Regional

Tanamkan Sejarah NU, Rutinan IPNU-IPPNU Kedungbungkus Perkuat Semangat Aswaja

Selasa, 17 Desember 2024 | 16:00 WIB

Tanamkan Sejarah NU, Rutinan IPNU-IPPNU Kedungbungkus Perkuat Semangat Aswaja

Rutinan IPNU IPPNU Ranting Kedungbungkus, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal, kembali digelar di Mushola Baitul Muttaqin pada Sabtu (14/12/2024).

Tegal, NU Online Jateng

Rutinan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Ranting Kedungbungkus, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal, kembali digelar di Mushola Baitul Muttaqin pada Sabtu (14/12/2024). Agenda utama dalam kegiatan ini adalah penyampaian materi tentang sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) oleh Ketua PR NU Ranting Kedungbungkus, Luri Nur Fatahillah.


Dalam pemaparannya, Ketua Pengurus Ranting (PR) IPPNU NU Ranting Kedungbungkus, Luri Nur Fatahillah menjelaskan perjalanan panjang NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia yang telah berusia satu abad. 


“NU didirikan pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H. Usianya yang panjang menjadi bukti bahwa NU tetap relevan di tengah masyarakat sebagai penjaga tradisi Islam Ahlussunnah wal Jamaah,” ujarnya.


Ia menyampaikan bahwa pendirian NU berawal dari semangat para ulama memperjuangkan ideologi Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di tengah tantangan zaman. 


“Awalnya, KH Abdul Wahab Chasbullah mendirikan beberapa organisasi cikal bakal NU seperti Nahdlatul Wathon (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916, Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Saudagar) pada 1918, dan Tashwirul Afkar (Kebangkitan Pemikiran) pada 1914,” tutur Luri.


Luri menegaskan salah satu keistimewaan NU adalah sanad keilmuan yang jelas dan kuat. “Para pendiri NU seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri memiliki sanad keilmuan yang tersambung hingga Rasulullah saw. Ini menunjukkan perjuangan NU melanjutkan tradisi keilmuan ulama terdahulu,” tegasnya.


Ia juga mengajak kader IPNU-IPPNU untuk memahami sejarah NU sebagai bekal berkhidmat di organisasi. “Kita sebagai generasi muda harus melanjutkan perjuangan para ulama pendiri NU dengan tetap menjaga tradisi, memperkuat keilmuan, dan berkontribusi bagi umat,” serunya.


Kegiatan rutinan ini diakhiri dengan doa bersama dan sesi diskusi interaktif. Ahmad, salah satu peserta, mengungkapkan kesannya, “Saya jadi lebih paham tentang sejarah NU dan bangga bisa menjadi bagian dari organisasi yang besar ini.”


Rutinan IPNU-IPPNU Kedungbungkus menjadi momentum penting untuk menanamkan semangat juang ulama pendiri NU kepada generasi muda. Dengan kegiatan ini, diharapkan kader-kader muda NU dapat memperkuat kecintaan terhadap Aswaja dan siap melanjutkan perjuangan para ulama untuk agama, bangsa, dan masyarakat.


“Semoga kita semua terus istiqamah dalam berkhidmat sebagaimana cita-cita luhur para pendiri NU,” pungkas.