• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Regional

Begini Penjelasan dari Kiai Hanief Tentang Gerakan 3M

Begini Penjelasan dari Kiai Hanief Tentang Gerakan 3M
Rais PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail (dok. istimewa)
Rais PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail (dok. istimewa)

Semarang, NU Online Jateng
Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang KH Hanief Ismail menjelaskan arti lain dari protokol kesehatan 3M yang meliputi mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker.

 

Dikatakannya, sebagai orang mukmin itu hendaknya tidak hanya melihat aturan protokol kesehatan tersebut dari sisi lahiriah saja. Namun juga melihat dari sisi batiniah juga.

 

“Kita sebagai orang mukmin, sebagai orang Islam tidak hanya melihat aturan protokol ini dari sisi lahiriahnya saja. Itu memang mungkin yang bisa diharapkan bisa memberikan andil menghentikan Covid-19,” ungkapnya, pada saat memberikan sambutan pada acara peringatan Maulid Nabi yang diadakan oleh Majlis Tahtim Maulidur Rasul Masjid Agung Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (29/10).

 

Ia pun menjelaskan maksud perkataannya tersebut. Pertama mengenai cuci tangan. Menurutnya cuci tangan di sini itu tidak hanya menggunakan sabun saja. Namun juga menggunakan air wudlu.

 

“Jangan hanya tangan yang kita cuci bersih, tapi juga bersih juga dari perbuatan-perbuatan yang negatif. Sebab banyak perbuatan maksiat yang bisa dilakukan menggunakan tangan seperti mencuri, korupsi, dan lain sebagainya,” kata dia.

 

Kiai Hanief yang juga Ketua Takmir Masjid Agung Semarang itu kemudian melanjutkan dengan penjelasan protokol kedua, yakni mengenai menjaga jarak. Ia memberikan contoh dengan mengutip ayat Al-Qur’an yang berisi larangan untuk mendekati perbuatan zina.

 

“Orang mukmin diingatkan oleh Allah Ta’ala walaa taqrabuz zinaa. Janganlah kalian mendekati perbuatan zina. Mendekati saja dilarang, apalagi zinanya. Artinya kita harus menjaga jarak dari perbuatan-perbuatan maksiat. Bukan hanya sekadar menjaga jarak 100 meter, 200 meter. Itu tetap penting supaya virus itu tidak mudah mengena. Tapi lebih penting lagi kita menjaga jarak dari perbuatan-perbuatan dosa,” tambahnya.

 

Protokol terakhir yang ia jelaskan adalah mengenai memakai masker. Olehnya, memakai masker itu tidak hanya sekadar menutup mulut, hidung, dan muka kita. Tapi lebih dari itu. “Rasulullah sudah mengingatkan man kana yu`minu billahi wal yaumil akhir falyaqul khairan au liyasmuth,” terang pengasuh Pesantren Raudhatul Qur’an Annasimiyyah Semarang tersebut.

 

Menurutnya, kalau kita tidak bisa berbuat atau berkata baik, maka sebaiknya tutup mulut kita. “Jadi masker ini adalah isyarat kepada kita semuanya bahwa kalau kita tidak bisa ngomong yang baik, lebih baik kita diam,” tuturnya.

 

Acara yang digelar di serambi Masjid Agung Kota Semarang ini juga menghadirkan Habib Hamid bin Sholeh Baagil sebagai pengisi ceramah.


Penulis: Ahmad Hanan
Editor: Ajie Najmuddin


Regional Terbaru