Nasional

Alami Tindakan Represif dari Oknum Polisi, PP Pagar Nusa Gelar Audiensi 

Kamis, 26 September 2024 | 14:00 WIB

Alami Tindakan Represif dari Oknum Polisi, PP Pagar Nusa Gelar Audiensi 

Audiensi PP Pagar Nusa dengan PB IPSI di Padepokan Pencak Silat TMII, Selasa (24/9/2024) (Foto: tangkapan layar pada kanal Youtube TVNU)

Semarang, NU Online Jateng


Pimpinan Pusat (PP) Pagar Nusa melakukan audiensi dengan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Selasa (24/9/2024). 


Audiensi tersebut dilakukan guna meminta pandangan serta masukan PB IPSI terkait tindakan represif aparat kepolisian kepada sejumlah kader Pagar Nusa di Sukoharjo beberapa waktu lalu. Di samping itu juga membahas persoalan serius yang sedang dihadapi dunia pencak silat Indonesia saat ini.


Ketua Umum PP Pagar Nusa, Muhammad Nabil Haroen beserta jajarannya diterima langsung oleh Ketua Harian PB IPSI, Benny G. Soemarsono dan Sekjen PB IPSI Teddy Suratmadji.


Pada kesempatan tersebut, Gus Nabil menyampaikan rasa kecewanya dan mengecam tindakan represif kepolisian kepada anggota Pagar Nusa Sukoharjo. Ia mengatakan bahwa kejadian tersebut membuat dirinya merasa heran, sebab selama ini Pagar Nusa dan kepolisian menjalin hubungan yang baik dan menunjukkan sinergi yang positif. 


“Kita ingin hal seperti ini tidak terulang kembali di masa yang akan datang, sehingga kami ingin menjadikan pertemuan ini sebagai momentum supaya tindakan-tindakan represif dari aparat tidak lagi terulang,” kata Gus Nabil dalam video yang diunggah di kanal YouTube TVNU, Rabu (25/9/2024).


Lebih dari itu, apabila tindakan represif aparat kepolisian kepada insan pencak silat terus terulang, pihaknya merasa khawatir terhadap masa depan pencak silat di Indonesia.


“Kalau kemudian tindakan represif ini terus-menerus dilakukan, bukan tidak mungkin orang tua enggan, atau tidak memperbolehkan anaknya ikut kegiatan pencak silat lagi dan lama-lama bisa punah karena khawatir bahaya selalu mengintai,” kata dia. 


Selain itu, Gus Nabil mengatakan bahwa tindakan represif oleh aparat umumnya tidak terjadi terhadap bela diri yang berasal dari luar negeri. Oleh sebab itu, ia merasa khawatir jika pencak silat yang merupakan warisan budaya asli Indonesia menjadi terasingkan di negeri kelahirannya sendiri. 


“Sementara, mohon maaf, dengan segala hormat, kami tidak pernah melihat misalnya ada tindakan represif aparat terhadap bela diri impor seperti yang dilakukan terhadap pencak silat, di mana itu adalah warisan budaya bangsa sendiri. Jadi ini bukan sekadar kepentingan Pagar Nusa, tapi juga kepentingan pencak silat,” tandasnya. 


Sementara itu, Sekjen PB IPSI Teddy Suratmadji mengatakan bahwa tindakan represif oleh aparat kepada anggota Pagar Nusa tersebut dapat merusak semangat persaudaraan. Selain itu, kejadian tersebut juga menciptakan citra negatif yang merusak upaya besar PB IPSI untuk memperjuangkan pencak silat menjadi cabang olahraga pada Olimpiade 2036. 


“Salah satu target besar dari pencak silat adalah dipertandingkan di Olimpiade dan itu proses jangka panjang, karena baru akan dipertandingkan insyallah tahun 2036 atau 12 tahun lagi,” kata dia.


Sebagai informasi, beberapa waktu lalu anggota Pagar Nusa Sukoharjo mendapatkan tindakan represif dari oknum anggota kepolisian ketika menghadiri acara Maulid Nabi. Atas kejadian tersebut, sejumlah anggota Pagar Nusa mengalami luka-luka dan merasa trauma secara psikis.