• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 10 Mei 2024

Dinamika

HARLAH NU

Gus Dur, Tokoh Panutan Berbagai Lini Masyarakat

Gus Dur, Tokoh Panutan Berbagai Lini Masyarakat
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Semarang, NU Online Jateng

Sosok KH Abdurrahman Wahid atau lebih sering disebut dengan Gus Dur ini layak dianggap sebagai sosok kosmopolit. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Dosen Fisip Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Azmi Muttaqin.

 

"Karena Gus Dur mampu memposisikan kemanusiaan yang dimilikinya sebagai sesuatu yang equal atau setara tanpa pembeda atas latarbelakang disandang setiap manusia yang ada," ujarnya dalam peringatan haul ke-11 Gus Dur dan hari lahir (harlah) ke-95 NU yang digagas oleh Gusdurian Unwahas pada Kamis (28/1) malam.

 

Saat melaksanakan kegiatan ini, Gusdurian Unwahas berkolaborasi dengan sejumlah organisasi seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Wahid Hasyim dan Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Ikatan Pelajar NU-Ikatan Pelajar Putri NU (IPNU-IPPNU) Sholeh Darat Unwahas.

 

Ia melanjukan, sebelum menjelang akhir hayatnya, Gus Dur rutin mengadakan kunjungan ke berbagai pelosok desa yang ada di Jawa, khususnya Jawa Tengah.

 

"Beliau ingin sekali agar akan kealiman dan kesalehan para ulama dan kiai-kiai kampung dikenal di seluruh nusantara. Namun sayang sekali, Gus Dur tidak mampu mewujudkannya secara tuntas karena faktor usia," jelas Gus Azmi, sapaan akrabnya.

 

Baca juga: Peringati Haul Gus Dur dan Harlah NU, Gusdurian Unwahas Gelar Sarasehan Virtual

 

Kegiatan yang mengangkat tema 'Sarasehan Kiai Tiga Generasi' dan dilangsungkan secara online melalui Zoom Meeting maupun secara offline yang bertempat di Rumah Pergerakan KH Iman Fadhilah ini dihadiri oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang KH Anasom, Azmi Muttaqin, dan Ali Romdhoni serta beberapa tamu undangan lainnya.

 

Sejak lahir Gus Dur telah ditempa dengan ilmu agama. Tidak hanya ilmu agama secara literal, namun juga ilmu agama secara kultural. "Dasar-dasar ilmu agama Gus Dur diwariskan oleh dua sosok yang sangat berpengaruh di nusantara khususnya di Nahdlatul Ulama. Mereka adalah KH M Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahid Hasyim," ungkap Kiai Anasom.

 

 

Di dunia intelektualitas, Kiai Anasom menambahkan jika sosok Gus Dur sangat bisa menjadi contoh di berbagai lini. Hal ini dikarenakan sosok Gus Dur yang sangat pantas untuk dijadikan sebagai panutan, khususnya bagi warga NU.

 

Sementara, Ali Romdhoni dalam kesempatan ini memberikan pesan untuk seluruh para muhibbin Gus Dur, khususnya Gusdurian agar bisa menanamkan mental kuat dan modal berpikir yang benar untuk membela hal yang benar.

 

"Ada tiga modal untuk bisa mewujudkannya. Pertama adalah modal sosial yang bisa memudahkan pergerakan kita di manapun kita berada. Kedua adalah modal ilmu pengetahuan yang bisa membantu cara berpikir dan cara pandang kita terhadap suatu fenomena," bebernya.

 

"Terakhir adalah modal watak atau karakter asli kita. Modal ini akan membantu kita dalam memposisikan diri dihadapan manusia dan Tuhan," tambahnya.

 

Menurutnya, ketiganya bisa menjadi modal besar para penerus Gus Dur agar bisa memposisikan diri dalam meniru Gus Dur beserta nilai-nilai yang dimilikinya.

 

Apresiasi dari Koordinator Jaringan Gusdurian Pusat

Koordinator Jaringan Gusdurian Nasional, Alissa Wahid turut menyambut baik acara ini. Ia pun memuji pemilihan tema yang diusung oleh panitia, dan menurutnya merupakan tindakan yang sangat baik.

 

"Karena beliau bertiga ini menggambarkan perjuangan yang berbeda-beda, akan tetapi garis keturunannya memiliki perjuangan yang kuat," ujarnya.

 

"Kita tahu Kiai Hasyim Asy'ari merupakan lokomotif bagi lahirnya NU dan juga kontribusi gerakan masyarakat Islam dalam pembentukan dan kekuatan untuk bangsa Indonesia," imbuhnya.

 

Putri sulung Gus Dur ini kemudian merinci tiga tahapan yang dapat ditauladani dari ketiga tokoh tersebut. "Pertama adalah karakter atau figur yang kita ikuti. Kemudian adalah pemikiran-pemikirannya, terakhir berupa gerak perjuangannya," tuturnya.

 

"NU itu kaya akan tokoh. Yang lebih penting dari figur adalah nilai-nilai yang dapat kita tauladani darinya. Seperti contoh, Martin Luther King, Nelson Mandela, dan Mahatma Gandhi. Itu sebagai tauladan saja, tidak ada terbentuk sebuah lembaga atau organisasi yang menaunginya," pungkasnya.

 

 

Kontributor: Hilman Najib

Editor: Ahmad Hanan


Dinamika Terbaru