Margaret: Perempuan adalah Ras Terkuat di Bumi, Fatayat NU Harus Jadi Garda Terdepan
Ahad, 4 Mei 2025 | 14:35 WIB

Halal Bihalal sekaligus peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-75 Fatayat NU di Pendopo Ki Gede Sebayu, Kota Tegal, Ahad (4/5/2025).
Nazlal Firdaus Kurniawan
Penulis
Tegal, NU Online Jateng
Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah menggelar acara Halal Bihalal sekaligus peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-75 di Pendopo Ki Gede Sebayu, Kota Tegal, Ahad (4/5/2025). Kegiatan tersebut menjadi momentum reflektif dan strategis untuk memperkuat peran perempuan dalam organisasi dan pembangunan daerah.
Ketua PW Fatayat NU Jateng, Tazkiyatul Muthmainnah, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kader Fatayat NU masa kini adalah perempuan-perempuan yang beruntung karena mewarisi organisasi besar yang dirintis oleh tiga tokoh perempuan hebat.
"Bayangkan, 75 tahun lalu, tiga Srikandi, Nyai Hj Chuzaimah Mansoer dari Gresik, Nyai Hj Siti Aminah Mansoer dari Sidoarjo, dan Nyai Hj Murthosiyah Chamid dari Surabaya, mendirikan Fatayat NU dalam kondisi yang penuh tantangan. Hari ini, kita tinggal melanjutkan perjuangan beliau-beliau," ungkapnya.
Mbak Iin, demikian sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa saat ini PW Fatayat NU Jateng membawahi 37 Pimpinan Cabang (PC) termasuk dua cabang di Blora dan Rembang, 576 Pimpinan Anak Cabang (PAC), serta 7.300 Pimpinan Ranting (PR). Organisasi ini juga memiliki sejumlah lembaga strategis, termasuk Garda Fatayat (GARFA), pasukan siaga perempuan yang di Indonesia adalah terbanyak dari Jateng yakni dengan 3.581 personel. Insyaallah, tahun ini direncanakan apel akbar GARFA se-Jawa Tengah.
"Struktur organisasi adalah pondasi. Kalau pondasinya kuat, maka rumah besar ini akan menjadi tempat yang nyaman, aman, dan produktif," tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya penguatan sumber daya manusia, khususnya melalui pelatihan kader, peningkatan kapasitas, serta sinergi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat NU, Margaret Aliyatul Maimunah, turut hadir dan memberikan pesan inspiratif. Ia menilai bulan April sebagai momen istimewa bagi perempuan karena bertepatan dengan Hari Kartini (21 April) dan hari lahir Fatayat NU (24 April).
"Kalau bicara bulan April, rasanya ini adalah bulannya perempuan. Semua orang terinspirasi oleh semangat Kartini dan para pendiri Fatayat NU," ujarnya.
Ia juga mengangkat refleksi mendalam mengenai posisi perempuan dalam masyarakat.
"Perempuan itu selalu istimewa. Di tengah berbagai kontroversi, ada yang menyebut perempuan adalah ras terkuat di muka bumi. Meski demikian, hingga hari ini perempuan masih dihadapkan pada dilema klasik: apakah harus menjadi wanita karier, pejabat publik, atau cukup sebagai ibu rumah tangga?"
Namun, menurutnya, tidak ada dikotomi antara ruang publik dan domestik. Menjadi perempuan, apapun perannya, tetap memiliki tanggung jawab yang sama untuk terus meningkatkan kualitas diri.
"Jangan pernah anggap remeh peran ibu rumah tangga. Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti berhenti belajar. Karena dari rahim-rahim perempuan berkualitas akan lahir generasi bangsa yang bermartabat. Bahkan, ibu rumah tangga adalah tiang utama dalam membangun keluarga yang maslahah," tegasnya.
Margaret menegaskan bahwa Fatayat NU berpijak pada nilai Islam yang rahmatan lil alamin—rahmat untuk seluruh umat manusia, termasuk perempuan.
"Islam memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk berperan di berbagai sektor. Indonesia tidak akan bisa menjadi negara maju jika perempuannya ditinggalkan. Maka tidak ada pilihan lain, perempuan harus terlibat aktif dalam pembangunan," tandasnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menekankan pentingnya sinergi Fatayat NU dalam program pemberdayaan perempuan melalui "Kecamatan Berdaya".
Ia meminta agar seluruh kepala daerah, termasuk Wali Kota Tegal, segera menerbitkan Surat Keputusan untuk menunjang peran strategis perempuan di tingkat kecamatan.
"Rentang kendali dari provinsi ke desa itu jauh. Maka, kecamatan menjadi simpul strategis pembangunan. Di situlah peran Fatayat NU harus hadir untuk mencetak perempuan-perempuan yang kompeten dan mandiri," ungkapnya.
Ia juga menyebut bahwa pelatihan-pelatihan vokasi, Balai Latihan Kerja (BLK), hingga program Kementerian Ketenagakerjaan harus melibatkan kader Fatayat NU untuk mencetak perempuan-perempuan tangguh yang siap berdaya di berbagai sektor.
"Saya minta, setelah menjadi perempuan berdaya, bajunya tetap baju Fatayat. Tapi programnya harus program yang relevan dengan kebutuhan zaman," tandasnya.
Terpopuler
1
KH Said Aqil Siroj: Mbah Dim Wafat, Gus Alam Wafat Syahid, Pesantren Tak Boleh Mati!
2
Gus Yasin Akan Hadiri Istighotsah Bersama Warga Nahdliyyin Demak, Doakan Keselamatan dari Rob dan Banjir
3
Pesisir Demak Terendam Rob, PCNU Gelar Aksi Doa Bersama 100 Ribu Warga Nahdliyyin
4
MI NU 71 Unggulan Weleri Kendal Gelar Wisuda Khotmil Qur’an dan Pelepasan Siswa Kelas VI
5
Meneladani Mbah Sambu: Wajahnya Tidak Sedikitpun Mirip Tukang Bohong dan Doanya Mustajab
6
Pemprov Jateng Salurkan Mesin Pompa Air dan Bantuan Dana untuk Enam Desa Terdampak Rob di Sayung Demak
Terkini
Lihat Semua