Regional

Sekolah Jurnalistik, Jalan Baru Aktivisme Kader PMII Merawat Demokrasi

Selasa, 17 Juni 2025 | 16:00 WIB

Sekolah Jurnalistik, Jalan Baru Aktivisme Kader PMII Merawat Demokrasi

Sekolah Jurnalistik PC PMII Demak dengan tema “Jalan Independensi Aktivisme dan Intelektualisme PMII dalam Merawat Demokrasi Bangsa” pada Jumat–Ahad (13–15/6/2025). Kegiatan ini berlangsung di Pondok Pesantren Al-Islah dan SMP Unggulan Al-Islah Demak

Demak, NU Online Jateng

Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kabupaten Demak menggelar Sekolah Jurnalistik dengan tema “Jalan Independensi Aktivisme dan Intelektualisme PMII dalam Merawat Demokrasi Bangsa” pada Jumat–Ahad (13–15/6/2025). Kegiatan ini berlangsung di Pondok Pesantren Al-Islah dan SMP Unggulan Al-Islah Demak, serta diikuti oleh kader PMII dari berbagai daerah di Jawa Tengah.
 

Ketua PC PMII Demak, Sahabat Nurudin, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan membekali kader dengan kemampuan jurnalistik sekaligus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya peran media dalam menjaga demokrasi.


“Acara ini bertujuan untuk mengenalkan kalian ke dalam dunia jurnalistik. Harapannya Sekolah Jurnalistik ini dapat mengembangkan minat dan bakat kader di bidang jurnalistik,” ujar Nurudin.


Sekolah jurnalistik ini menghadirkan sejumlah narasumber berpengalaman di bidang pers dan media. Materi yang disampaikan meliputi sejarah pers, ruang lingkup jurnalistik, teknik wawancara dan kepenulisan, kalimat deduktif dan induktif, penulisan warta dengan bahasa yang hidup, hingga kode etik jurnalistik.


Sahabat Ahmad Niam Jamil, salah satu pemateri, menyampaikan bahwa pers memiliki sejarah panjang di Indonesia yang bermula dari masa kolonial. 


“Surat kabar pertama di Indonesia adalah Bataviasche Nouvelles yang diterbitkan oleh VOC dan hampir seluruh halamannya dipenuhi iklan. Belanda kemudian memperbaiki aturan pers pada tahun 1856,” terangnya.


Ia juga menjelaskan bahwa meskipun pers kini bebas, tetap terdapat aturan yang membatasi seperti UU No. 11 Tahun 1966 hingga TAP MPR No. XXVII Tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia. “Pers adalah alat perjuangan sekaligus alat kontrol. Maka, harus ada etika dalam menyampaikannya,” tambahnya.


Dalam materi Kode Etik Jurnalistik, Sahabat Muhammad Dafi Yusuf menegaskan bahwa wartawan harus menjaga integritas. 


“Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk,” katanya.


“100% jangan campurkan kepentingan pribadi dalam kerja jurnalistik,” pungkasnya.


Salah satu pemateri lainnya, KA Biro NU Online Jateng, Lukman Hakim menekankan pentingnya literasi dalam dunia jurnalistik. 


“Jurnalis itu harus mempunyai kemampuan membaca, selain sebagai jendela dunia, membaca juga sebagai tempat kita mendapatkan pemahaman bahasa,” ujarnya.


Lukman juga membagikan pengalaman pribadinya bahwa menjadi jurnalis bukan semata hasil pelatihan, tetapi dari kebiasaan. 


“Dulu saya sering ikut sekolah jurnalistik, tapi setelah acara selesai biasanya lupa. Yang membuat saya bisa menulis itu karena membiasakan diri untuk menulis,” terangnya.


Kegiatan ini diikuti oleh 23 peserta dari berbagai daerah, terdiri dari 17 peserta dari Demak, 3 dari Purworejo, 2 dari Cilacap, dan 1 dari Temanggung.


Sekolah jurnalistik PMII Demak ini menjadi ruang baru untuk menumbuhkan kader yang sadar media, mampu mengabarkan kebenaran, dan menjaga nilai-nilai demokrasi melalui pena. Dengan pendekatan yang mendalam dan kontekstual, PMII membuktikan bahwa aktivisme tidak hanya hadir di jalanan, tetapi juga di ruang redaksi dan warta yang mencerahkan.


Penulis: Rahmat Fauzi Malik