Pekalongan, NU Online Jateng
Foto Habib Luthfi bin Yahya mengikuti shalat Idul Fitri 1442 Hijriah di Masjid Agung Al-Jami Kauman, Kota Pekalongan ramai jadi perbincangan masyarakat. Pasalnya, apa yang dilakukan oleh Habib Luthfi berjamaah shalat Id tidak seperti lazimnya para tokoh duduk dan memilih shaf pada barisan depan.
Tidak demikian yang dilakukan Habib Luthfi bin Yahya pada pelaksanaan shalat Idul Fitri di Masjid Agung Kota Pekalongan yang berlangsung Kamis (13/5) kemarin. Meski Habib Luthfi hadir sebelum shalat dimulai dan panitia serta Barisan Ansor Serbaguna (Banser) telah menyiapkan akses jalan untuk bisa dilalui Habib Luthfi menuju dalam masjid, Habib Luthfi beserta keluarganya memilih gelar sajadah di kerumunan jamaah tepatnya di pelataran masjid.
Ketua Takmir Masjid Agung Al-Jami Kota Pekalongan KH Abdul Fatah Yasran membenarkan bahwa Habib Luthfi shalat id di pelataran masjid. Dirinya dan segenap jajaran pengurus telah menyiapkan akses masuk ke dalam masjid, akan tetapi Habib Luthfi memilih duduk dan menyatu dengan ribuan jamaah lainnya yang mengikuti shalat id.
"Kami tidak bisa memaksa Habib Luthfi untuk masuk ke dalam masjid, karena beliau ingin bersama jamaah lainnya di tempat terbuka," ujarnya.
Salah satu jamaah shalat id di Masjid Al-Jami Kota Pekalongan H Zainal Farid yang juga Wakil Ketua Pengadilan Agama (PA) Kota Pekalongan mengaku melihat Habib Luthfi berada di tengah-tengah jamaah.
"Saya melihat dari dekat karena posisi saya sekitar 1 meter di depan habib," ujarnya kepada NU Online Jateng, Selasa (18/5).
Menurutnya, keberadaan Habib Luthfi yang juga Rais Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) menyatu di tengah-tengah jamaah untuk menunjukkan kesetaraan posisi hamba kepada khaliq-Nya yang tidak dibedakan oleh jabatan, pangkat, maupun golongan.
"Habib Luthfi mampu memerankan hal itu dengan baik," ucapnya.
Kegiatan shalat Id di Masjid Al-Jami Kota Pekalongan digelar dengan khatib Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan H Imam Hanafi Al-Jauhari dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes) secara ketat. Seluruh jamaah yang masuk di dalam pelataran dan masjid diperiksa suhunya dengan menggunakan thermogun oleh petugas.
Penulis: M Ngisom Al-Barony
Editor: Samsul Huda
