Khutbah Jumat: Momen Berbenah Diri setelah Ramadhan
Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا
فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا
يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا
يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ
فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ
الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
اْلمَآبِ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ
تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ
تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى
أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Ramadhan
telah lewat dan kita memasuki bulan Syawal lalu bulan-bulan berikutnya yang
mungkin bagi kebanyakan orang “kurang istimewa”. Ramadhan yang istimewa hadir
dengan janji pelipatgandaan pahala, menekankan pengekangan hawa nafsu, dan
momen menumpuk amal saleh sebanyak-banyaknya. Ramadhan dengan demikian menjadi
saat-saat penggemblengan hamba menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah
atau dalam bahasa Al-Qur’an mencetak insan yang bertakwa (la‘allakum
tattaqûn).
Di
dalam Ramadhan umat Islam dianugerahi sebuah malam spesial bernama Lailatul
Qadar yang setara dengan seribu bulan. Artinya melakukan satu amal kebaikan
pada malam itu setara dengan seribu amal kebaikan pada malam-malam di luarnya.
Tidurnya orang berpuasa bernilai ibadah, diamnya orang yang berpuasa bernilai
tasbih, doanya dikabulkan, dan balasan atas perbuatan baiknya dilipatgandakan.
كُلُّ عَمَلِ
ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا
أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ
فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Artinya:
“Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang
semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang
akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan
karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu
kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.
Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau
minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Yang
menjadi pertanyaan, mengapa Allah memberikan anugerah yang luar biasa semacam
itu? Hal ini bisa dipahami setidaknya dalam dua sudut pandang:
Pertama, ini merupakan kemurahan dari Allah untuk
hamba-Nya. Sebagaimana Allah mengistimewakan hari Jumat di tengah hari-hari
lain dalam satu minggu, Allah pun mengistimewakan Ramadhan di tengah
bulan-bulan lain dalam satu tahun. Momen tersebut menjadi kesempatan terbaik
bagi setiap hamba meningkatkan
Kedua, Ramadhan juga bisa dibaca sebagai sindiran
kepada mereka yang umumnya terlalu tenggelam dengan kesibukan duniawi.
Jam-jamnya, hari-harinya, dan bulan-bulannya, dipenuhi dengan aktivitas untuk
kepentingan dirinya sendiri—atau paling jauh untuk keluarga sendiri. Sementara
kegiatan yang benar-benar diniatkan untuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah
nyaris terlupakan.
Kita
sering mendengar seorang ibu yang merayu anaknya dengan iming-iming hadiah
untuk mencegahnya dari tindakan-tindakan bandel tertentu. Jangan-jangan
Ramadhan adalah hadiah karena Allah tahu kita terlalu “bandel”, tak cukup waktu
untuk bermesraan dengan-Nya, tak banyak waktu untuk mengingat-Nya. Itulah
mengapa pada malam Lailatul Qadar kita justru dianjurkan banyak meminta ampun
dengan membaca:
اللَّهُمَّ
إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"
Artinya: Ya Allah Engkaulah maha pengampun, senang kepada ampunan, maka
ampunilah aku.”
Anjuran
memohon ampunan adalah sinyal bahwa umat manusia memiliki kecenderungan
berbuat lalai dan dosa. Ini adalah pesan tentang pentingnya muhasabah atau
introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita selama ini. Sudahkah seluruh
harta yang kita makan didapatkan dengan cara yang halal? Sudahkah kita bebas
dari tindakan menyakiti orang lain? Seberapa ikhlas kita meninfakkan sebagian
kekayaan kita untuk di luar kepentingan kita? Seberapa semangat kita beribadah
dibanding semangat kita melakukan aktivitas dunia? Dan seterusnya dan
sebagainya.
Pembicaraan
ampunan juga muncul dalam janji dalam sebuah hadits bahwa siapa yang berpuasa
Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan mendapat
ampunan atas dosa-dosanya yang telah lewat (man shâma ramadhâna îmânan
wa-htisâbah ghufira lahu mâ taqaddama min dzanbihi). Ini juga menyiratkan pesan
tentang betapa manusia telah melewati hari-hari mereka dengan penuh
kedurhakaan. Melalui Ramadhan dan Lailatul Qadar, dosa-dosa yang pernah kita
lakukan diharapkan terhapuskan.
Memahami
Ramadhan sebagai momen koreksi diri merupakan hal yang penting agar kita
menghargai waktu dengan cara mengisinya secara positif dan memiliki kaitan
dengan pendekatan diri kepada Allah subhânahu wata‘âlâ. Tidak meremehkan
bulan-bulan di luar Ramadhan. Imam Al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang
disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya di dunia,
maka sesungguhnya ia sedang menghampiri suatu kerugian yang besar. Sebagaimana
yang ia nyatakan—dengan mengutip hadits—dalam kitab Ayyuhal Walad:
عَلاَمَةُ اِعْرَاضِ اللهِ تَعَالَى عَنِ الْعَبْدِ،
اشْتِغَالُهُ بِمَا لاَ يَعْنِيهِ، وَ اَنﱠ امْرَأً ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مَنْ
عُمُرِهِ، في غَيرِ مَا خُلِقَ لَهُ مِنَ الْعِبَادَةِ، لَجَدِيرٌ اَنْ تَطُولَ
عَلَيْهِ حَسْرَتُهُ
Artinya:
"Pertanda bahwa Allah ta'ala sedang berpaling dari hamba adalah
disibukkannya hamba tersebut dengan hal-hal yang tak berfaedah. Dan satu saat
saja yang seseorang menghabiskannya tanpa ibadah, maka sudah pantas ia menerima
kerugian berkepanjangan.”
Semoga
Ramadhan yang telah kita lewati membawa manfaat bagi perbaikan diri kita
sehingga melewati hari-hari dan bulan-bulan setelahnya dengan lebih baik sampai
kita dipertemukan dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya. Wallahu a’lam
bish-shawâb.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ
هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ
عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ
اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ
Alif Budi Luhur
Sumber: Khutbah Jumat: Momen BerbenahDiri Pasca-Ramadhan