• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Nasional

Mbah Munif: Seharusnya Agama Menjadi Payung untuk Semua

Mbah Munif: Seharusnya Agama Menjadi Payung untuk Semua
KH Munif Muhammad Zuhri (baju putih bawa mikrofon) saat memberikan pengarahan dalam acara pertemuan antara para kiai pesantren dengan akademisi di Undip Inn Semarang, Rabu (28/10). (Foto: NU Online Jateng/Ahmad Mundzir)
KH Munif Muhammad Zuhri (baju putih bawa mikrofon) saat memberikan pengarahan dalam acara pertemuan antara para kiai pesantren dengan akademisi di Undip Inn Semarang, Rabu (28/10). (Foto: NU Online Jateng/Ahmad Mundzir)

Semarang, NU Online Jateng

Pengasuh Pesantren Girikesumo, Mranggen, Demak, Jawa Tengah KH Munif Muhammad Zuhri mengungkapkan bahwa seharusnya agama menjadi pengayom bagi semua kalangan dan tidak dijadikan kendaraan politik sesaat.

 

"Banyak yang menjadikan agama ini sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan masing-masing yang bersifat duniawi. Kalau musim politik, dibuat kendaraan untuk politik," ungkap Kiai Munif.

 

Demikian disampaikan oleh Kiai Munif saat memberikan pengarahan terhadap pertemuan antara para kiai pesantren dengan akademisi yang bertempat di Undip Inn Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (28/10).

 

"Seharusnya agama menjadi payung untuk semua sehingga tidak ada yang menyakiti dan disakiti. Tidak ada yang merugikan dan dirugikan," jelas Kiai Munif.

 

Lebih lanjut, kiai sepuh yang akrab dipanggil Mbah Munif tersebut menjelaskan, agama mempunyai potensi sangat besar untuk membangun persatuan dan kesatuan, namun yang sering terjadi agama malah menjadi sumber perpecahan. Hal ini tentu bukan salah ajaran agamanya, tapi yang memahami agama tersebut yang salah.

 

"Kita itu, istilah Jawanya sak iyeg sak iko proyo (bersatu dalam karya, -red), namun justru yang terjadi malah agama jadi sumber masalah. Yang salah agamanya apa yang memahami agama yang salah?" tanya Mbah Munif.

 

Dalam rangka merekatkan hubungan antar anak bangsa dan usaha mencari titik temu dari berbagai masalah yang terjadi di tengah masyarakat, Mbah Munif mempunyai gagasan mempertemukan para ulama dan para akademisi untuk duduk dalam satu forum yang rutin digelar bergiliran.

 

"Barangkali ini ada berkah dan manfaat. Harapan kita akan tercipta baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur bisa tercapai," harap Mbah Munif.

 

Sementara itu, Rektor Universitas Diponegoro (Undip), Semarang Prof Yos Johan Utama mengatakan, Undip Inn selalu saat apabila dikehendaki sebagai pertemuan antar tokoh tersebut. “Lain waktu kalau ingin mengadakan, kami mempersilahkan di sini,” katanya.

 

Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Fatkhur Rokhman meyakini bahwa pertemuan yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Tengah yang bertajuk 'Rembuk Tokoh Masyarakat, Silaturrahmi Tokoh Agama' dengan mempertemukan kalangan pesantren dan akademisi ini akan membawa keberkahan.

 

"Kami yakin akademisi jika diajak berkumpul kiai akan ada keberkahan. Akademisi perlu dibarengi agama yang kuat. Jika ada perbedaan di tengah masyarakat, ulama dan akademisi harus mengambil peran dalam upaya persatuan bangsa," tuturnya.

 

Pertemuan ini didukung penuh oleh Pengasuh Pesantren Kauman Lasem, Rembang, Jawa Tengah KH Muhammad Zaim Ahmad Ma'shum. Menurutnya forum yang diinisiasi oleh Mbah Munif ini diharapkan akan terjadi hubungan antara santri dengan akademisi.

 

"Forum musyawarah ini luar biasa. Kegiatan ini merupakan sinergitas antara santri dan akademisi. Sehingga tidak ada dikotomi lagi antara santri dengan akademisi," sambut Gus Zaim.

 

Turut hadir dalam forum tersebut KH Hanief Ismail, Semarang, KH Muhammad Adnan, Semarang, KH Hudaya, Solo, KH Agus Himawan, Solo, Prof Mujahirin, dan sejumlah akademisi di wilayah Jawa Tengah. 

 

Penulis: Ahmad Mundzir

Editor: Ahmad Hanan


Nasional Terbaru