Avika Afdiana Khumaedi
Kolomnis
Tahun Baru sering dianggap sebagai waktu yang istimewa bagi banyak orang untuk merenungkan perjalanan hidup dan memulai babak baru. Dalam Islam, momen ini dapat dimanfaatkan untuk muhasabah (introspeksi), memperbaiki kelemahan, dan menyusun resolusi yang lebih baik. Dari sudut pandang tasawuf, tersedia panduan mendalam yang dapat membantu umat Islam menyikapi perubahan ini dengan kesadaran spiritual dan makna yang mendalam.
Tasawuf, yang berfokus pada penyucian hati dan mempererat hubungan dengan Allah, merupakan aspek penting dalam refleksi saat Tahun Baru. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ghazali dalam karya besarnya Ihya Ulum al-Din, seorang Muslim dianjurkan untuk terus mengevaluasi diri, memperbaiki akhlak, dan meningkatkan kualitas ibadah. Oleh karena itu, Tahun Baru dapat menjadi kesempatan berharga untuk menumbuhkan semangat baru dalam mendekatkan diri kepada Allah serta menjalani hidup yang lebih baik sesuai tuntunan Islam.
Baca Juga
Inilah Sejarah Tahun Baru Islam
فإن القلب مثل المرآة المصقولة، والذنوب مثل الصدأ، فكلما ازدادت الذنوب ازداد الصدأ على صفاء القلب، فلا يزال الصدأ يكثر إلى أن يصير القلب مطموسًا، فإذا طمس القلب لم تنطبع فيه صورة الحق.
Artinya: "Sesungguhnya hati itu ibarat cermin yang mengkilap dan dosa-dosa itu seperti karat. Semakin banyak dosa, semakin tebal pula karat yang menutupi kejernihan hati, hingga karat itu terus bertambah sampai hati menjadi tertutup. Jika hati tertutup, ia tidak lagi bisa mencerminkan kebenaran." (Ihya Ulum al-Din, Juz 1, Hal. 45, Cetakan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah).
Baca Juga
Tahun Baru Hidup Baru
Dalam konteks Tahun Baru, momentum ini dapat dimanfaatkan untuk memperbarui niat dalam menjalani hidup. Dengan niat yang tulus, setiap langkah kecil sekalipun dapat menjadi jalan menuju keberkahan dan keridhaan Allah. Kaidah "الأمور بمقاصدها" menegaskan bahwa setiap amal perbuatan bergantung pada niatnya. Dalam Islam, niat yang benar menjadi landasan utama yang menentukan apakah sebuah amal diterima oleh Allah atau tidak. Hadis Nabi Muhammad saw yang masyhur, "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya," menunjukkan bahwa kualitas amal tidak hanya diukur dari bentuk atau besarannya, tetapi dari ketulusan hati yang melandasinya.
Jelaslah bahwa hati, yang digambarkan sebagai cermin dalam tasawuf, memerlukan pemeliharaan agar tetap bersih dan jernih. Dosa dan kelalaian ibarat karat yang menutupi hati, sehingga menghalangi seseorang dari menerima petunjuk dan hidayah Allah. Oleh karena itu, tahun baru adalah waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi, memperbanyak taubat, dan bertekad membersihkan hati.
Resolusi tahun baru seharusnya berfokus pada peningkatan hubungan spiritual dengan Allah, peningkatan akhlak, serta intensifikasi ibadah. Dengan memulai tahun baru dengan niat yang benar dan semangat yang baru, perubahan positif dalam hidup tidak hanya akan berdampak pada dunia, tetapi juga membawa manfaat besar di akhirat kelak.
Selain itu, pentingnya peran komunitas dalam mencapai resolusi juga menjadi fokus dalam literatur Islam. Banyak hadis menekankan pentingnya saling mendukung dalam kebaikan, sehingga resolusi individu tidak hanya menjadi tanggung jawab pribadi, tetapi juga melibatkan dukungan dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman-teman. Dalam syarah sebuah hadits Sunan Abu Dawud yang diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id al-Balkhi, dari al-Laits, dari ‘Uqail, dari al-Zuhri, dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya (Abdullah bin Umar RA), Nabi Muhammad saw bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya." (Sharh Sunan Abi Dawud li Ibn Ruslan, 18/630 Ibn Ruslan (w. 844 H), Kitab al-Adab Bab al-Muakhah.)
Hadits ini menunjukkan bahwa hubungan persaudaraan dalam Islam mengharuskan adanya dukungan, kerja sama dan kepedulian dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam mewujudkan resolusi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Secara keseluruhan, refleksi dan resolusi yang diambil pada Tahun Baru dapat diperkaya dengan perspektif keislaman. Islam memberikan panduan yang mendalam melalui tasawuf, dan prinsip-prinsip keislaman yang menekankan pentingnya niat yang tulus, introspeksi diri, serta pembersihan hati.
Dalam ajaran tasawuf, hati diibaratkan sebagai cermin yang harus dijaga kejernihannya agar tetap mampu mencerminkan kebenaran dan menerima petunjuk Allah. Momentum Tahun Baru adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak taubat, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama manusia.
Terpopuler
1
Rais Syuriyah PWNU Jateng: NU Kokoh Berkat Peran Kolektif Ulama dan Santri
2
Ujian Akhir Santri TPQ Metode Tilawati di Jatinegara-Bojong Libatkan 240 Peserta
3
Keutamaan Bulan Rajab Selain Isra’ Mi’raj Menurut Mbah Maimoen
4
Khutbah Jumat: Bulan Rajab Menuntut Ilmu Ai: Kecerdasan Buatan
5
Khutbah Jumat: Memanfaatkan Teknologi Digital dengan Baik
6
Pasien Diare dan Dengue Shock Syndrome Meningkat di Rembang di Januari 2025,
Terkini
Lihat Semua