• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Senin, 29 April 2024

Nasional

Tujuan Utama Pendidikan di NU Menurut Gus Yahya

Tujuan Utama Pendidikan di NU Menurut Gus Yahya
Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)
Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online Jateng
Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, NU bukan hanya sekadar organisasi yang menjalankan berbagai macam kegiatan seperti organisasi-organisasi lainnya. 


"NU didirikan dengan mengemban nilai-nilai yang sangat fundamental atau mendasar. Bahkan, nilai-nilai yang diemban NU itu yang paling mendasar adalah terkait dengan pendidikan, karena NU adalah organisasi ulama," ujarnya. 


Hal itu disampaikan Gus Yahya panggilan akrabnya saat memberi pidato pengarahan dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU) di Jakarta, Senin lalu. 


Nilai-nilai pendidikan dalam NU itu lanjutnya, adalah memandang pendidikan sebagai ikhtiar paripurna yang komprehensif, dengan kata lain pendidikan itu bukan hanya masalah kognitif. Juga bukan hanya soal mengasah kapasitas intelektual dari anak didik, bukan hanya sekadar transfer pengetahuan. 


"Akan tetapi pendidikan itu, pada saat yang sama juga sekaligus merupakan ikhtiar untuk membangun kapasitas rohani dari anak didik. Yang namanya mendidik itu tidak hanya mengajar, menyampaikan informasi-informasi tentang ilmu pengetahuan, tapi juga me-nyuwuk atau mendoakan anak didik supaya kapasitas rohaninya berkembang," terangnya.


Ketua Umum PBNU itu ingin melihat bahwa di lingkungan LP Ma'arif dikembangkan model pendidikan yang secara integral memasukkan komponen pengembangan kapasitas rohani bagi anak-anak didik, yang menurutnya eksistensial sekali, hingga berpesan untuk jangan sampai dilupakan. 


"Ini sebabnya, lembaga ini dinamai Lembaga Pendidikan Ma'arif, tidak disebut dengan Lembaga Pendidikan Ma'alim, atau Tarbiah, misalnya, tetapi Ma'arif. Ma'arif itu dari asal kata Arafa, yang berarti mengenal. Ma'arif itu jamak dari Ma'rifat. Dan penggunaan paling banyak dari kalimah Ma'rifat itu adalah untuk menyebut Ma'rifatullah, pengenalan kepada Sang Pencipta," ucapnya. 


Maka pengetahuan lanjuynya, yang diajarkan kepada anak didik, berbagai macam komponen pendidikan yang diberikan kepada anak didik kita, semuanya harus berhulu dan bermuara kepada Ma'rifatullah. Ini fundamental dan eksistensial.


"Tidak ada gunanya NU punya lembaga pendidikan kalau tidak dibawa ke arah ma'rifatullah," tegas Gus Yahya sebagaimana dilansir dari laman nu.or.id. 


Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang itu menyampaikan, pendidikan untuk meningkatkan rohani menuju ma'rifatullah harus dilembagakan di lingkungan lembaga-lembaga pendidikan Ma'arif.   


"Silakan dicari model yang cocok untuk itu. Mungkin bisa berbeda-beda, mulai dari Raudhatul Athfal, dari Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar, sampai Tsanawiyah dan SMP sederajat, Aliyah dan SLTA yang lainnya, bagaimana model pendidikan ruhani yang cocok," imbaunya. 


Gus Yahya ingin supaya ada bedanya anak-anak yang dididik oleh NU dengan yang dididik di tempat lain. Selain itu menurutnya, pendidikan ini juga akan menentukan bagaimana wajah NU di masa depan. Oleh karena, suplai-suplai kader NU harusnya paling banyak datang dari lingkungan lembaga-lembaga pendidikan NU. 


"Dan untuk beraktivitas, apalagi mengelola, bahkan lebih-lebih lagi memimpin NU ini, kapasitas-kapasitas profan, kapasitas intelektual, keterampilan manajemen, keterampilan politik, dan lain sebagainya, itu tidak cukup, harus disertai dengan kapasitas rohani yang sungguh-sungguh bisa diandalkan. Kalau tidak, saya kira NU yang begini raksasa ini tidak akan bisa diurus dengan baik," pungkasnya. (*)


Nasional Terbaru