• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Fragmen

Cara Kiai Umar Menangani Santri Nakal

Cara Kiai Umar Menangani Santri Nakal
Allah yarham KH Ahmad Umar Abdul Mannan, Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta (Foto: istimewa)
Allah yarham KH Ahmad Umar Abdul Mannan, Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta (Foto: istimewa)

Meski berada di pesantren, sebuah lembaga yang mengajarkan akhlak serta ilmu agama, tetapi ada saja label 'santri nakal' yang  dilekatkan pada beberapa santri. Kenakalannya pun bertaraf, dari hanya sekadar ghasab (meminjam tanpa izin) sandal teman, membolos saat jam ngaji, sampai melakukan kenakalan lain yang dapat mengakibatkan si santri dapat sanksi berupa kepala plontos atau bahkan dikeluarkan.


Masalah tersebut hampir sering dihadapi oleh para pengasuh pesantren, tak terkecuali dengan Allah yarham KH Ahmad Umar Abdul Mannan, salah seorang kiai terkemuka di Kota Solo, Jawa Tengah. Ia memiliki beberapa 'santri nakal'. Untuk memantau perkembangan kenakalannya, maka sang kiai menugaskan seorang pengurus pondok untuk mencatat catatan kenakalannya.


Semakin lama, catatan yang dikumpulkan pengurus sudah lumayan banyak. Bahkan terkadang, saat memergoki langsung kenakalan santri, sang pengurus yang merupakan santri senior ingin bertindak langsung. Namun, untungnya ia masih ingat dhawuh sang kiai untuk hanya sekadar mencatatnya secara diam-diam.


Hingga, suatu hari Kiai Umar memanggil pengurus tersebut. Dalam hati, betapa girangnya sang pengurus membayangkan hasil pekerjaannya selama ini, bakal menjadi dasar pertimbangan Kiai Umar untuk menghukum para santri nakal.


Namun, beberapa hari setelah penyerahan 'daftar hitam' tersebut, para santri nakal tak kunjung jua dipanggil atau bahkan dihukum. Karena penasaran, pada sebuah kesempatan, ia kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada sang kiai.


Pangapunten Mbah Kiai, para santri yang kemarin sudah dicatat kenapa tidak diberi hukuman?” tanya dia dengan sedikit terbata-bata dan suara yang lirih.


“Sudah aku tindaklanjuti,” jawab Kiai Umar.


Santri hanya diam. Masih bingung dengan jawaban sang kiai.


“Daftar itu dibuat bukan untuk menghukum mereka. Justru, para santri nakal itu, tiap malam aku doakan mereka, agar hilang kenakalannya dan mereka dapat menjadi orang yang bermanfaat untuk lingkungannya,” lanjut Kiai Umar.


***


KH Ahmad Umar bin Abdul Mannan, Pengasuh Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta yang menjadi salah satu mata rantai utama dalam sanad ilmu Al-Qur'an di nusantara ini, wafat di waktu sahur, Kamis, 11 Ramadhan 1400 H. Tepatnya menjelang pukul 04.00 dini hari, pada tanggal 24 Juli 1980 M. Lahul fatihah.


Penulis: Ajie Najmuddin

Editor: Muhammad Ishom


Fragmen Terbaru