Keislaman

Amalan Rebo Wekasan: Menulis 7 Ayat Salam agar Terhindar dari Bencana

Selasa, 20 Agustus 2024 | 20:00 WIB

Amalan Rebo Wekasan: Menulis 7 Ayat Salam agar Terhindar dari Bencana

Ilustrasi Rebo Wekasan (Foto: NUO Jatim)

Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di Bulan Safar yang dikenal dengan hari diturunkannya bala’ atau marabahaya. Kepopuleran ini salah satunya berawal dari sebuah pendapat dari seorang waliyullah yang sudah mencapai maqam kasyaf yaitu Syaikh Ad-Dairobi yang mengatakan bahwa dalam satu tahun Allah swt akan menurunkan bala’ sebanyak 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) macam dalam satu malam. Malam yang dimaksudkan adalah malam Rabu terakhir di Bulan Safar. (Al Faruq, 2021)


Ahmad Bima Risyta Al-Faruq dalam tulisan “Ritual Ibadah Shalat Rebo Wekasan of the Month Shafar According To Islamic Law” yang diterbitkan oleh International Journal of Southeast Asia mengatakan bahwa pendapat Ad-Dairobi ini tidak berasal dari sebuah hadits Nabi Muhammad saw melainkan pendapat ini adalah hasil dari maqam kasyafnya  sebagai waliyullah yang memiliki kemampuan untuk mencapai derajat makrifat atau derajat yang dekat dengan Allah swt.


Ahmad Bima Risyta Al-Faruq juga mengatakan ada pendapat yang sejalan juga dijelaskan dalam kitab Jawahir, bahwa Allah swt menurunkan sekitar 320.000 bala pada “Rebo Wekasan” atau hari Rabu terakhir di Bulan Safar. Dari sini kemudian muncul tradisi-tradisi “tolak bala” yang berkembang di masyarakat seperti sholat Rebo Wekasan, sedekah tolak bala dan memperbanyak dzikir agar terhindar dari bala’. Secara umum tradisi-tradisi tersebut tidak menyala sama sekali, karena aktivitasnya tidak melanggar nilai-nilai syariat. Dalil yang menguatkan melaksanakan amaliyah Rebo Wekasan adalah berpegang teguh kepada firasat orang mukmin yang terpilih (khos) yaitu para waliyullah.


Amalan Menulis 7 Ayat Salamun


Di kalangan masyarakat khususnya muslim di Jawa, mereka memiliki berbagai tradisi dan amalan yang turun temurun dari para pendahulunya. Tradisi tersebut tidak lepas untuk menolak bala’ di hari Rebo Wekasan. Diantaranya adalah amalan menulis 7 ayat salamun yang disarikan dari Al-Quran untuk menolak bala. Keterangan ini diambil dari kitab Nihayah Az-Zain (halaman 67 Dar Kutub Ilmiyah) karya Syaikh Nawawi Al-Bantani.


قوله: (لنازلة) ونقل بعض الفضلاء أنه ورد أن الخلايا المقدرة في السنة تنقل من اللوح المحفوظ إلى سماء الدنيا في ليلة اخر اربعاء من شهر صفر وان من كتب هذه الآيات السبع في إناء ومحاهن بماء وشربه لم يصبه شيء من تلك البلايا ، وهي : سلام قولا من رب رحيم، سلام علي نوح في العالمين ،سلام على ابراهيم ، سلام علي موسى و هارون ، سلام على آل ياسين، سلام عليكم طبتم فادخلوها خالدين، سلام هي حتى مطلع الفجر وهي سبع سلامات


Artinya: Dikatakan (Peristiwa yang diturunkan): Menurut sebagian orang-orang terkemuka mengatakan bahwa bala’ yang tercatat dalam Lauhil Mahfud akan diturunkan ke dunia pada malam Rabu terakhir di Bulan Safar. Dan barangsiapa yang menulis tujuh ayat salam dalam sebuah bejana (gelas dan sejenisnya) dan mencampurnya dengan air kemudian meminumnya, maka ia tidak akan terkena bala’ tersebut. Adapun tujuh ayat salam tersebut adalah: Salamun qaulam mir rabbir rahim; Salamun ala nuhin fil alamin; Salamun ala Ibrahim; Salamun ala Musa wa Harun; Salamun ala Ali Yasin; Salamun alaikum thibtum fadhkhuluna khalidin; Salamun hiya hatta mathla’il fajr.


