Taushiyah

Lantunan Suara Merdu untuk Rasulullah

Rabu, 28 Oktober 2020 | 17:00 WIB

 

Farazdaq adalah seorang penyair yang tersohor pada zamannya, ia selalu berangkat haji di setiap tahunnya dan tidak pernah absen ke makam rasul untuk melantunkan sanjungan terhadap kekasih Allah yang selalu ia rindukan.

 

Suatu hari dalam hajinya, ia mendatangi makam rasul dan melantunkan sanjungan dengan suaranya yang merdu. Saking kerasnya suara lantunan, ternyata membuat seorang lelaki yang ada di sampingnya memperhatikan tingkahnya. Begitu Farazdaq menyelesaikan lantunan sanjungan, lelaki yang ada di sampingnya seraya mendekati dan mengajaknya makan siang di rumahnya.

 

Singkat cerita, setelah mereka berdua menyusuri jalan yang terbilang cukup jauh, akhirnya mereka sampai di rumah lelaki yang mengajaknya. Begitu masuk rumah, lelaki itu langsung marah kepada Farazdaq dengan suara lantang “saya benci dengan sikapmu yang menyanjung Rasulullah, maka sekarang akan aku potong lidahmu agar tidak lagi menyanjung Rasulullah.

 

Setelah lidahnya dipotong, Farazdaq pergi meninggalkan rumah lelaki dengan membawa potongan lidah dan langsung menuju ke makam rasul. Begitu sampai di depan makam rasul, Farazdaq mengadu “Ya Rasulallah ! Kalau memang sanjungan yang aku lantunkan untukmu tidak engkau sukai maka biarkan lidahku terpotong agar aku tidak lagi menyanjungmu. Di dalam pengaduannya itu, tiba-tiba Farazdaq tertidur dan mimpi bertemu Rasulullah yang mengatakan kepadanya “Aku senang kau menyanjungku, mana lidahmu biar aku sambung lidahmu”. Begitu bangun ternyata lidahnya telah tersambung kembali.

 

Setahun kemudian, Farazdaq menunaikan ibadah haji dan seperti biasa ia mendatangi makam Rasulullah untuk melantunkan sanjungan, dan alangkah kagetnya tiba-tiba ada anak muda yang mendekatinya sambil berkata “ikutlah aku ke rumahku untuk makan siang,” maka Farazdaq pun mengikuti ajakannya.

 

Setelah menyusuri jalan, anak muda itu menunjukkan rumahnya “itu rumahku” dan ternyata rumah yang ditunjuk adalah rumah yang dulu menjadi saksi tatkala lidahnya dipotong. Begitu memasuki rumah, Farazdaq dikagetkan oleh pemandang seekor kera besar yang dirantai dalam kurungan besi. Buru-buru anak muda itu menceritakan “kera besar yang berada dalam kurungan besi itu adalah ayahku yang pernah memotong lidahmu, kalau ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah mematikan saja, maafkanlah ayahku". Setelah Farazdaq memaafkan, seketika kera itu mati dan berubah ujud sebagai manusia.

 

Syafa’at Rasulullah sangat berarti bagi kehidupan manusia, maka raihlah syafa’atnya dengan cara memperbanyak shalawat. Hadits Nabi dari Ibnu Mas’ud bahwasannya Rasulullah bersabda :

 

أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً

 

Artinya :
Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah, yang paling banyak bershalawat kepadaku. (HR Tirmidzi)

 


KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Pengasuh Majelis Ta'lim Mar'ah Najihah Muslimat NU Kabupaten Grobogan