Kala itu, di sebuah desa yang terpencil hidup seorang lelaki ahli ibadah (kiai) yang kekeh dalam memegang prinsip tauhid. Pada suatu hari, ketika ia berjalan menuju ke tempat khalwat (nyepi untuk bermunajat kepada Allah) dan melintasi pohon besar, hatinya ingkar karena melihat orang-orang desa mendewakan pohon itu dengan cara memberi pakaian yang dililitkan ke batangnya dan menabur aneka sesaji, dan ketika ditanyakan kepada mereka “Apa yang sedang mereka lakukan?”, jawabnya "Ini adalah Dewa yang menunggu dan memberikan keberkahan kepada penduduk desa”.
Di malam harinya, ketika penduduk desa lelap dalam tidurnya, sang kiai hendak merobohkan pohon besar yang selama ini dipuja, dengan berbekal kampak ia hantamkan ke batang pohon dan tiba-tiba muncul sosok lelaki besar yang mengajak berkelahi dan ternyata sosok lelaki besar itu kalah dan terkapar. Ketika sang kiai hendak menghancurkan pohon, sosok lelaki besar itu memohon agar jangan diteruskan dan sebagai gantinya akan disediakan uang di balik sajadahnya setiap kali usai melakasanakan shalat.
Janji untuk menyediakan uang di balik sajadah hanya berjalan beberapa hari lantaran sosok lelaki besar itu ingkar janji. Singkat cerita kali ini sang kiai mendatangi pohon besar untuk merobohkannya kembali karena uang yang dijanjikan tidak lagi dipenuhi. Di sini kiai ditantang kelahi oleh sosok lelaki besar dan kalah. Dalam kekalahannya, sang kiai bertanya kepada sosok lelaki besar “Dahulu kamu kalah dan sekarang kamu menang, apa penyebabnya?”, jawabnya "Dulu kamu melawanku karena Allah dan sekarang kamu melawanku karena uang”.
Ibnu Arabi mengatakan bahwa perbuatan yang dilakukan dengan niat suci dan penuh penghayatan maka sesungguhnya itu adalah wujud perbuatan keilahian.
Hadits nabi: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
Artinya :
Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju. (HR Bukhari dan Muslim)
KH Ahmad Niam Syukri Masruri, Pengasuh Majelis Ta'lim Mar'ah Najihah Muslimat NU Kabupaten Grobogan
Terpopuler
1
Abu Sampah Disulap Jadi Paving, Inovasi Hijau LPBI NU dan Banser Trangkil
2
Khutbah Jumat: Pelajaran Yang Tersirat Dalam Ibadah Haji
3
Semarak Harlah ke-75, Fatayat NU Wonogiri Gali Potensi Kader dengan Semangat Kartini
4
Kasus Pneumonia Jamaah Haji Meningkat, dr Alek Jusran Imbau Jaga Kesehatan
5
Muslimat NU DIY Gelar Bakti Sosial dan Pasar Murah Guna Ringankan Beban Masyarakat
6
NU Care-LAZISNU Dukung Penyelenggaraan Workshop Jurnalisitik Filantropi di Cilacap Jateng
Terkini
Lihat Semua