Dari keterangan ini, Syaikh Nawawi Al-Bantani mencoba menjelaskan bahwa amalan di hari Rabu terakhir bulan Safar atau Rebo Wekasan adalah  hari diturunkannya bala’. Oleh karena itu ia mengutip keterangan dari para ulama terkemuka bahwa ada amalan untuk mengantisipasi bala’ tersebut yaitu dengan menulis tujuh ayat salamun dalam Al-Quran dan memasukkan ke dalam wadah (gelas atau toples) kemudian tuangkan air ke dalamnya lalu diminum airnya. Faedahnya dari amalan tersebut adalah akan diselamatkan dari marabahaya.


Adapun tujuh ayat yang ditulis dalam kertas tersebut setelah digunakan, hendaknya diletakkan pada tempat yang layak dan terhormat. Karena, tulisan tujuh ayat tersebut termasuk mushaf atau tulisan Al-Quran yang harus dijaga dan dirawat. Syaikh Sulaiman al-Bujairami mengatakan dalam kitabnya Hasyiyah Al-Bujairami bahwa meletakkan mushaf Al-Quran di lantai secara langsung hukumnya haram. Hal ini menegaskan untuk menghormati mushaf meskipun sedikit. Oleh sebab itu, sebaiknya tulisan tujuh ayat di atas disimpan atau diletakkan pada tempat yang layak atau mulia.


وَيَحْرُمُ وَضْعُ الْمُصْحَفِ عَلَى الْأَرْضِ بَلْ لَا بُدَّ مِنْ رَفْعِهِ عُرْفًا وَلَوْ قَلِيلًا


Artinya: Haram hukumnya, meletakkan Mushaf di atas tanah (tempat yang rendah/kurang layak) bahwa wajib hukumnya untuk mengangkatnya di tempat yang lebih tinggi (tempat yang mulia/pantas) menurut pandangan khalayak, meskipun (mushafnya) sedikit. (Hasyiyah al-Bujairomi, Juz I halaman 376)


Sementara tujuh ayat salamun tersebut adalah:
Pertama ayat salam dalam surat Yasin ayat 58:


سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ


Salam, qaulam mir rabbir rahim
Artinya: Salam Sejahtera sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang


Kedua dalam surat As-Saffat ayat 79:


سَلٰمٌ عَلٰى نُوْحٍ فِى الْعٰلَمِيْنَ


Salamun 'ala nuhin fil-alamin
Artinya: Kesejahteraan (Kami limpahkan) atas Nuh di semesta alam


Ketiga dalam surat As-Saffat ayat 109:


سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ


Salamun 'ala ibrahim 
Artinya: Salam Sejahtera atas Ibrahim


Keempat dalam surat As-Saffat ayat 120:


سَلٰمٌ عَلٰى مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ


Salamun 'ala musa wa harun 
Artinya: Salam Sejahtera atas musa dan harun


Kelima dalam surat As-Saffat ayat 130:


سَلٰمٌ عَلٰٓى اِلْ يَاسِيْنَ


Salamun 'ala ilyasin
Artinya: Salam Sejahtera atas Ilyas dan kaumnya


Keenam dalam surat Az-Zumar ayat 73:
 

 سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خٰلِدِيْن


Salamun alaikum 'alaikum thibtum fadkhuluha khalidin
Artinya: Semoga keselamatan tercurah kepadamu, berbahagialah kamu. Maka, masuklah ke dalamnya (untuk tinggal) selama-lamanya.


Ketujuh adalah ayat salam dalam surat Al-Qadr ayat 5:


سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ


Salâmun hiya ḫattâ mathla'il-fajr

Artinya: Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.


Dengan demikian, sebagai seorang muslim, tidak ada salahnya untuk mengamalkan setiap amalan yang disarankan oleh para ulama. Terutama amalan-amalan Rebo Wekasan yang tidak bertentangan dengan syariat, seperti amalan perbanyak sholat, dzikir dan berdoa.