• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 27 April 2024

Regional

SEMARAK RAMADHAN 1443 H

Lesbumi Surakarta Gelar Ngaji Budaya

Lesbumi Surakarta Gelar Ngaji Budaya
Ngaji Budaya Lesbumi Solo (sumber: tangkapan layar Youtube)
Ngaji Budaya Lesbumi Solo (sumber: tangkapan layar Youtube)

Solo, NU Online Jateng
Pengurus Cabang (PC) Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kota Surakarta menggelar acara 'Ngaji Budaya' Rabu (13/4) malam. Kegiatan dengan pementasan Wayang Beber tersebut dihelat di kompleks serambi Masjid Al-Wustho Mangkunegaran, Surakarta.

"Yang menarik dakwah pada malam ini dilaksanakan di serambi Masjid Al-Wustho Mangkunegaran. Jadi, mengingatkan dengan suri teladan dakwah dari para wali dan sesepuh kita. Salah satunya yang saya ingat dari sesepuh adalah dakwah kalau tidak menggunakan ilmu akhirnya akan ngawur. Kemudian dakwah bila tanpa kesenian menjadi zalim," ungkap Ketua PC Lesbumi Surakarta, Mohamad Arif Wibowo.

Disampaikan, kegiatan ini merupakan salah satu program kegiatan Lesbumi Surakarta dengan mengambil tema 'Babaring Cakra Manggala Manggilingan ing Sasi Ramadhan'. Selain kegiatan Ngaji Budaya, Lesbumi Surakarta juga memiliki program pemberian sertifikat kepada juru kunci makam juga membuat roadmap wisata religi di wilayah Solo dan sekitarnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surakarta H Mashuri mengatakan, pihaknya sangat mendukung forum-forum budaya, khususnya dengan mengadakan pementasan wayang seperti yang diselenggarakan Lesbumi Surakarta.

"Kemarin saya ngobrol dengan beberapa dalang, kita ingin ada wayang milenial yang bisa diterima oleh kaum muda. Sementara ini, wayang kesannya hanya dinikmati oleh orang tua. Maka, ayo agar anak-anak muda juga harus ikut mencintai wayang dengan warna yang berbeda, saya kira teman-teman Lesbumi sudah menyiapkan konsep ini," kata dia.


                                    Pementasan Wayang Beber

Cakra Manggilingan

Dalang Ki Amar Paradopo menjelaskan, Cakra Manggilingan bermakna seperti roda kehidupan yang terus berputar, kadang di atas, kadang di bawah. "Roda kehidupan itu terus berputar, kalau susah ya tidak mungkin susah terus. Bahagia juga tidak mungkin bahagia terus. Maka dari itu, kita harus selalu bersyukur. Apa saja pemberian dari Allah kita terima dengan ikhlas," jelasnya.

Sebagai informasi, wayang beber sendiri merupakan pertunjukan wayang yang penyajiannya diwujudkan dalam bentuk bentangan (beberan) lembaran kertas atau kain bergambar. Ini tentu berbeda dengan wayang kulit atau golek, yang diwujudkan dalam bentuk menyerupai manusia.

Pantauan NU Online Jateng, dalam pementasan wayang beber di kegiatan Lesbumi Surakarta ini, lembaran kain dibuka sedikit-demi sedikit hingga ujung lembaran, dengan narasi suara yang disampaikan oleh sang dalang dan diiringi musik gamelan. Sesekali dalang juga menampilkan wayang golek, untuk memperkuat visualisasi cerita.

Pementasan wayang beber Lesbumi Surakarta ditutup dengan pemaparan ngaji budaya yang disampaikan oleh Pembina Lesbumi Surakarta Habib Muhammad Husein Taufiq bin Yahya.

Penulis: Ajie Najmuddin


Regional Terbaru