Pesantren Ini Coba Hidupkan Lahan Pertanian di Wilayah Perkotaan
Sabtu, 2 Januari 2021 | 13:00 WIB
Ajie Najmuddin
Penulis
Sukoharjo, NU Online Jateng
Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan yang berlokasi di Dukuh Windan RT 02 RW 08 Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, sejak didirikan 15 Oktober 1996 lalu, kini menjadi tempat rujukan bagi kalangan mahasiswa untuk menimba ilmu agama Islam. Pondok ini merupakan cabang Pesantren Al-Muayyad yang ada di Mangkuyudan Surakarta.
“Pondok ini berawal dari Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan yang didirikan kakek saya, KH Abdul Mannan tahun 1930. Dalam perkembangannya para sesepuh merasa perlu membuat pesantren lanjutan khusus untuk para mahasiswa,” kata Pengasuh Pesantren Al-Muayyad Windan, KH Mohammad Dian Nafi’, saat ditemui NU Online Jateng, Jumat (1/1).
Tercatat dalam waktu 18 tahun hingga sekarang, dari awal santri yang berjumlah hanya 7 orang, kini alumninya hampir seribuan. Mereka para mahasiswa yang berasal dari beberapa pulau di tanah air.
Dijelaskan pria yang akrab disapa Gus Dian itu, selain mengaji ilmu agama para santri juga dibekali dengan berbagai keterampilan, antara lain jurnalistik, penyiaran, pengembangan masyarakat dan pertanian.
“Semisal yang terkait dengan pengembangan untuk mengasah keterampilan di bidang penyiaran radio, kami mengelola Radio Gesma FM. Melalui radio ini mereka dapat mengaktualisasikan hasil ngaji-nya di pondok ke dalam produksi siaran dan pengembangan program,” papar Gus Dian yang kini juga mengemban amanah sebagai Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah.
Kajian tentang ihyâ’ul mawat (penyuburan lahan terlantar) dalam kitab fikih diwujudkan dengan membuat rombongan belajar bernama Santri Sahabat Bumi (SSB) pada tahun 2014. Sesi 1 berlangsung di pondok. Sesi 2-3 berlangsung di Kopeng Kabupaten Semarang dan sesi 4 adalah membantu petani memasarkan produk sayuran organik ke supermarket.
Gagasan ini dipicu oleh kenyataan banyaknya lahan luas yang belum tergarap optimal di daerah asal santri di luar Jawa. “Ironis, lahan kami luas, tetapi produk sayuran segar dan beras harus kami datangkan dari Jawa,” kata Ibnu, yang menjadi pegiat Santri Sahabat Bumi (SSB).
SSB ini kemudian juga belajar perihal pelestarian lingkungan hidup secara cerdas, yaitu melekatkan usaha ekonomi dengan konservasi.
Amwiner
Sebagai seorang yang dikenal sebagai tokoh perdamaian, Gus Dian juga mengajak para santrinya untuk menjadi garda terdepan dalam membangun perdamaian sesuai dengan misi Islam sebagai pembangun perdamaian. Santri perlu belajar banyak dari banyak sumber, termasuk masyarakat, agar dapat menjadi pendamping yang baik.
“Santri harus menjadi pribadi yang mendamaikan. Jangka pendeknya dapat melerai pertikaian, jangka menengah memulihkan hubungan, dan jangka panjangnya ikut dalam upaya membangun relasi yang adil,” tutur Kiai Dian yang pernah bergelut bersama Tim Independen Rekonsiliasi Ambon (TIRA), Tim Pemberdayaan Masyarakat Pasca-Konflik (TPMPK) Maluku Utara dan sempat hadir dalam beberapa konferensi perdamaian di beberapa negara ini.
Penanaman nilai ini, diakui para santri menjadi bekal penting ketika mereka ditugaskan menjadi relawan, baik ketika menghadapi persoalan konflik langsung atau tidak langsung, maupun ketika ikut menolong survivor bencana alam.
Untuk itulah, Pesantren Al-Muayyad Windan kemudian juga membentuk sebuah lembaga yang bernama Amwiner (Al-Muayyad Windan Emergency Response), sebuah wahana pembelajaran manajemen penanggulangan bencana.
Melalui Amwiner ini pula, para santri Windan dimampukan untuk menjadi relawan dan konselor (pendamping) saat terjadi bencana alam di berbagai daerah di Indonesia, dimulai dari dampak kerusuhan Sampit pada tahun 2001.
“Beberapa kali kami mengirim para santri terlatih mendampingi survivor bencana, misalnya di Madura, Aceh, Yogyakarta, Klaten, Pangandaran, Padang dan Sragen. Dalam pelaksanaannya, kami bekerjasama dengan berbagai pihak,” pungkasnya.
Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Muhammad Ishom
Terpopuler
1
Ahad Kliwonan dan Pelantikan Pengurus NU Se-Tawangsari Digelar di Panggung Alam Taruwongso
2
Pesantren Tarbiyatul Qur’an Al Waro’ Juwiring, Warisi Perjuangan Kiai Muslimin Santri Pendherek KH Al Mansur Popongan
3
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
4
Gerakan Pemuda Ansor: Pilar Pembangunan dan Pemersatu Dinamika Desa
5
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
6
Dosen IAI An-Nawawi Purworejo Tawarkan Konsep At-Takāmul At-Takayyufi dalam Pendidikan Moderasi Beragama
Terkini
Lihat Semua