Kiai Ubaidullah Ajak Saksikan Film Seribu Bayang Purnama, Suara Lantang untuk Petani dan Bumi yang Lebih Sehat
Sabtu, 5 Juli 2025 | 10:00 WIB
Semarang, NU Online Jateng
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh, mengajak masyarakat luas untuk menonton film Seribu Bayang Purnama, sebuah film bergenre drama sosial yang menyuarakan perjuangan petani dalam mempertahankan kedaulatan pangan dan kelestarian lingkungan. Ajakan itu disampaikan KH Ubaidillah melalui akun media sosial X miliknya, @Ubaidullah_Sdq. Jumat (4/7/2025).
Dalam unggahan tersebut, Kiai Ubaidullah menyebut bahwa Seribu Bayang Purnama adalah film yang sarat makna dan menyuguhkan kisah penuh perjuangan, romantis, sekaligus reflektif. Film ini menceritakan perjalanan para petani organik yang berjuang di tengah himpitan sistem pertanian modern yang telah lama bergantung pada pupuk dan pestisida kimia sintetis.
“Judul film yang romantis, tetapi sarat pesan tentang perjuangan para petani dalam menjaga ketahanan sehat, kedaulatan pangan, dan merawat bumi dari kerusakan kimiawi sintetis. Ayo tonton bersama di bioskop,” tulisnya.
Sebagai bentuk konsistensinya dalam memperjuangkan isu-isu strategis umat, termasuk di bidang agrobisnis dan pemberdayaan pesantren, KH Ubaidullah Shodaqoh sebelumnya juga telah menerima penghargaan dari UIN Walisongo Semarang saat Dies Natalis ke-52 sebagai Tokoh Pemberdayaan Pesantren dan Agrobisnis.

Dikutip dari NU Online, film yang disutradarai oleh Yahdi Jamhur ini menyoroti kesulitan para petani kecil dalam mengakses permodalan dan teknologi pertanian yang sehat. Keterbatasan ini membuat banyak dari mereka akhirnya terjerat utang kepada rentenir dengan bunga tinggi, sehingga menciptakan siklus kemiskinan yang berkepanjangan.
Kisah ini tidak dibuat tanpa dasar. Sutradara Yahdi Jamhur mengangkat realita dari lapangan, terutama pengalaman seorang petani muda di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berhasil mengembangkan dan mempelopori Metode Tani Nusantara.
Metode ini merupakan pendekatan pertanian alami yang sederhana, murah, dan bisa menghemat biaya produksi hingga 80 persen karena tanpa ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida kimia pabrikan.
Gagasan membuat film ini muncul dari tantangan sekaligus dukungan Joao Mota, produser eksekutif sekaligus aktivis pertanian alami. Joao Mota dikenal luas sebagai penggerak pertanian berkelanjutan yang sangat peduli dengan nasib petani Indonesia.
Namun perjuangan mengenalkan metode pertanian alami tentu tidak mudah. Film ini menggambarkan bagaimana para petani yang ingin berpindah ke metode alami justru mendapat tekanan, bahkan perlawanan, dari para juragan pupuk kimia yang selama ini menguasai pasar dan mendulang untung dari ketergantungan petani terhadap produk mereka.
Konflik antara pejuang tani alami dan juragan pupuk ini dibalut dengan kisah cinta yang turut memperkuat unsur dramatik film. Ketegangan, perjuangan, pengkhianatan, hingga harapan menjadi elemen penting yang disajikan secara sinematik dalam alur cerita yang kuat.
Film ini diproduksi oleh Baraka Film dan ditulis oleh Swastika Nohara, penulis naskah kawakan yang pernah meraih dua Piala Maya dan masuk nominasi penulis skenario terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2014.
Dengan latar cerita yang otentik, penokohan yang kuat, dan sinematografi yang menyentuh, Seribu Bayang Purnama diharapkan mampu membuka mata publik terhadap problematika pertanian Indonesia saat ini.
Disebutkan juga oleh Yahdi, bahwa seluruh keuntungan tiket Film Seribu Bayang Purnama akan digunakan sepenuhnya untuk menjalankan program pemberdayaan petani.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Keutamaan Dan Hikmah 10 Muharram
2
PAC IPNU IPPNU Depok Sleman Dilantik: Regenerasi Berjalan, Komitmen Diteguhkan
3
PCNU Pemalang Gelar Sosialisasi Pengelolaan Masjid dan Penyerahan Sertifikat Arah Kiblat
4
Khutbah Jumat: Tahun Baru Islam dalam Tradisi Jawa dan Kerukunan Umat Beragama
5
Semarak Muharram di Pelutan Pemalang: NU Ranting Gelar Jalan Sehat dan Santuni 60 Anak Yatim
6
Sound Horeg Diharamkan, Ini Penjelasannya
Terkini
Lihat Semua