• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 3 Mei 2024

Regional

HARI SANTRI 2020

Pesantren Ni'matul Qur'an Semarang Adakan Lomba Tulis dengan Aksara Arab Pegon

Pesantren Ni'matul Qur'an Semarang Adakan Lomba Tulis dengan Aksara Arab Pegon
Santriwati Pesantren Ni'matul Qur'an Semarang ikuti lomba menulis sejarah nabi dengan huruf arab pegon (Foto: NU Online Jateng/Rifqi Hidayat)
Santriwati Pesantren Ni'matul Qur'an Semarang ikuti lomba menulis sejarah nabi dengan huruf arab pegon (Foto: NU Online Jateng/Rifqi Hidayat)

Semarang, NU Online Jateng

Memperingati Hari Santri bisa memberikan semangat tersendiri bagi para santri di seluruh penjuru negeri ini. Berbagai macam perlombaan digelar untuk membuat suasana Hari Santri menjadi meriah. Seperti Pesantren Putri Modern Ni'matul Qur'an Semarang, Jawa Tengah yang antusias menyambut hari santri dengan menulis sejarah nabi dengan aksara pegon.

 

"Ada semacam ghirah literasi sebagai wujud strategi perjuangan ulama melawan kedhaliman penjajah. Namun saat ini masih belum ramai digiatkan. Maka kami selenggarakan acara ini untuk memperingati hari santri sekligus kelahiran nabi dengan menulis sirah Nabi Muhammad dengan aksara pegon," kata salah satu pengajar pesantren tersebut, Ahmad Sibahul Khoir kepada NU Online Jateng, Sabtu (24/10).

 

Menurutnya, lomba juga dimaksudkan untuk melestarikan tradisi santri, yakni tradisi literasi pegon yang begitu lekat dengan dunia santri. Sebab, kemampuan menulis arab pegon sudah menjadi kewajiban santri pesantren yang memiliki tradisi belajar mengajar dengan arab pegon. 

 

"Pesantren kitab maupun tahfidz Al-Qur'an keduanya pasti sudah akrab dengan kitab 'Awsatul Masalik dan kitab Tafsir Al-Ibriz' karya KH Bisri Musthofa yang memakai jawa pegon sebagai bahasa pengantar," ujarnya.

 

Hal senada ditegaskan Pengasuh Pesantren Putri Modern Ni'matul Qur'an, Hj Lilik Musfirotun Ni'mah. Kemampuan menulis dengan arab pegon, menurutnya, sudah menjadi kompetensi khas santri. 

 

"Untuk mengkaji tuntas buah pemikiran ulama nusantara harus belajar ilmu Nahwu, Sharaf dan sebagainya," katanya.

 

Apalagi tafsir Al-Qur'an secara klasik mengandalkan kemampuan tersebut. Selain itu, sambungnya, melestarikan tradisi menulis dengan abjad arab pegon juga bagian dari cara menjaga agar dalam diri santri tetap mengalir ajaran dan petuah ulama nusantara. 

 

"Inilah salah satu hajat kita bersama untuk membumikan kembali nilai-nilai Islam yang ramah, lokal, dan mengglobal di masyarakat," tuturnya.

 

Menurutnya, nilai-nilai modernisasi dalam pendidikan pesantren tak harus menggusur kearifan lokal menulis dengan arab pegon. Bahkan justru sebaliknya, menulis arab pegon harus dilanggengkan di tengah arus modernisasi pendidikan pesantren. Intelektual harus dibarengi dengan spiritual, juga kesadaran akan pelestarian kearifan lokal.

 

"Tujuannya supaya khazanah karya tulis ulama zaman dahulu yang tertulis menggunakan aksara pegon tetap lestari, abadi, dan mengakar kuat di hati para santri," tutupnya. 

 

Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru