• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Sabtu, 4 Mei 2024

Regional

Dosen UIN Walisongo Semarang Jelaskan Tiga Cara Bangun Akhlakul Karimah 

Dosen UIN Walisongo Semarang Jelaskan Tiga Cara Bangun Akhlakul Karimah 
Dosen UIN Semarang Luthfi Rahman (Foto: NU Online Jateng/Raif)
Dosen UIN Semarang Luthfi Rahman (Foto: NU Online Jateng/Raif)

Semarang, NU Online Jateng
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Luthfi Rahman menyampaikan ketertarikannya dengan Makalah Sayyidina Ali yang isinya mengatur bagaimana cara menciptakan 'Akhlakul Karimah' yang melekat pada diri santri dalam kaitannya untuk mewujudkan Ukhuwah Islamiyah.


"Yang pertama, jadilah engkau di sisi Tuhanmu sebaik-baiknya manusia," ujarnya. 


Hal itu disampaikan Luthfi dalam acara Akhirussanah 2023 Madrasah Diniyah (Madin) di Pesantren Darul Falah (Dafa) Besongo, Ngaliyan, Kota Semarang yang bertajuk 'Merajut Ukhuwah Wujudkan Santri yang Berakhlakul Karimah' pada Ahad (30/4/2023).


Disampaikan, cara yang pertama mengandung makna bahwa manusia harus berusaha sebaik mungkin dalam menjalin hubungan vertikal (Ubudiyah) terhadap Allah seperti halnya beribadah, menjauhi kemaksiatan dan meningkatkan ketakwaan.


"Kalimat ini sangat tepat sekali sebagai usaha awal yang digunakan untuk meningkatkan ketakwaan diri dan menjauhkan diri dari kemaksiatan," ucap Ustadz Luthfi.


Kemudian yang kedua lanjutnya, jadilah seburuk-buruk manusia di hadapan nafsu kita. Manusia harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang yang abai, bangkang, tidak peduli, dan tidak mudah dikendalikan oleh hawa nafsu.


"Sehingga nafsu akan menganggap kita sebagai pribadi yang buruk bagi nafsu," paparnya





Dan yang ketiga menurutnya, jadilah kamu di hadapan manusia-manusia yang lain sebagai bagian dari manusia yang lain. Cara yang paling penting dalam membangun akhlakul karimah yakni manusia harus berusaha menjadi manusia yang memiliki sifat manusia. 


"Artinya pribadi yang menghilangkan sifat keangkuhan, keegoisan, merasa paling hebat, paling bisa, paling 'alim yang menjadikan manusia merasa angkuh dan sombong," ungkapnya. 


Dijelaskan, yang menjadikan iblis masuk ke dalam neraka adalah karena sifat keangkuhan dan kesombongan. Iblis meskipun dulunya adalah makhluk Allah yang taat dalam beribadah dan sangat alim ilmunya.


"Namun, karena Iblis merasa bahwa dirinya yang diciptakan dari api itu lebih baik dari pada Nabi Adam yang diciptakan dari tanah, menjadikan Iblis itu lupa bahwa sujud kepada Nabi Adam itu merupakan perintah dari Allah SWT," katanya. 


Maka dari itu sambungnya, sebagai santri harus dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut dengan menghilangkan sifat-sifat kesombongan, keangkuhan, dan keegoisan agar dapat menjadi cerminan akhlakul karimah bagi masyarakat sebagai jalan untuk mewujudkan ukhuwah islamiyah.


Dalam siaran pers yang diterima redaksi NU Online Jateng, Rabu (3/5/2023) Pengasuh Pesantren Darul Falah Besongo KH Imam Taufiq mengatakan, di pesantren tidak semata-mata mencari ilmu, tetapi juga mewujudkan santri yang berakhlakul karimah. “Ini cita-cita setiap pesantren dan untuk menumbuhkan akhlak tidak bisa hanya dipelajari dalam buku,” ujarnya.


Disampaikan, teorinya saja bisa. Namun, akhlak adalah sesuatu yang sudah muncul dalam pikiran sanubari tanpa rekayasa. “Tiba-tiba menjadi sebuah tradisi dan perbuatan yang mendarah daging pada diri kita. Karena itu, pesantren mendidik yang namanya akhlak,” pungkas Kiai Imam Taufiq yang juga Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. 


Pengirim: Raif Al-Abrar
 


Regional Terbaru