• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Shalat Jamaah Amalan Sunnah yang Sangat Dianjurkan

Shalat Jamaah Amalan Sunnah yang Sangat Dianjurkan
Ngaji kitab kuning di Pesantren Besongo, Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/Raif)
Ngaji kitab kuning di Pesantren Besongo, Kota Semarang (Foto: NU Online Jateng/Raif)

Semarang, NU Online Jateng
Shalat berjamaah merupakan shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama dan salah seorang dari mereka menjadi imam, sedangkan yang lainnya menjadi makmum. 


Hukum Shalat wajib berjamaah adalah sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan orang muslim. Dalam kitab Minahus Saniyah dijelaskan:


و (لا تترك ايضا) صلاة الجماعة 


Artinya: “Janganlah kamu meninggalkan shalat berjamaah”


Ustadz Pesantren Darul Falah Besongo Semarang Ahmad Tajuddin Arafat mengatakan, shalat berjamaah itu sangat penting. Jika orang yang hendak masuk ke hadirat Ilahi, maka ia harus senantiasa menjaga shalatnya. 


Hal itu disampaikan saat Ngaji Sanadan kitab Minahus Saniyah di Masjid Roudlotul Jannah, Perumahan Bank Niaga, Ngaliyan, Semarang, pada Senin (3/4/2023).


Dikisahkan, ulama atau kiai dulu jika ketinggalan jamaah, mereka akan merasa susah dan menjadi suatu musibah. Jadi, ketika mereka ketinggalan shalat jamaah mereka akan terus meminta maaf dan merasa ketakutan. 


“Seperti yang diceritakan dalam kitab ini, ada seorang sahabat baru saja pulang dari kebunnya yang jauh. Lalu, beliau kembali dalam keadaan orang-orang telah melaksanakan jamaah shalat Ashar. 


Beliau merasa sangat menyesal dan menangis. Dan sebagai kafaratnya, ia sumbangkan kebun kurmanya sebagai ganti dari tertinggalnya jamaah beliau,” ucap Tajuddin yang juga Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.


Disampaikan, Abdullah bin Umar radliyallahu suatu hari pernah kehilangan shalat isya berjamaah. Kemudian, ia mengerjakan shalat malam hingga terbit fajar sebagai ganti dari shalat isyak berjamaah yang hilang.


"Aada sebuah cerita dari Ubaidillah bin Amr Al-Qowaririy bercerita, Saya ini belum pernah ketinggalan shalat jamaah. Nah, pada suatu saat saya kedatangan tamu. Saking lamanya kita tidak bertemu, kita sudah duduk lama dan berbincang-bincang dengan teman saya, kita sampai lupa shalat jamaah Isya di Masjid. Akhirnya, kami mencari masjid yang masih ada jamaah Isya. Ternyata sudah selesai semua jamaahnya, dan masjid itu sudah ditutup semua. Akhirnya, saya menambal dengan shalat isyak sebanyak 27 kali.”


Lalu, Ubaidillah bin Amr ini bermimpi, beliau sedang menaiki kuda, dan di depan beliau ada banyak kuda. Rombongan itu kemudian dikejar oleh beliau. Tapi ada salah satu yang menengok ke belakang ke arah Ubaidillah bin Amr, “Setelah apapun kamu mengejar, tidak akan bisa terkejar”. “Mengapa begitu? Kan saya sudah ikhtiar,” sanggah Ubaidillah bin Amr. “Karena meskipun kamu mengganti shalatmu 27 kali, itu sama saja kamu shalat sendiri.” Kemudian beliau terbangun dari tidurnya, lalu beliau merasa susah dan sedih.


Menurutnya, membaca manaqibnya bahwa para ulama salaf melakukan riyadhah atau tirakatnya itu berupa shalat jamaah. Bahkan, di umur 90 tahunan saja mereka masih bisa menjadi imam shalat dengan posisi berdiri yang sempurna.


“Sebagus-bagusnya orang yang terjun ke maqam riyadhah, yaitu orang yang masih muda yang masih memiliki aktivitas dan nafsu, tetapi mereka mampu menundukkan rasa nafsunya,” pungkasnya.


Pengirim: M Raif Al Abrar


Keislaman Terbaru