
Santri Durotu Aswaja, Banaran, Gunungpati, Kota Semarang gelar lomba khitabah (Foto: NU Online Jateng/Rifqi Hidayat)
Ahmad Rifqi Hidayat
Penulis
Semarang, NU Online Jateng
Pada umumnya santri memiliki ilmu agama yang cukup untuk bermasyarakat, namun hal itu kerap tidak didukung dengan keterampilan dalam berdakwah. Pesantren Durrotu Ahlissunnah wal Jama'ah atau Durrotu Aswaja Desa Banaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah meramu kegiatan maulid dengan khitabah yang dilombakan.
"Satu rangkaian kegiatan dilombakan secara utuh dengan peserta semua kamar," kata Lurah pondok putra Pesantren Durrotu Aswaja Muhammad Dinar Amin kepada NU Online Jateng, Ahad (1/11).
Karena itu lanjutnya, semua santri berkreasi dari awal hingga akhir kegiatan layaknya sebuah acara pengajian umum. "Ada yang bertugas membagi snack, makanan, tim rebana dan sebagainya. Yang menarik, ada juga yang berdandan seperti kiai yang populer," ujarnya.
Kegiatan tersebut memang bukan sebuah even lomba yang besar. Namun demikian, kata Dinar para santri tetap antusias berusaha menyajikan yang terbaik. "Jurinya cuma satu, yaitu Pak Yai Agus langsung yang menilai," ungkapnya.
Ungkapan senada dikatakan pengasuh pesantren Durrotu Aswaja Kiai Agus Ramadhan. Santri Durrotu Aswaja yang hampir seluruhnya mahasiswa memiliki keunggulan dalam mental untuk tampil di ranah publik.
"Santri di sini memang ditekankan harus berani tampil di masyarakat. Apalagi banyak yang aktif di organisasi, jadi kemampuan public speaking-nya cukup bagus," katanya.
Meski lomba tersebut tak memperebutkan trofi bergengsi, namun Kiai Agus menilai para santri tetap mengikuti dengan serius selayaknya sebuah even perlombaan yang bergengsi.
"Dengan dilombakan ini malah jadi semakin kreatif, kreasinya banyak yang muncul, seperti even organizer, bahkan ada yang mempersiapkan ruang transit dengan jamuan buah-buahan model transit kalau ngundang kiai," ungkapnya.
Terkait aktivitas santri di organisasi kemahasiswaan, pengasuh pesantren yang menjadi Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Kota Semarang ini tidak mempersoalkan dengan ketentuan waktu mengaji di pesantren tak terganggu.
"Memang ada yang akhirnya keluar karena mau all out di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Di Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) juga ada, akhirnya pindah pesantren yang lebih longgar aturannya," jelasnya.
Sebab lanjutnya, aktivitas di pesantren lebih diutamakan daripada aktivitas kegiatan ekstrakurikuler kampus. "Apalagi yang memilih tahfidzul qur'an. Harus fokus, jangan terganggu aktivitas lain," bebernya.
Penullis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony
Terpopuler
1
Ahad Kliwonan dan Pelantikan Pengurus NU Se-Tawangsari Digelar di Panggung Alam Taruwongso
2
Pesantren Tarbiyatul Qur’an Al Waro’ Juwiring, Warisi Perjuangan Kiai Muslimin Santri Pendherek KH Al Mansur Popongan
3
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
4
Gerakan Pemuda Ansor: Pilar Pembangunan dan Pemersatu Dinamika Desa
5
Dosen IAI An-Nawawi Purworejo Tawarkan Konsep At-Takāmul At-Takayyufi dalam Pendidikan Moderasi Beragama
6
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
Terkini
Lihat Semua