• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Jumat, 17 Mei 2024

Opini

Meneguhkan Jati Diri Ansor

Meneguhkan Jati Diri Ansor
Konferancab GP Ansor Kepil, Wonosobo (dok. istimewa)
Konferancab GP Ansor Kepil, Wonosobo (dok. istimewa)

Hiruk pikuk dan dinamika Konferensi Anak Cabang ke-9 Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kepil, Wonosobo, Jawa Tengah, telah berakhir. Dedy Setyo Asmoro, terpilih sebagai Ketua PAC GP Ansor Kepil periode 2020-2022 mendatang.

 

Sahabat Dedy adalah kader organik NU, ia merangkak dari bawah sebagai aktivis IPNU di desanya, dan kemudian menjadi Ketua PAC IPNU Kepil dan wakil ketua PC IPNU Wonosobo. Sebagai orang yang sedikit tahu dalam proses kaderisasi yang dijalani sahabat Dedy, penulis meyakini bahwa ia akan dapat dengan mudah melanjutkan estafet kepemimpinan GP Ansor Kepil, dua tahun mendatang. Ditambah pula dengan kemampuan managerial yang dimilikinya serta ratusan (bahkan ribuan) kader yang ada, kedepan PAC Ansor Kepil akan menjadi salah satu pemasok utama kaderisasi Ansor di kancah Kabupaten Wonosobo.

 

November 2011, saat penulis diamanahi sebagai Ketua PAC GP Ansor Kepil, penulis dan beberapa sahabat lainnya sungguh merasa sangat perihatin dengan kondisi Ansor Kepil yang ibaratnya la yamutu wala yahya, hidup segan, matipun tak mahu! Bagaimana tidak? Ansor Kepil bangkit terseok-seok dari tidur lelapnya, baru setelah sekitar 25 anggota Banser Kepil yang dikomandani sahabat Subur, sahabat Khusainuddin, sahabat Imam Sukanto, sahabat Yuhamid, sahabat Mujib Aryono, dan beberapa sahabat senior lainnya mengadakan acara buka puasa di rumah sahabat Husainudin Randusari.

 

Acara nonformal ini dimaksudkan untuk melakukan gendu-gendu rasa, mengurai keruwetan dan menjalin silaturrahmi antarkader yang sempat fakum dari kegiatan kaderisasi dan keorganisasian, setelah ketua Ansor terpilih, baik sahabat Sukahar maupun sahabat Nuryanto Aulawi, kurang respinsif dan cekatan dalam memenage organisasi kebanggan pemuda NU ini!


Pasca-buka bersama, atas masukan dari sahabat Husainudin, diputuskannya kegiatan selapanan Banser tiap Jum'at Kliwon. Kegiatan selapanan yabg bermula dari 25 kader inti ini, dalam perjalanannya kemudian menjadi selapanan bersama GP Ansor dan Banser X-23 E Kepil, yang hingga kini pesertanya terus meningkat menjadi ratusan kader.

 

Pada era sahabat Khoirul Amin, kaderisasi GP Ansor Kepil terus diminati warga NU, kaderisasi dan pengutan kelembagaan terus ditata. Pun demikian di era sahabat Aufa Mujtahid, kader Ansor Kepil terus bertambah, dengan dukungan kualitas kader yang semakin mapan dan baik.

 

Di sisi lain, sahabat Subur sebagai Kepala Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Banser X-23 E Kepil merupakan figur yang sangat berpengalaman dalam menggerakkan, mengomando dan memimpin satuan kader inti Ansor Kepil. Setidaknya, sahabat Subur tercatat sebagai kader yang berangkat dari IPNU, dan menjadi Kepala Satkoryon Banser Kepil sejak era sahabat Nuryanto. Nyaris ia telah berpengalaman sebagai komandan selama hampir 25 tahun! Sungguh pengabdian yang luar biasa dalam mengarungi segala dinamika yang melingkupi pasukan paramiliter NU ini.


Menata Diri, Khidmah Tiada Henti
Sejatinya, sebagaimana pesan para masyayikh, kita masuk dan menjadi bagin dari NU-Ansor, tidak lain adalah sebagai ‘kawah candra dimuka’, tempat kita menempa diri, untuk memperbaiki diri, mengabdikan diri dan khidmah dalam organisasi. Dalam bahasanya para kyai: "kita-lah yang butuh NU, bukan NU yang butuh kita". Artinya, kita merupakan kader-kader yang gondelan NU, membutuhkan NU sebagai tempat berlindung dan bernauang supaya diakui sebagai santri Hadratussyaikh Muhammad Hasyim bin Asy'ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim (Pangeran Benowo) bin Abdul Rahman (Joko Tingkir).

 

Tujuan khidmah dan memperbaiki diri tersebut, harus kita imbangi dengan ihtiar untuk memperbaiki diri secara kelembagaan dan penguatan SDM kader. Selain itu, kita juga harus berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi ulama, NU dan warga masyarakat, tanpa memandang asal-usul dan sebaginya.

