• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 4 Mei 2024

Taushiyah

Ahli Kubur Butuh Kiriman Sedekah Kebaikan

Ahli Kubur Butuh Kiriman Sedekah Kebaikan
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Oleh: Rosidi (Ketua PC Ansor Karanganyar)


Setiap malam jumat, para penduduk kubur (orang yang sudah meninggal) sangat membutuhkan kiriman sedekah dan amal kebaikan dari keluarga dan famili yang masih hidup, mereka terus menunggu kiriman tersebut. Hal ini ada kisah menarik yang dialami oleh salah seorang tabi'in ahli hadits yang bernama Tsabit Al-Bunani..


Sayyid Tsabit miliki kebiasaan setiap malam mengkhatamkan Al-Qur'an dan suka ziarah kubur pada malam Jumat pasti bermalam di pemakaman. Biasanya Tsabit melakukan munajat semalam suntuk sampai waktu subuh tiba.


Saat munajat tiba-tiba Sayyid Tsabit terkantuk dan dalam tidurnya tersebut beliau mimpi bahwa semua ahli kubur keluar dari kuburannya. Di mimpi pertama ini, Tsabit melihat mereka keluar dengan pakaian mewah dengan wajah bersinar. Mereka diberi nampan berisi aneka makanan.


Tapi ada sedikit kejanggalan bahwa di tengah-tengah mereka terlihat seorang pemuda yang rambutnya acak-acakkan, pucat mukanya serta baju yang dipakai lusuh dan compang-camping. Selain itu, matamya meneteskan air mata. Pemuda tersebut juga tidak terlihat membawa makanan sebagaimana yang lain.


Setelah itu, semua ahli kubur kembali ke kuburan masing-masing dengan wajah berseri-seri. Mereka pada bahagia. Kecuali pemuda ini, ia pulang dengan kepala merunduk dengan mula yang pucat pasi. Melihat keganjilan pada pemuda tersebut, Sahabat Tasbit menyapa dan bertanya padanya,


"Siapa engkau sebenarnya wahai pemuda? Mereka terlihat membawa hidangan dan kembali dengan suka cita, sedangkan dirimu tidak menemukan makanan. Engkau pulang dengan dengan tangan hampa, penuh duka cita"


"Saya menjadi orang asing di tengah-tengah mereka. Karena tidak ada seorang pun yang mengingatku walau hanya dengan kebaikan dan doa. Adapun mereka, ada anak, keluarga, dan kerabat yang mendoakan, yang mengirim pahala amal baik dan sedekah. Tiap malam Jumat pahala semua itu sampai pada mereka," jawab pemuda yang berpakaian compang camping tersebut.


Pemuda tersebut bukan tidak memiliki keluarga, diceritakan pada saat detik-detik kematiannya, bermula hendak melaksanakan ibadah haji bersama ibunya. Namun sesampainya di Mesir, ia dijemput ajal. Lantas, setelah ibunya menikah lagi, ia tidak ingat pada anaknya walau hanya sekedar mendoakan.


Setelah mendengarkan kisah tersebut, Sayyid Tsabit merasa prihatin pada pemuda tersebut. Beliau bertanya lagi perihal ibunya.  "Wahai anak muda, beritahu padaku di mana ibumu tinggal. Aku akan sampaikan tentang keadaanmu,"


"Ibuku berasal dari kota ini dan ia tinggal di rumah ini. Sampaikan keadaanku padanya. Jika ia tidak percaya, maka sampaikan pula bahwa di dalam sakunya ada 100 mitsqol perak peninggalan ayahnya, dan itu adalah haknya. Ia pasti akan percaya," jelas anak muda.


Akhirnya Sayyid Tsabit Al-Bunani terbangun dari tidurnya, langsung mencari ibu dari pemuda tersebut. Pada saat ketemu, beliau menyampaikan tentang keadaan anaknya. Ibunya baru percaya ketika beliau menyampaikan pesan sang anak tentang warisan ayahnya.


Setelah dicari, ternyata 100 mistqol perak memang ada dalam sakunya. Ia langsung pingsan. Setelah siuman, ia serahkan semua uang itu pada Sayyid Tsabit untuk disedekahkan.


Pada malam jumat berikutnya, Sayyidina Tsabit mimpi bertemu dengan pemuda itu lagi. Kali ini ia sama dengan penduduk kubur yang lain. Ia berpakaian mewah dan nampak bahagia sekali. Lalu ia berkata pada Sayyid Tsabit,


"Semoga Allah SWT merahmatimu wahai Sayyid Tsabit sebagaimana engkau telah mengasihiku. Sesungguhnya telah nyata bahwa keduanya bisa menyakiti yang ada di kubur saat berbuat maksiat. Sebaliknya keduanya akan membahagiakan ahli kubur bila melalukan kebaikan.


Kisah ini dapat menjadi motivasi untuk tetap istiqamah melakukan szikir tahlil atau selamatan yang pahalanya dihadiahkan untuk orang-orang yang telah meninggal.


Disarikan dari Kitab Al Mawaidz Al'Ushfuriyah Karya Syekh Muhammad bin Abi Bakar, halaman 19, cet. CV Ahmad Nabhan Surabaya


Taushiyah Terbaru