• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Selasa, 14 Mei 2024

Tokoh

KH Ishaq Ahmad, Salah Satu Cermin Santri Teladan Mbah Muslih

KH Ishaq Ahmad, Salah Satu Cermin Santri Teladan Mbah Muslih
Almarhum KH Ishaq Ahmad.
Almarhum KH Ishaq Ahmad.

Bagi santri yang pernah nyantri di Mranggen, Demak, nama KH Ishaq Ahmad dikenal memiliki kekhasan tersendiri. Sosok Pengasuh Pesantren Raudhatut Muttaqin yang berlokasi tepat di sebelah barat Pasar Mranggen ini memang dikenal berwibawa dan menjadi salah satu santri yang benar-benar memegang amanah Mursyid Thariqah Qadiriyyah wan Naqsabandiyah KH Muslih Abdurrahman. Di masanya, Kiai yang lahir 22 Desember 1946 ini menjadi salah satu cermin santri teladan Mbah Muslih.

 

Kiai Ishaq adalah putra keempat dari KH Nurhadi, Kliteh, Demak. Sejak kecil hanya belajar di pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak. Bahkan, mengabdikan dirinya untuk mengajar santri Futuhiyyah, sesuai pesan Mbah Muslih. "Pak Ishaq niku tiyang alim saestu (Pak Ishaq itu benar-benar orang alim, -red)," kata salah satu pengajar Pesantren Sabilunnajah Penjalin Brangsong Kendal, Kiai Irsyad kepada NU Online Jateng, Jum'at (18/12).

 

Pada kurun 1970an, saat Kiai Irsyad menimba ilmu di Pesantren Futuhiyyah, Kiai Ishaq adalah ustadz senior di pesantren yang diasuh KH Muslih Abdurrahman tersebut, dan sudah menjadi menantu Pengasuh Pesantren Raudlatut Muttaqin yang kala itu baru belasan atau lebihnya puluhan santri. Dari sekian ustadz yang ada kala itu, Kiai Ishaq menjadi ustadz yang selalu membaca kitab-kitab besar dan dikenal susah untuk dibaca.

 

Hal itu dilakukan di Futuhiyyah maupun di kediaman mertuanya, KH Fahrurrozi. "Riyen niku sing sering maos kitab ageng-ageng ya Pak Ishaq kalian Pak Malik (Kiai Abdul Malik) sing daleme wingkinge pondok putri Nuriyyah (Dulu yang sering membaca kitab-kitab besar ya Pak Ishaq dengan Pak Malik, yang rumahny berada di pondok putri Nuriyyah, -red)," terangnya.

 

Salah satu tradisi di Pesantren Futuhiyyah adalah terdapat waktu luang yang diperuntukkan mengaji kepada para kiai di beberapa pesantren sekitar Mranggen. Menantu KH Shaqadah Hasan Bugen tersebut bahkan sempat mengaji kitab Makhluq di tempat Kiai Ishaq.

 

"Wekdal semanten namung tiyang enem nopo wolu sing derek ngaos ten mriko, santri Futuhiyyah sedanten, tempate ya mushala alit niku (waktu itu hanya ada enam sampai delapan orang yang ikut mengaji di sana, semuanya santri Futuhiyyah, tempatnya ya di mushala kecil itu, -red)," ungkap kakak ipar KH Ubaidullah Shaqadah ini.

 

Kiai Ishaq juga dikenal dengan kesederhanaannya. Jarang sekali mengenakan pakaian yang disetrika dengan rapi. Saat kebanyakan pengurus pesantren telah memiliki sepeda motor. Kiai Ishaq tetap menikmati sepeda onta. Kebiasaan bersepeda ini bahkan masih dilakukan di era penulis nyantri di Futuhiyyah pada tahun 1994.

