib Jindan dan Habib Umar Muthohar. 


Sebuah barakah harlah yang luar biasa, dengan dihadiri oleh para ulama yang bersahaja. Dan acara ditutup oleh doa dari Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya. Ini merupakan sebuah berkah untuk Majelis Azzahir khususnya, dan para jamaah pada umumnya. Tujuh tahun seperti berlalu begitu cepat. Dimulai dari jamaah yang bisa dihitung, hingga pada malam hari kemarin, puluhan ribu jamaah hadir dalam harlah. Hingga kapasitas stadion pun hampir tak terbendung. Bisa dibilang hampir selalu ada jamaah Az-Zahir yang tersebar di setiap kota. Itu adalah sebuah barakah yang luar biasa. 


Mengutip dari taushiyah yang disampaikan oleh Habib Umar Muthohar, pitu (tujuh) merupakan pitulungan, pituduh, dan pitutur. Semoga Majelis Ta’lim dan Shalawat Az-Zahir selalu istiqamah menyebarkan syiar shalawat hingga ke seluruh Indonesia, dan semoga Habib Ali Zaenal Abidin Assegaf dan para personel Az-Zahir diberikan kesehatan, dan panjang umur untuk selalu membimbing zahirmania di seluruh Indonesia. Wallahu a'lam bis shawab
  

Hudallah, zahirmania Pekalongan, saat ini kuliah di Unversitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang  
 
 


Opini Terbaru