• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 5 Mei 2024

Regional

Gus Yusuf: Penting Pengembangan Jati Diri Pergerakan melalui Pengkaderan

Gus Yusuf: Penting Pengembangan Jati Diri Pergerakan melalui Pengkaderan
Kegiatan PKD PMII Komisariat Tidar Magelang (Foto: NU Online Jateng/Meili Ekawati)
Kegiatan PKD PMII Komisariat Tidar Magelang (Foto: NU Online Jateng/Meili Ekawati)

Magelang, NU Online Jateng
Pengasuh Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang KH Yusuf Chudlori mengatakan, setelah beberapa periode terakhir mengalami stagnasi pandangan anggota dan kader, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Tidar Magelang mencoba mengembangkan jati diri pergerakannya.  

 

"Saya akan terus mendorong agar PMII di Magelang dapat berkembang melalui program pengkaderan, salah satunya adalah Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang dilakukan oleh Komisariat Tidar," ucapnya.

 

Hal itu disampaikan oleh Gus Yusuf Chudlori saat menyampaikan materi Aswaja Manhajul Harakah dalam acara PKD II PMII Komisariat Tidar yang dihelat di Kampoeng Dolanan Nusantara Borobudur, Magelang, Jumat (29/10).

 

Dalam forum tersebut, Gus Yusuf Chudlori menjelaskan bahwa dinamika berpikir warga NU mengenai Aswaja menjadi tidak terealisasi ketika di hadapkan pada paham di mana paham kapitalisme menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang mendewakan akal.

 

Menurutnya, kearifan lokal para kiai dalam pendirian pesantren bertujuan untuk melawan penjajah sebagai sikap kontra terhadap ekonomi kapitalis pada masa itu. "Tercatat sekitar 12 pesantren yang di hadapkan secara langsung pada pabrik tebu sebagai bentuk perlawanan,” ungkapnya.

 

Hal tersebut lanjutnya, menjadi prinsip pembelajaran dan paham pergerakan bagi kaum muda sekarang. Untuk menjadi seorang warga NU tentunya harus berani mengambil sikap tegas kepada para penjajah ketika pribumi hanya dijadikan sebagai alat pekerja untuk orang asing.

 

“Peran kita semua tidak cukup hanya menjadi orang shaleh dan shalehah, tetapi harus menjadi mushlih atau penggerak agar dapat memperjuangkan kebaikan,” terangnya.

 

Menurutnya, sempurnanya umat dapat ditempuh dengan jalan jihad untuk mencapai perubahan. Meski banyak risiko dan tanggung jawab ketika melakukan kebaikan, semua harus dilakukan karena agama perlu diperjuangkan.
 

“Kita harus melihat dengan mata terbuka bahwa ketimpangan di mana-mana, lalu apakah kita sebagai warga NU hanya diam saja?” tanya Gus Yusuf Chudlori pada para peserta.

 

"Kita meyakini bahwa kitalah pemegang dan pewaris kebenaran. Oleh karena itu perlunya untuk menanamkan pemikiran semua prinsip tawasuth, tasamuh, tawazun, ta’adul, dan ta’awun," sambungnya. 

 

Gus Yusuf mencontohkan prinsip yang dapat dijadikan landasan motivasi dari pergerakan adalah tawasuth. Sebagai organisasi pergerakan yang berpaham Aswaja harus belajar dengan sungguh-sungguh. Tidak condong ke kiri ataupun kanan, karena kita secara sadar berada di tengah-tengah. 

 

"Maksudnya, ketika menghadapi tantangan masalah pada zaman yang berbeda harus dapat diselesaikan dengan jalan terbuka dengan memandang untuk kemaslahatan umat yang baik," pungkasnya.

 

Pengirim: Meili Ekawati
Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru