Taushiyah

Qana'ah yang Bawa Berkah

Sabtu, 21 November 2020 | 17:00 WIB

 

Ketika musim kemarau berganti musim hujan, tampak para petani bersuka ria menyambut datangnya musim tanam. Dahulu, pada tahun 70an (1970) ketika sawah sudah mulai digenangi air, di sana-sini tampak para petani membajak sawahnya dengan nggendèng (rengeng-rengeng) di atas luku yang ditarik oleh sapi atau kerbau, dengan senggakan her... her... her (untuk perintah belok kiri), dan giyok... giyok... giyok (untuk perintah belok kanan) menambah syahdunya suasana.

 

Ketika siang menjelang, dengan tubuh yang masih berlepotan para petani merebahkan tubuhnya di atas pematang, lalu sesaat kemudian membuka jatah makan siang yang dikirim oleh istri atau keluarganya. Dengan nasi rantang seadanya, rasa syukur terpancar di wajah para petani ketika melahap makanan yang tersaji. 

 

Sungguh kepasrahan hati dalam menerima keadaan adalah qana’ah yang akan membawa berkah, hal ini dibuktikan dengan hasil panen raya yang berupa padi atau jagung lalu disimpan di atas blandar (Ring Balok yang terbuat dari kayu) yang selanjutnya bisa dijadikan bekal makan selama satu tahun. 

 

Sungguh, siapa pun yang ketika bangun tidur di pagi hari lalu mendapatkan tiga kenikmatan, yaitu aman, sehat, dan tersedianya makanan pokok sejatinya ia telah memiliki dunia seisinya.

 

Hadits nabi: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

 

Artinya :
Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

 

KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Pengasuh Majelis Ta'lim Mar'ah Najihah Muslimat NU Kabupaten Grobogan