• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 19 Mei 2024

Nasional

Menaker Ida Fauziyah: Negara Tak Sanggup Ganti Pengorbanan Pesantren 

Menaker Ida Fauziyah: Negara Tak Sanggup Ganti Pengorbanan Pesantren 
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hj Ida Fauziyah (Foto: NU Online)
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hj Ida Fauziyah (Foto: NU Online)

Semarang, NU Online Jateng 
Negara tidak sanggup mengganti pengorbanan pesantren dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan melepaskan diri dari belenggu penjajah.


Menteri Ketenagakerjaan Hj Ida Fauziyah megatakan, sejarah telah mencatat sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia,  pesantren telah berkontribusi besar dan nyata dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. 


"Andai negara ingin mengganti, kami yakin tidak akan sanggup mengganti jasa dan pengorbanan pesantren terhadap bangsa ini," kata Menteri Ketenagakerjaan (Menaker ) Hj Ida Fauziyah di Semarang.


Menteri Ida yang juga mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU mengatakan hal itu dalam Silaturahmi Nasional (Silatnas) ke-3 Bu Nyai Nusantara di Hotel Patra Semarang, Senin (7/11/2022).


Menurutnya, termasuk jika Undang-Undang Pesantren dihitung sebagai balas budi negara terhadap pesantren tidak sebanding dengan yang diberikan pesantren dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.


Mengutip data dari Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kemenag bahwa jumlah pesantren tidak kurang dari 28.000. Ini artinya bahwa pesantren hingga kini telah mengambil sebagian peran dan tanggung jawab negara.


Dia menambahkan, di dalam undang-undang, pesantren dijadikan sebagai lembaga pendidikan. Tapi pesantren juga melakukan fungsi lain yaitu berdakwah dan pemberdayaan masyarakat. Ini yang menjadikan pesantren berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.


"Selain itu, di dalam UU itu juga disebutkan ada elemen santri, kiai, tempat ibadah, asrama, dan kajian kitab kuning. Penyebutan kiai di sana tidak menunjuk pada jenis kelamin tertentu. Tapi, disebutkan kiai yang menjadi tokoh sentral dalam pesantren," terangnya.


Dikatakan, sejatinya peran bu nyai telah banyak diakui meskipun tidak sepopuler kiai. Padahal peran bu nyai telah banyak tercatat dalam sejarah. Ibu nyai pun memiliki otoritas keagamaan yang sama dimiliki para kiai.


Wakil Ketua RMI PBNU KH Hodri Arief dalam sambutan menyampaikan, peran Ibu Nyai semakin meningkat dan semakin penting. Karenanya, Silatnas ini sangat perlu membahas berbagai ihwal tekait pondok pesantren. 


"Termasuk ihwal ekonomi, pendidikan, dan juga perlu membicarakan politik dalam isu peradaban," tuturnya.


Ketua panitia Silaturahmi Nasional (Silatnas) ke-3 Bu Nyai Pesantren Nyai Hj Arikhah mengatakan bu nyai memiliki modal pengalaman dalam membimbing santri. Tidak hanya persoalan mencari ilmu, tetapi juga managemen pesantren sekalipun. 


Menurutnya, bu nyai memiliki peran luar biasa dan besar, termasuk menjadi contoh tidak hanya bagi santrinya. Tapi juga bagi masyarakat luas. Bu nyai juga memiliki peran strategis dalam pengembangan pesantren. Tidak hanya sekadar persoalan kerumahtanggaan pesantren, tapi juga persoalan kurikulum dan managemen. 


Bahkan, lanjut Pengasuh Pesantren Darul Falah Besongo Semarang ini, maju mundurnya pesantren berada di tangan pengasuh perempuan, tak lain adalah bu nyai.


"Hingga kini banyak bu nyai yang telah berkhidmah di ranah publik. Baik pada tataran kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik. Tidak hanya kelas nasional, bahkan internasional," pungkasnya.


Penulis: Samsul Huda


Nasional Terbaru