• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 17 Mei 2024

Regional

Unwahas Semarang Prihatin Masih Ada Warga Remehkan Covid-19

Unwahas Semarang Prihatin Masih Ada Warga Remehkan Covid-19
Kamupsu Unwahas Semarang (Foto: istimewa)
Kamupsu Unwahas Semarang (Foto: istimewa)

Semarang, NU Online Jateng

Civitas akademika Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang sangat prihatin meski sudah banyak jatuh korban akibat Covid-19 masih saja ada warga masyarakat meremehkan wabah yang mendunia dan masih sulit untuk dibendung penyebarannya ini.

 

Dosen mata kuliah Pancasila Unwahas Pudjo Utomo mengatakan, salah satu fakta masih adanya warga masyarakat yang meremehkan bahayanya Covid-19 bisa disaksikan di jalan-jalan masih ada orang yang berani tidak memakai masker, tidak menjaga jarak apalagi cuci tangan dan berkerumun.

 

"Unwahas telah melangkah jauh dalam gerakan pencegahan covid, tapi masih saja ada warga yang abai dalam menjaga keselamatan dirinya dan orang lain," kata Pudjo saat menjadi pembicara Webinar tentang 'Revitalisasi Pancasila Pada Masa Pandemi Covid-19' yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unwahas di kampus I Sampangan Semarang Kamis (7/1)

.

Menurutnya, pandemi Covid-19 yang kompleks problematikanya ini sebenarnya bisa diatasi dengan cepat apabila masyarakat menjadikan Pancasila sebagai gaya hidup dan mempraktikkan sila-sila Pancasila dalam berbangsa dan bernegara.

 

"Saat ini masyarakat cenderung menganggap Pancasila bukan hal yang penting. Padahal dalam berbangsa dan bernegara masyarakat sangat membutuhkan Pancasila," tegasnya.

 

Selain Pudjo Utomo, tampil sebagai pembicara Wakil Dekan 1 Fakultas Farmasi Unwahas Ibrahim Arifin, mahasiswa Unwahas David Panjalu, dan Bagas Yulianto.

 

Menurut Pudjo, meski pemerintah sudah mengambil berbagai langkah strategis, angka yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab pandemi Covid-19 masih meningkat karena masyarakat cenderung meremehkan virus itu,  ini berdampak pada rendahnya kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan.

 

"Masyarakat masih belum bisa menerima dan memahami bahwa hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa tidak selalu linier dengan melakukan aktivitas ibadah di masjid, gereja, atau pura, mestinya setiap orang mampu untuk sampai kepada kesadaran bahwa manusia perlu membangun relasi dan komunikasi dengan Tuhan dan manusia," ungkapnya.

 

Dia menambahkan, sebenarnya mengikuti semua aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah, merupakan sikap adil kepada orang lain yang akan berimbas positif bagi diri sendiri. 

 

"Covid-19 mengajarkan suatu bentuk persatuan yang berbeda dari hal-hal normal yang sering dilakukan orang seperti berkumpul, bersalaman, dan berpelukan untuk menyatakan rasa kekeluargaan dan saling membutuhkan sebaliknya justru mengharuskan orang untuk menjaga jarak, tidak bersentuhan, dan menjauhi kerumunan demi menjaga diri sendiri dan diri orang lain," tuturnya.

 

Dikatakan, kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah tentu diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang komprehensif, sehingga masyarakat diminta untuk mematuhinya sesuai dengan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan.

 

"Pandemi Covid-19 membuka peluang besar bagi seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan keadilan sosial bagi semua, misalnya pemerintah meluncurkan berbagai kartu untuk menolong masyarakat ekonomi rendah supaya dapat bertahan hidup," terang Pudjo.

 

Mahasiswa Fakultas Farmasi Angkatan 2020 David Panjalu, anak muda harus berperan aktif membantu pemerintah melalui kompetensi yang dimiliki. Misalnya dengan menyebarkan berita valid dan menangkal hoaks, membantu dalam bentuk jasa seperti menjadi relawan di rumah sakit atau menjadi panitia Gugus Tugas Covid-19.

 

Wakil Dekan 1 Fakultas Farmasi Ibrahim Arifin mengharapkan mahasiswa untuk tidak terjebak dalam gerakan-gerakan yang cenderung mengakibatkan perpecahan dan tetap berpegang teguh pada ideologi Pancasila.

 

“Anak muda harus cerdik memilah, terbuka terhadap perubahan, kritis, dinamis, optimis, dan penuh energi diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang bergerak dan menanamkan kecintaan kepada bangsa dan negara sebagai wujud penghargaan dan penghormatan kepada para pendiri bangsa, salah satunya adalah KHA Wahid Hasyim," pungkasnya. 

 

Penulis: Samsul Huda
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru