Sifat Wujud: Membuktikan Adanya Tuhan
Benarkah Tuhan itu ada? Ini adalah pertanyaan beberapa orang yang meragukan keberadaan Tuhan sebab eksistensi Tuhan tak dapat diobservasi dan tak dapat pula dideteksi keberadaannya melalui serangkaian alat-alat modern. Mencari Tuhan dengan metode empiris seperti itu takkan membuahkan hasil sebab Tuhan itu memang ghaib, wujudnya sama sekali tak dapat diakses atau diindra. Karena itulah, untuk membuktikan keberadaan Tuhan bukan dengan melakukan serangkaian tes yang bersifat indrawi tetapi dengan penarikan kesimpulan yang bersifat rasional.
Bila kita melihat jagat raya ini, kita lihat semuanya punya
garis merah yang sama, yaitu semua serba berubah. Tak ada yang tak berubah di
jagat raya ini, bahkan hal yang kita sangka tak pernah berubah pun ternyata
berubah seiring waktu. Semua hal mengalami masa sebelum, sedang, dan setelah.
Semua berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya. Bila demikian, maka dengan
pasti kita tahu bahwa segala yang ada di jagat raya ini punya permulaan.
Seperti halnya kita tak tahu kapan tetangga kita
dilahirkan, akan tetapi kita tahu pasti bahwa dia punya tanggal lahir. Kita
juga tak tahu dengan pasti kapan planet ini dan segala isinya diciptakan, tapi
kita tahu dengan pasti bahwa ia ada awal mulanya. Demikian juga dengan seluruh
bintang, planet, galaksi, atau apa pun namanya, bagaimanapun bentuknya, kita
tahu dengan pasti bahwa semuanya berawal dari sebuah titik yang mengubahnya
dari kondisi tidak ada menjadi ada.
Selain itu, kita lihat bahwa segala yang ada di dunia ini
juga punya sifat dan karakter khusus; benda-benda besar di jagat raya mempunyai
gaya tarik yang kita sebut gravitasi, api mempunyai karakter membakar, es
mempunyai karakter dingin, batu mempunyai karakter keras dengan bentuk tertentu,
gelombang punya karakter merambat dan menembus, air punya karakter cair, dan
begitu juga pohon, udara, dan segala makhluk hidup punya karakternya
masing-masing. Segala karakter ini pun saling melengkapi dan membentuk sistem
kehidupan yang saling menopang satu sama lain. Meski kita tak tahu dengan
detail bagaimana semua itu terbentuk, tapi kita bisa memastikan bahwa seluruh
sifat dan karakter itu dibentuk dan dirancang dengan penuh kesadaran oleh aktor
yang berada di luar jangkauan kita sebab mustahil hal yang begitu rumit terjadi
dengan sendirinya dan membentuk sistem yang begitu hebatnya.
Ketika melihat keberadaan dinding dari batu bata di tengah
hutan, kita bisa menyimpulkan dengan pasti bahwa dinding itu dirancang dan
dibuat oleh suatu makhluk berkesadaran, bukan oleh angin, air, panas mentari,
pohon-pohon atau gempa bumi. Padahal susunan dinding batu bata sangat
sederhana, tetapi akal kita menolak ketika ada yang mengatakan bahwa dinding
itu tercipta dengan sendirinya. Maka bagaimana mungkin kita sanggup mengatakan
bahwa jagat raya ini ada dengan sendirinya?
Bila demikian, maka sampailah kita pada pertanyaan paling
penting, siapakah aktor yang membuat semuanya ada dari tiada? Siapakah yang
merancang dan membentuk seluruh karakter yang kita lihat di setiap hal di jagat
raya ini? Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah Tuhan. Meskipun kita tak
pernah melihatnya, tetapi kita tahu dengan pasti bahwa Tuhan itulah penyebab
utama dari segala keberadaan di alam semesta. Keberadaannya adalah pasti dan
tak bisa didebat lagi.
Keberadaan Tuhan inilah yang disebut para ulama sebagai "wajibul
wujud", keberadaan yang pasti, harus, dan tak bisa disangkal. Adapun
keberadaan selain Tuhan sifatnya hanya "mumkinul wujud", yakni
sesuatu yang keberadaannya relatif dalam arti bisa saja ada dan boleh juga
tidak ada. Tak ada alasan yang memastikan bahwa kita ini harus ada, planet ini
harus ada, dan segala hal di semesta harus ada. Tapi Tuhan harus ada sebab
keberadaannya merupakan keniscayaan dari seluruh keberadaan hal lain yang sudah
ada ini. Inilah yang membedakan antara keberadaan Tuhan dan keberadaan selain
Tuhan. Meskipun semua sama-sama ada, tapi pada hakikatnya keberadaan keduanya
jauh berbeda.
Lalu siapa yang mencipta Tuhan dan memberikan karakter
ketuhanan pada-Nya? Ini pertanyaan konyol yang hanya akan membuat lingkaran tak
berujung yang pasti mustahil. Ketika kita melihat orang lain, kita tahu bahwa
dia punya bapak, bapaknya punya bapak dan demikian seterusnya tapi haruslah ada
ujung dari semua rantai kebapakan itu di mana ujung rantai itu tak punya bapak
lagi. Bapak paling tua itu yang lewat bocoran wahyu kita kenal sebagai Adam.
Demikian juga seluruh hal lainnya harus punya ujung pertama di mana ujung
pertama itu tak berasal dari apa pun. Yang paling ujung dari semua penciptaan
adalah Tuhan dan pastilah Tuhan itu sendiri tak diciptakan, tak dirancang, tak
disusun, tak dibentuk, dan memang sudah ada tanpa awal mula.
Andai dipaksakan bahwa ada lingkaran penciptaan yang tak
berujung hingga ke belakang di mana Tuhan diciptakan oleh sesuatu yang lain dan
sesuatu yang lain itu juga diciptakan oleh sesuatu sebelumnya secara
terus-menerus tanpa ada ujungnya, maka seharusnya alam semesta takkan tercipta.
Logikanya, bila penciptaan semesta ini tergantung pada keberadaan Tuhan
sedangkan keberadaan Tuhan itu pun juga bergantung pada keberadaan Tuhan lain
sebelumnya dan terus demikian, maka pasti alam semesta belum ada sebab keberadaannya
bergantung pada lingkaran yang tak pernah berhenti. Tatkala kita lihat alam
semesta ada, itu artinya ada ujung paling akhir yang berperan menentukan
segalanya. Ujung paling akhir itulah yang absah disebut Tuhan, Sang Pencipta
segalanya.
Penjelasan di atas adalah penjelasan universal yang
dapat dipahami seluruh manusia di mana pun, apa pun agamanya, dan apa pun
bangsanya. Ini adalah kebenaran rasional yang bisa diketahui oleh semua orang
berakal. Dengan penjelasan semacam inilah para ulama berkomunikasi dengan semua
orang dari semua penjuru dunia dengan berbagai latar belakang yang berbeda.
Bahasa universal inilah yang dapat diyakini kebenarannya oleh seluruh manusia
sebab bukan berdasarkan dogma atau klaim apa pun yang sifatnya subjektif.
Ustadz Abdul Wahab Ahmad,
Peneliti Bidang Aqidah di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah
LBM Jawa Timur.
Sumber: Sifat Wujud: Membuktikan Keberadaan Tuhan