• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Dinamika

Peringati Harlah NU, PMII Sragen 'Ngaji Sejarah'

Peringati Harlah NU, PMII Sragen 'Ngaji Sejarah'
Redaktur NU Online Jateng, Ajie Najmuddin (kiri) di acara refleksi sejarah NU yang dihelat jaringan PMII Sragen (Foto: NU Online Jateng/Yusuf)
Redaktur NU Online Jateng, Ajie Najmuddin (kiri) di acara refleksi sejarah NU yang dihelat jaringan PMII Sragen (Foto: NU Online Jateng/Yusuf)

Sragen, NU Online Jateng 
Memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-98 Nahdlatul Ulama (NU) di tahun 1432 Hijriah ini, Jaringan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sragen, Jawa Tengah menggelar kegiatan yang bertema 'Refleksi Sejarah Lahirnya NU' bertempat di Gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sragen, Ahad (21/3).

 

Refleksi Sejarah NU yang diadakan oleh Jaringan PMII Sragen menghadirkan dua  narasumber yakni Ketua PCNU Sragen KH Makruf Islamudin dan Redaktur NU Online Jateng Ajie Najmuddin.

 

Ketua PCNU Sragen KH Makruf Islamudin mengatakan, sebuah organisasi tidak bisa disamakan dengan birokrasi. Jadi kalau berkhidmat di organisasi jangan setengah-setengah. 

 

"Pasti nanti mbarakahi apalagi berkhidmat di PMII. Sebagai organisasi mahasiswanya NU tentu menjadi seorang yang mempunyai intelektual untuk bangsa ini. NU itu lengkap, ada yang tukang mikir, ada yang senang wira-wiri, ada yang seneng angkat-angkat, bahkan ada yang melakukan amaliyah-amaliyahnya NU tapi dia malah gak shalat," ujarnya.

 

Disampaikan, hal seperti itu ya hanya NU saja yang bisa menerima orang-orang dengan berbagai model. Maka berkhidmatlah di organisasinya NU.

 

Redaktur NU Online Jateng Ajie Najmuddin menyampaikan bahwa ketika melihat masa lalu, ada yang pahit dan ada yang senang begitu juga dengan sejarah sebuah organisasi. Islam di Sragen tidak lepas dari peran para Walisongo.

 

"Pada era Pajang, Islam sudah masuk ke Sragen. Kemudian, pada Tahun 1744  kemudian Keraton Kartosura dipindah ke Solo lalu berdirilah Keraton Surakarta. Tahun 1825, Raden pengulu (KH Zaenal Mustopa) mendirikan masjid di Kauman, Sragen," terang Ketua PC LTN-NU Surakarta itu. 

 

Setelah itu lanjutnya, posisi KH Zaenal Mustopa di gantikan oleh putranya Raden Iman Nasiruddin. Secara akidah dan amaliah, pengulu Sragen mengikuti mazhab Asy'ariyah dan Syafi'iyah. 

 

Kemudian dijelaskan Ajie, situasi Sragen menjelang NU berdiri, di mana NU berdiri pada 31 Januari 1926, saat itu kondisi Indonesia di bawah kekuasaan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sragen termasuk di dalam wilayah Karesidenan Surakarta.

 

"Belum diketahui sejak kapan NU cabang Sragen berdiri, namun pada pemilu tahun 1955 NU sudah memiliki calon anggota DPR di Sragen," terangnya.

 

Ajie juga memaparkan perkembangan NU di Sragen dimulai dari tiga wilayah, pertama daerah barat yang menjadi pusat peradaban wilayah Gemolong dan Tanon. Kedua daerah tengah atau selatan Masaran, Kauman, dan Karangmalang. Ketiga Timur, Selatan  Gondang, sambungmacan.

 

Ketua panitia Rohmad Mutaqin kepada NU Online Jateng, Rabu (24/3), menjelaskan kegiatan refleksi dihadiri 150 peserta dan beberapa senior PMII yang berdomisili Sragen dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. 

 

"Diharapkan ke depannya sahabat-sahabati Jaringan PMII Sragen bisa lebih bermanfaat, sukses, solid, dan ikhlas mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia," ungkapnya.  

 

Disampaikan, acara refleksi bertujuan ikut serta menyemarakkan Harlah NU sekaligus  sayuk nyawiji dadi siji (bersatu dalam satu tujuan) bersama sahabat-sahabati dari berbagai kampus seperti IAIN Salatiga, UNU Surakarta, UIN Malang, dan lain-lain. 

 

"Kita ingin membuat wadah perkumpulan untuk jangka panjang atau di masa depan nantinya. Sejauh manapun kita merantau, kita berproses pasti akan kembali lagi ke tanah kelahiran," pungkasnya.

 

Kontributor: Yusuf
Editor: M Ngisom Al-Barony


Dinamika Terbaru