Dari Barak Militer hingga Kabur Aja Dulu, Santri Bahas Isu Kekinian di FMPP 43 Jawa-Madura
Selasa, 17 Juni 2025 | 15:00 WIB

FMPP se-Jawa Madura ke-43 digelar di Pondok Pesantren At-Taujieh Al-Islamy 2 Andalusia, Leler, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu–Kamis (18–19/6/2025).
kifayatul ahyar
Kontributor
Banyumas, NU Online Jateng
Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) se-Jawa Madura ke-43 digelar di Pondok Pesantren At-Taujieh Al-Islamy 2 Andalusia, Leler, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu–Kamis (18–19/6/2025). Dalam forum bahtsul masail yang berlangsung selama dua hari ini, para delegasi dari berbagai pesantren membedah ragam persoalan aktual dengan pendekatan fikih yang mendalam dan kontekstual.
Isu-isu yang dibahas pun tidak sembarangan. Mulai dari kebijakan pemerintah mengenai pembinaan siswa nakal melalui barak militer, hingga fenomena sosial di kalangan anak muda bertajuk #KaburAjaDulu.
Salah satu isu yang menjadi sorotan peserta adalah kebijakan pelibatan TNI dalam pembinaan siswa bermasalah. Program yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dikaji secara mendalam dalam makalah peserta dari Pesantren Al-Falah 2 Ploso Kediri yang dibahas di Komisi A.
“Kebijakan memasukkan siswa-siswa ke barak TNI pertama kali muncul sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi perilaku buruk anak-anak yang terlibat dalam kenakalan remaja atau tindak kriminal. Di sana mereka akan mengikuti berbagai kegiatan seperti latihan fisik, baris-berbaris, bela diri, konseling, dan pembelajaran nilai-nilai kebangsaan,” tulis mereka dalam deskripsi masalah.
Kendati dimaksudkan sebagai pembinaan, kebijakan ini menuai kontroversi karena dikhawatirkan melanggar hak anak dan menormalisasi pendekatan kekerasan dalam dunia pendidikan. FMPP pun mendiskusikan alternatif pembinaan karakter yang lebih rahmah dan mendidik.
Sementara itu, Komisi B mengangkat fenomena populer di media sosial: #KaburAjaDulu. Tagar ini dikenal sebagai bentuk “curhat kolektif” dari generasi muda atas berbagai tekanan hidup.
“Tagar ‘Kabur Aja Dulu’ mendadak viral di media sosial dan menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen... mencerminkan respons spontan terhadap situasi tertentu yang dianggap sulit atau berisiko,” tulis makalah peserta dari Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien (PPHM) Ngunut Tulungagung.
Disebutkan bahwa meningkatnya harga kebutuhan pokok, tingginya beban pajak, hingga minimnya peluang kerja menjadi faktor utama munculnya tagar tersebut. Di forum FMPP, fenomena ini ditelaah sebagai refleksi sosial yang harus dijawab dengan pendekatan keislaman yang solutif dan menenangkan.
Selain dua isu utama tersebut, FMPP ke-43 juga membahas tema-tema kontemporer lainnya, seperti penyalahgunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk konten tidak pantas, konsep wakaf saham syariah dalam pasar modal, rating asal-asalan di platform marketplace, hingga kebijakan vasektomi sebagai syarat bantuan sosial.
Bahtsul masail yang digelar dalam FMPP ini menjadi ruang diskusi ilmiah yang menegaskan bahwa santri tidak hanya ahli dalam kitab kuning, tetapi juga peduli dan responsif terhadap problematika zaman. Forum ini membuktikan bahwa pesantren adalah pusat intelektual yang turut hadir menjawab tantangan umat dan bangsa dengan nilai-nilai Islam yang moderat dan solutif.
Terpopuler
1
KH Said Aqil Siroj: Mbah Dim Wafat, Gus Alam Wafat Syahid, Pesantren Tak Boleh Mati!
2
Gus Yasin Akan Hadiri Istighotsah Bersama Warga Nahdliyyin Demak, Doakan Keselamatan dari Rob dan Banjir
3
Pesisir Demak Terendam Rob, PCNU Gelar Aksi Doa Bersama 100 Ribu Warga Nahdliyyin
4
MI NU 71 Unggulan Weleri Kendal Gelar Wisuda Khotmil Qur’an dan Pelepasan Siswa Kelas VI
5
Meneladani Mbah Sambu: Wajahnya Tidak Sedikitpun Mirip Tukang Bohong dan Doanya Mustajab
6
Pemprov Jateng Salurkan Mesin Pompa Air dan Bantuan Dana untuk Enam Desa Terdampak Rob di Sayung Demak
Terkini
Lihat Semua