 

Setidaknya, pasca kongres Yogyakarta, 2015, GP Ansor semakin mantap dalam merumuskan dan mengimplementasi agenda program strategis. Agenda besar GP Ansor tentang revitalisasi nilai dan tradisi, penguatan sistem kaderisasi dan pemberdayaan potensi kader terus digenjot sebagai wujud komitmen dan peran GP Ansor dalam berkhidmat untuk kemandirian NKRI menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis, adil, makmur dan sejahtera berdasarkan ajaran Islam Ahlussunah wal-Jama’ah. 

 

Menilik Masa Lalu
GP Ansor yang notabene sebagai organisasi kepemudaan berbasis kaum muda NU, merupakan salah satu kekuatan perubahan sosial yang berdiri di garis depan perubahan (avant garde). Melihat kondisi fenemona dan dinamika sosial yang berkembang, GP Ansor Kepil dituntut untuk bisa menengok dalam lintasan sejarah, bahwa kelahiran GP Ansor diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan.

 

GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan. Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser sebagai bentuk perjuangan Ansor, nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan di episode awal berdirinya dan penumpasan G30S/PKI di episode berikutnya, peran Ansor sangat menonjol. Pun demikian, yang dialami GP Ansor Wonosobo, sejak tahun 1955. 

 

Ansor dilahirkan dari rahim NU dari situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Chasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

 

Penguatan serta orientasi GP Ansor dalam perjalanan sejarahnya senantiasa menetapkan titik kuatnya pada pengembangan kualitas sumber daya kader sebagai upaya mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Selain itu, GP Ansor juga senantiasa aktif terlibat dalam dinamika sosial yang sedang berkembang baik pada tingkat lokal, regional, bahkan tingkat nasional sampai global dalam kerangka dasar keagamaan dan kebangsaan.


Dalam melaksanakan itu semua, GP Ansor memantapkan dirinya terhadap ahlussunnah wal jamaah sebagai manhajul fikr, yaitu metode berpikir yang digariskan oleh para sahabat nabi dan tabi’in. Dalam menggerakkan roda organisasi, GP Ansor membekali dirinya dengan sikap kehati-hatian, kejelian, kecermatan serta kearifan dalam memahami dinamika serta isyarat zaman, sebagaimana kaidah fiqh tasharruful imam manuthun bil maslahathir ro’iyah, bahwa kebijakan seorang pemimpin haruslah berlandaskan kepada kemaslahatan orang banyak/masyarakat. Sehingga, ketika GP Ansor berusaha melakukan penguatan terhadap ideologi kader, visi-misi, interpretasi, persepsi dan orientasi organisasi, maka sudah sepatutnya jika ditindaklanjuti melalui gerakan, tindakan, aksi dan reaksi organisasi.

 

Dengan demikian, formulasi idealitas dan realitas di atas diharapkan dapat melahirkan sikap proaktif, kritis, humanis, professional, dan inovatif untuk melahirkan perkembangan dan mewujudkan perubahan sebagai jawaban atas dinamika realitas zaman yang terus bergerak. Berangkat dari persoalan-persoalan tersebut, maka upaya reformulasi ideologi serta realisasi kaderisasi menjadi sebuah keniscayaan.

 

Ansor Kepil Usai Konferancab
Makna penting Konferancab ke-IX GP Ansor Kepil bagi kader-kader GP Ansor dinilai sangat strategis mengingat sudah sangat mapan dan seniornya usia Ansor, sehingga sudah saatnya kader-kader Ansor dan Banser memperbaiki diri, berintegritas, berkualitas kader dan berkomitmen terhadap organisasi. Terlebih di Kepil, telah banyak kader-kader Ansor Banser yang sudah lulus kaderisasi baik, PKD atau PKL maupun Diklatsar, Susbalan, dan Suspin dan seterusnya harus lebih baik lagi dibandingkan dengan anggota lain atau simpatisan Ansor Banser di kecamatan lain. 

 

Sudah saatnya, kini, semua pengurus Ansor itu “ngurusi” organisasi Ansor bukan malah menjadi “urusan” bagi Ansor apalagi justru menjadi benalu bagi bagi kemajuan Ansor. Kader Ansor harus bisa menjadi cermin bagi kader-kader organisasi lainnya. 

 

Dalam kesempatan yang baik ini, semoga di bawah kepemimpinan sahabat Dedy, kader-kader Ansor-Banser Kepil semakin meningkat dalam mengisi kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kebesaran Ansor, serta meminimalisir konflik internal pengurus. sudah saatnya pula GP Ansor Kepil bersiap memasuki era perubahan dan "panen" kader.

 

Di sinilah, dibutuhkan kejelian bersama untuk menata kader-kader potensial yang dimiliki dan menempatkannya dalam posisi strategis sebagai bagian dari ikhtiar memajukan organisasi secara bersama-sama. Kuncinya, ada pada keseriusan dan kesadaran kita bersama bahwa semua kader memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk berkhidmah.

 

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi niatan tulus dan ikhlas dari Ansor Banser, serta hal ini menjadi amalan shaleh bagi Ansor Banser. Amin Ya Robbal Alamin.

 

Edi Rohani, Ketua PAC GP Ansor Kepil 2011-2013


Opini Terbaru