 

Keistimewaan lainnya, kebiasaan berjamaah dengan Mbah Muslih dilaksanakan meski sudah menjadi menantu kiai. "Pak Ishaq niku biasa jamaah ten Futuhiyyah kalih Mbah Muslih. Zaman semanten, ingkang ngoyaki jamaah niku pengurus. Pak Ishaq mboten ngoyaki jama'ah. Ngapunten menawi angkatan nginggile kulo, Pak Ishaq tumut ngoyaki jamaah nopo mboten (Pak Ishaq itu biasa ikut jamaah di Futuhiyyah dengan Mbah Muslih. Zaman itu  yang mengajak jamaah adalah para pengurus, Pak Ishaq tidak ikut mengajak jamaah. Mohon maaf kalau angkatan atas saya, Pak Ishaq ikut mengajak jamaah atau tidak, -red)," tuturnya.

 

Menurut salah satu putranya, Ahmad Habib Alhafidz, Kiai Ishaq tidak hanya istiqamah menjalankan shalat secara berjamaah. Bahkan juga mengajak atau ngoyaki santrinya untuk berjamaah.

 

Salah satu cerita tentang kealiman Kiai Ishaq yang populer di masa penulis nyantri di Futuhiyyah sama seperti yang diungkapkan salah satu santrinya, Kiai Nur Shokhib yang saat ini aktif di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah.

 

Suatu ketika Kiai Ishaq diminta gurunya, Syeh Muslih untuk menemani putranya KH Muhammad Shodiq Lutfil Hakim Muslih ngaji kilatan shahih Bukhori di Pesantren Poncol, Kabupaten Semarang. Sesampainya di Poncol, pengasuh pesantren meminta Lurah Pondok untuk ngetes (menguji) Ilmu Nahwu Gus Hakim, panggilan akrab KH MS Luthfil Hakim Muslih.

 

Ketika Gus Hakim hendak dites, Kiai Ishaq langsung meminta untuk menggantikan tugas tersebut. Kurang lebih, Kiai Ishaq mrngatakan demikian. "Panjenengan ampun ngetes ilmu nahwu putrane kiai kulo, cukup kulo mawon, santrine ingkang jawab sedanten pertanyaan panjenengan (Anda jangan ngetes ilmu nahwu putra kiai saya, cukup saya saja, santrinya yang menjawab seluruh pertanyaan Anda, -red)," kata Kiai Shohib menirukan.

 

Benar saja, Kiai Ishaq langsung dibombardir dengan pertanyaan oleh lurah pondok. Namun demikian, si pemberi soal justru merasa kagum dan heran akan keahlian Kiai Ishaq. Bahkan, yang terpikir saat kurang lebih demikian, santrinya saja bisa menjawab semua pertanyaan lengkap dengan menyebut maroji' (nama kitab rujukan, halaman dan pengarangnya) tanpa membuka kitab. Atas hasil tes tersebut, akhirnya Gus Hakim diberikan fasilitas keistimewaan ketika ikut mengaji Shahih Bukhari.

 

KH Ishaq Ahmad menikah dengan Nyai Hj Shofwatun pada tahun 1970. Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai tiga putra dan satu putri. Di antaranya, Miftahul Huda Alhafidz, Ahmad Al-Huda Alhafidz, dan Ahmad  Habib Alhafidz. Sementara putri semata wayangnya diberi nama Nailis Sa'adah yang juga hafal Al-Qur'an. Kiai Ishaq meneruskan Pesantren Raudlatul Muttaqin pada tahun 1984 yang terus berkembang hingga sekarang memiliki Madrasah Diniyah, dan jenjang pendidikan formal dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.

 

Kiai Ishaq meninggal di usia 72 tahun, tepatnya pada 28 Mei 2018 yang bertepatan 12 Ramadhan 1439 dan dimakamkan di area MI Raudlatul Muttaqin. Kiranya dari sekelumit cerita keteladanan yang dapat penulis sajikan ini bisa menjadi sebuah spirit dan inspirasi tersendiri bagi para santri, khususnya keluarga besar Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak.

 

 

Ahmad Rifqi Hidayat, Santri Pesantren Nazzalal Furqoon Tingkir Salatiga


Tokoh Terbaru