• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Tips Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari Cari Guru bagi Generasi Milenial

Tips Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari Cari Guru bagi Generasi Milenial
Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari (Foto: Istimewa)
Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari (Foto: Istimewa)

Generasi milenial seringkali kebingungan dalam mengenali Islam melalui media yang kekinian. Belum lagi banyak ustadz yang mendakwahkan akidah dengan berbagai referensi kitab. Bermodalkan gelar alumnus dari universitas ternama di Timur Tengah banyak ustadz yang mengenalkan akidah dengan jargon yang menarik untuk kalangan awam. 


Namun, dai-dai itu ada yang mengajarkan kitab yang penulisnya mencela akidah Asyariyah maupun Maturidiyah. Parahnya, celaan terhadap akidah Asyariyah maupun Maturidiyah ini tidak dipahami oleh orang awam. Padahal, agama Islam harus diambil dari sanad yang terjamin. Muncullah kebutuhan untuk memahami prinsip akidah seperti definisi iman dan Islam yang valid dari kitab-kitab yang padat dan ringan, tetapi tepat untuk khalayak umum. 


Di sisi lain, guru seperti apakah yang layak untuk dijadikan panutan dalam mempelajari Islam bagi orang kebanyakan? Apabila banyak ustadz berdakwah di berbagai media yang tersebar seperti sekarang, bagaimana agar kita selektif dalam memilih dan mengikutinya?


Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari telah merumuskan kaidah untuk mempelajari Islam dengan ringkas melalui salah satu kitabnya. Kitab yang berjudul Ar-Risalah fil Aqaid merupakan ringkasan pedoman dalam memahami konsep iman dan Islam sekaligus pedoman memilih guru bagi orang awam. Kitab ini telah ditulis dalam bahasa Jawa pegon. Kitab ini menjelaskan tentang definisi iman dan Islam hingga cara memilih guru yang dirangkum dari berbagai kitab. Hadratus Syekh menekankan bahwa rangkuman definisi yang ditulis itu diambil dari berbagai kitab yang telah teruji oleh para ulama dan tidak diragukan lagi keabsahannya. Beliau membuka tulisannya dengan penjelasan bahwa iman adalah kepercayaan hati terhadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam semua hal yang datang dari Allah SWT melalui Baginda Nabi. 


Hal-hal yang termasuk keimanan itu merupakan persoalan agama yang terkait dengan masalah keyakinan seperti maha suci dan luhurnya seluruh sifat Allah SWT. Selain itu, ibadah yang bersifat lahiriah seperti shalat wajib lima waktu dan ibadah lainnya juga merupakan bagian dari keimanan. Perintah ibadah tersebut datang dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sehingga harus dilaksanakan dengan hati yang taat dan penuh kerelaan. Kiai Hasyim juga menuliskan bahwa ucapan syahadat merupakan syarat sahnya iman. 


Selanjutnya Kiai Hasyim menjelaskan tentang enam rukun iman sebagaimana yang sekarang kita ketahui. Iman kepada keberadaan Allah SWT yang Maha Esa, iman kepada semua malaikat, iman kepada semua kitab, iman kepada para nabi dan rasul, iman kepada hari akhir dan hari kiamat serta iman kepada ketetapan dari Allah SWT yang baik maupun buruk. Semua konsep rukun iman tersebut dijabarkan dengan ringkas. Satu hal yang sangat penting dan relevan dengan pemahaman akidah saat ini adalah pemahaman tentang sifat Allah SWT yang tidak pernah berubah-ubah. Pemahaman ini penting mengingat saat ini banyak orang yang mengajarkan tentang sifat Allah SWT, tetapi tidak menguatkan konsep keyakinan bahwa sifat Allah tetap tidak berubah. Akibatnya, orang-orang yang awam rentan mengalami keraguan tentang tetapnya sifat-sifat Allah SWT.


