• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 4 Mei 2024

Regional

Pesantren Edi Mancoro Semarang Bedah Buku Jejak Ma'rifat KH Mahfud Ridwan

Pesantren Edi Mancoro Semarang Bedah Buku Jejak Ma'rifat KH Mahfud Ridwan
Kegiatan bedah buku tentang Pengasuh Pesantren Edi Mancoro Kabupaten Semarang KH Mahfud Ridwan (Foto: NU Online Jateng/Thoriq)
Kegiatan bedah buku tentang Pengasuh Pesantren Edi Mancoro Kabupaten Semarang KH Mahfud Ridwan (Foto: NU Online Jateng/Thoriq)

Semarang, NU Online Jateng
Pesantren Edi Mancoro Bandungan, Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang menggelar acara bedah buku ‘Jejak Ma’rifat KH Mahfud Ridwan’ bersamaan dengan acara penutupan kegiatan Ramadhan pada Rabu (12/4/2023).


Kegiatan bedah buku menghadirkan narasumber anggota DPR RI sekaligus alumni pesantren  Luqman Hakim, Dekan Fakultas Teologi Universitas kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Pdt Izak Lattu,  dan penulis buku Ahmad Faidi.

 
Acara yang bertajuk Bedah Buku ‘Jejak Ma’rifat K.H. Mahfud Ridwan’ digelar di Aula Utama Pesantren Edi Mancoro bertepatan pada Rabu 21 Ramadhan 1444 H atau 12 April 2023 M. Sudah menjadi tradisi Pesantren Edi Mancoro, setelah tanggal 21 Ramadhan akan ada perpulangan santri, maka dari itu acara disambut dengan penuh antusias.


Dalam pandangan Ahmad Faidi, jejak KH Mahfud Ridwan merupakan kiai pejuang yang tidak mengenal lelah dan sekaligus sebagai kiai pengemong masyarakat dengan penuh kenangan dan mendalam.


“Interaksi saya dengan Kiai Mahfud secara langsung sekitar 6 bulan, interaksi yang singkat tersebut membuat saya tidak tau apa-apa soal Kiai Mahfud, akan tetapi saya menemukan fakta di lapangan, banyak responden-responden yang tidak bisa diwawancarai oleh temen-teman santri saat itu," ujarnya.


Disampaikan, setiap dirinya bertanya kepada santri tentang sosok Kiai Mahfud mereka tidak bisa bercerita, yang ada hanya kucuran air mata. Baginya, perjalanan menulis buku biografi Kiai Mahfud Ridwan begitu berat bagi Faidi. 


“Saya pernah mau mengundurkan diri, karena saya tidak tau apa-apa soal Kiai Mahfud,” ujar Faidi dengan penuh tekanan. Hal tersebut dikarenakan Faidi tidak pernah berada di bawah asuhan Kiai Mahfud. 


Namun dengan penuh tekad dan keyakinan dirinya untuk melanjutkan buku tersebut diambil. “Alhamdulilah, mungkin inilah maksud Gusti Allah, saya tidak dipertemukan langsung dengan Kiai Mahfud agar saya nyantrinya belakangan saja,” ungkapnya.


Dikatakan, menulis biografi Kiai Mahfud menjadi wasilah dirinya mondok di Edi Mancoro, seakan-akan saya langsung ngaji kitab di bawah arahan kiai, bukan hanya ngaji kitab seakan-akan saya diberi kesempatan untuk ngaji kehidupan di bawah tuntunannya. "Pertemuan 6 bulan memberikan pengalaman batin yang luar biasa bagi saya,” sambungnya.

 
Izak Lattu akademisi, pendeta dan pegiat lintas iman mengaku sudah lama berkenalan dengan Kiai Mahfud. Awal mula perjumpaan keduanya ketika Izak Lattu menjadi wartawan di Post Kita. “Saya banyak belajar dari Kiai Mahfud ketika saya menjadi wartawan, karena saya sering wawancara beliau,” kenangnya.

 
Izak Lattu banyak memaparkan tentang aspek akademis dan lintas iman dari sosok Kiai Mahfud. Sebagai seorang wartawan, momen tidak terlupakan bagi Izak adalah ketika mewawancarai Kiai Mahfud saat kedatangan Gus Dur di Gedangan. 


“Gus Dur ke sini (Pesantren Edi Mancoro, red) pada tahun 2000 ketika menjabat sebagai presiden, saat itu banyak orang yang bertanya, ada apa dengan Gedangan kok Gus Dur sampai datang ke sana, ketika saya mewawancarai Kiai Mahfud, ternyata Gus Dur sahabat Kiai Mahfud ketika belajar di Baghdad,” ungkapnya.


Menurutnya, kebebasan beragama menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian khusus dari Kiai Mahfud. “Forum Gedangan menjadi contoh keseriusan Kiai Mahfud dalam meletakkan pondasi penting penyeimbang relasi sosial lintas iman di Salatiga,” terangnya.


Bahkan Forum Gedangan lanjutnya, menjadi salah satu forum pelopor di Indonesia yang mencoba membangun relasi lintas iman. “Sebelum adanya isu moderasi, relasi lintas iman sudah dipraktikkan sejak dulu oleh Kiai Mahfud, beliau adalah orang yang berintegritas tinggi, memberikan konsep tidak hanya dalam pikiran tetapi juga dalam wujud tindakan,” ungkapnya.


Politisi PKB yang sekarang duduk di kursi DPR RI Lukman Hakim dulunya merupakan santri Kiai Mahfud. Awal mula nyantri di Gedaangan, Luqman terkejut dengan sikap Kiai Mahfud yang begitu tawadhu. 


“Pengalaman hari pertama nyantri, saya melihat Kiai Mahfud bersih-bersih kebun salak di pagi hari sendirian dan tidak menyuruh santri, ketika saya bertanya pada senior pesantren, hal tersebut biasa dilakukan Kiai Mahfud,” ucapnya.


Menurut pengakuan Luqman, dalam kerja-kerja sosial, Kiai Mahfud pernah diperintah Gus Dur untuk membuat forum kiai-kiai se-Indonesia. “Saya memberanikan diri bertanya pada Kiai Mahfud soal pendanaan forum tersebut, jawabnya ‘tenang man masih ada sawah nanti dijual untuk kegiatan’ itu jawabannya,” kisah Luqman.


Kiai Mahfud merupakan putra dari tuan tanah di Pulutan, warisannya banyak dalam bentuk tanah, akan tetapi banyak berkurang karena untuk membiayai kegiatan sosial kemasyarakatan. 


“Untuk kegiatan yang konteksnya maslahat untuk umat, lalu Kiai Mahfud tunjuk sawahnya yang masih ada untuk pembiayaan kegiatan, menurut Kiai Mahfud hal tersebut sebagai bentuk pengabdian pada Allah, pengabdian pada Islam, pengabdian pada masyarakat, pengabdian pada NU,” pungkasnya.


Pengirim: Thoriq


Regional Terbaru