Keislaman

Memaknai Kemerdekaan sebagai Ekspresi Cinta Tanah Air

Sabtu, 17 Agustus 2024 | 10:00 WIB

Memaknai Kemerdekaan sebagai Ekspresi Cinta Tanah Air

Ilustrasi bendera merah putih (Foto:Freepik)

Semarang, NU Online Jateng

Agustus merupakan bulan yang penuh makna bagi bangsa Indonesia. Tepat 79 tahun yang lalu, Indonesia berhasil melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Sebagai bangsa yang merdeka, kita patut merayakan kemerdekaan ini sebagai ungkapan syukur atas anugerah kemerdekaan yang diberikan oleh Allah swt.


Selain sebagai bentuk syukur, perayaan kemerdekaan juga merupakan ekspresi cinta tanah air atau nasionalisme. Nasionalisme, yang sering kita pahami sebagai paham mencintai bangsa dan negara sendiri, mengandung makna mendalam untuk menjaga identitas, integritas, dan kemakmuran bangsa.


Cinta tanah air adalah sikap alami yang muncul dari dalam diri manusia. Sikap ini tidak dilarang dalam Islam selama tidak bertentangan dengan ajaran atau nilai-nilai Islam. Bahkan, dalam Islam, cinta tanah air sangat dianjurkan, sebagaimana dijelaskan dalam beberapa dalil Al-Qur'an.


Dosen IAIN Kudus, Supriyono, dalam tulisannya di NU Online berjudul Dalil-dalil Cinta Tanah Air dari Al-Qur'an dan Hadits menerangkan bahwa ada beberapa dalil Al-Qur'an yang menjelaskan pentingnya cinta tanah air.


"Berkenaan dengan vonis bahwa cinta tanah air tidak ada dalilnya, maka guna menjawab vonis tersebut, perlu kiranya kita mencermati paparan ini, berikut adalah dalil-dalil tentang bolehnya cinta tanah air," ungkapnya.


Salah satu dalil yang disebutkan oleh Supriyono adalah firman Allah swt dalam QS. Al-Qashash ayat 85:


إِنَّ ٱلَّذِی فَرَضَ عَلَیۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لَرَاۤدُّكَ إِلَىٰ مَعَادࣲۚ


Artinya: Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (QS. Al-Qashash: 85)


Supriyono mengutip pendapat Syaikh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi (wafat 1127 H) dalam kitab tafsirnya Ruhul Bayan yang menjelaskan bahwa dalam tafsir ayat ini terdapat isyarat bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman. Rasulullah saw dalam perjalanan hijrahnya menuju Madinah sering menyebut kata “tanah air, tanah air” hingga Allah swt mengabulkan permohonannya untuk kembali ke Makkah.


Selain itu, Supriyono juga menyebutkan QS. An-Nisa ayat 66 sebagai dalil lain:


وَلَوۡ أَنَّا كَتَبۡنَا عَلَیۡهِمۡ أَنِ ٱقۡتُلُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ أَوِ ٱخۡرُجُوا۟ مِن دِیَـٰرِكُم مَّا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِیلࣱ مِّنۡهُمۡۖ


Artinya: Dan sesungguhnya jika seandainya kami perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik): Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman kamu! Niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka.


Dalam Tafsir Al-Wasith karya Syaikh Wahbah Zuhaili, disebutkan bahwa ayat ini menunjukkan keterikatan hati manusia dengan tanah airnya. Cinta tanah air adalah sesuatu yang melekat di hati dan berkaitan erat dengan perasaan manusia. Allah swt menyamakan beratnya keluar dari tanah air dengan tindakan yang sangat berat, seperti bunuh diri. Banyak orang yang tidak akan rela meninggalkan tanah air mereka, meski harus menghadapi penderitaan, ancaman, atau gangguan.


Dari kedua ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa cinta tanah air adalah sesuatu yang sangat berharga. Allah swt memberikan isyarat yang jelas bahwa Rasulullah saw pun sangat merindukan tanah airnya ketika hijrah ke Madinah, hingga akhirnya diizinkan kembali ke Makkah dalam peristiwa Fath Makkah.


Sebagai bangsa Indonesia, sangatlah pantas bagi kita untuk merayakan hari kemerdekaan sebagai wujud rasa syukur dan cinta tanah air. Dengan cinta tersebut, kita dapat menjaga kedaulatan, kemakmuran, dan kemajuan tanah air kita tercinta.