Pada bagian terakhir kitab tersebut, Hadratus Syekh mengingatkan orang awam dari kalangan kaum muslimin terhadap upaya mencari guru dalam mempelajari Islam. Kiai Hasyim mengutip dari Kitab Nataijul Afkar Al-Qudsiyah tentang empat kriteria guru yang dapat dijadikan sumber dalam mempelajari Islam. Kriteria pertama, seorang guru harus memahami sifat-sifat Allah SWT dan sifat-sifat rasul dengan pemahaman yang benar terhadap dalil-dalil menurut akal maupun berdasarkan sumber-sumber wahyu. Hal ini penting agar dapat menghilangkan keraguan yang kerap menyergap di kalangan para murid apabila mereka mengalami kebingungan ketika mempelajari akidah. Hal ini sangat penting untuk diterapkan di era milenial ini karena banyak syubhat yang ditiupkan untuk mengaburkan keyakinan orang awam terhadap sifat-sifat Allah SWT maupun sifat-sifat rasul.


Kriteria berikutnya, guru harus memiliki akidah yang tidak melenceng dari prinsip-prinsip Ahlussunnah wal Jamaah. Guru juga harus mengetahui hukum-hukum Allah SWT dalam semua cakupan, baik yang berkaitan dengan fiqih seperti hukum bersuci dari hadas maupun najis, maupun yang terkait dengan pensucian jiwa. Hal ini penting agar dirinya selamat sekaligus dapat membersihkan hati dan jiwa murid-muridnya dari riya, ujub, serta berbagai penyakit hati.


Kriteria yang terakhir, guru harus mengamalkan ilmunya dengan melaksanakan hukum-hukum Allah dan menjauhi larangan-Nya. Pengamalan ini menjadi penting karena guru akan diikuti oleh murid-muridnya dan dijadikan teladan. Oleh karena itu, bagi yang tidak memiliki semua kriteria di atas, tidak layak dijadikan guru. 


Demikianlah uraian ringkas dalam kitab Ar-Risalah fil Aqaid yang dapat dibaca pada kumpulan kitab-kitab Hadratus Syekh yang terkenal dengan Iryadus Sari. Kitab ini ditulis di Tebuireng Jombang. Menurut Zuhri, kitab Ar-Risalah fil Aqaid atau Risalah tentang Akidah ini pernah dicetak di Surabaya dan Mesir pada tahun 1937 M. Risalah ini juga pernah ditashih oleh Syekh Fahmi Ja’far Al-Jawi dan Syekh Ahmad Said Ali dari Al-Azhar, Kairo. (Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KHM Hasyim Asy’ari tentang Ahlussunnah wal Jamaah, Surabaya, Penerbit Khalista bekerjasama dengan LTN PBNU, 2010: 29)


Meskipun telah ditulis sebelum Indonesia merdeka, kitab ini masih relevan untuk dijadikan pedoman bagi umat Islam di masa sekarang. Saat ini, dakwah Islam dengan berbagai model telah menyebar dengan pesat. Namun, pemahaman tentang iman dan Islam yang benar tetap harus dipertahankan. Pemahaman yang benar inilah yang dikenal dengan Ahlussunnah wal Jamaah. Ahlussunnah wal Jamaah dalam bidang akidah atau ushuluddin diwakili oleh Asyariyah dan Maturidiyah. Sifat Allah yang tidak pernah berubah merupakan konsep akidah Asyariyah dan Maturidiyah. 


Secara khusus, KH Hasyim Asy’ari telah menyebutkan bahwa sejak zaman dahulu, masyarakat Islam di Jawa atau Nusantara mengikuti konsep Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dalam ushuluddin (Syekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, Jombang, Maktabah Turats Al-Islami, 1418 H: 9).


Masyarakat Islam Indonesia saat ini selayaknya melihat akidah yang dimiliki oleh para ustadz. Di sisi lainnya, cara mencari guru yang tepat juga perlu dikenalkan kepada khayalak sehingga mereka mencapai keselamatan dalam mencari ilmu-ilmu Islam dan terhindar dari kesesatan maupun penyimpangan akidah. Tips dari KH Hasyim Asy’ari bagi orang awam yang mencari guru agama sebagaimana yang telah diuraikan di atas dapat menjadi solusi yang bijak dan jitu. 


Yuhansyah Nurfauzi, tinggal di Cilacap


Opini Terbaru