Keislaman

Mukjizat Nabi: Rembulan Terbelah pada Nisfu Sya’ban

Sabtu, 24 Februari 2024 | 05:00 WIB

Mukjizat Nabi: Rembulan Terbelah pada Nisfu Sya’ban

Foto: Ilustrasi (nu online)

Di antara mukjizat luar biasa Nabi Muhammad yang terjadi pada bulan Sya’ban dan dikenang sepanjang zaman adalah peristiwa terbelahnya Bulan. Habib Abu Bakar al-Adni dalam kitab an-Nafhah al-Rabbaniyah fi Khashâis asy-Sya’baniyah menjelaskan dengan bentuk syair,

 

   (انشقاق القمر في نصف شهر شعبان)

 في النصف من شعبان والبدر استوى # مكتملا في أفقه متقدا دار الحديث في نواحي مكة # بين الرسول وقريش بكدا يدعهم للحق كيما ينقذوا # أنفسهم من شر شرك بددا فاشترطوا من أجل هذا أن يروا # بالعين شق البدر فانشق ابتدا معجزة للمصطفى في قومه # جائت بها الأيات فاقرأ تسعدا

 

Artinya: (Terbelahnya Bulan pada Pertengahan Sya’ban)

“Pada pertengahan bulan Sya’ban, ketika matahari ada di posisi Istiwa, dengan kesempurnaan cahayanya di ufuk.Terjadilah perbincangan di sudut kota Makkah, antara Rasulullah dan kaum Quraisy” Rasulullah mengajak mereka (kaum Quraisy) pada kebenaran, agar diri mereka bisa lepas dari jeleknya kesyirikan (Dengan ajakan ini) mereka memberikan syarat berupa bisa melihat terbelahnya Bulan, kemudian bulan terbelah dengan jelas Mukjizat nabi yang terpilih pada kaumnya, terdapat dalam Al-Qur’an ayat tentang peristiwa tersebut, maka bacalah agar engkau selamat”  

 

Setelah Bulan terbelah menjadi dua dengan sangat jelas, dan mereka saksikan secara langsung, apakah mereka beriman?  

 

Mari simak penjelasan Habib Abu Bakar selanjutnya,

 

   فكذبوه ومضوا في غيهم # جهلا وكبرا والزمان اتحدا

 وفقهـــه مرتبـــط بشهــره # شعبان من حيث الزمان المبتدا

 

Artinya: “Mereka menginkari dan pergi dalam keadaan sesat sebab kebodohan dan kesombongan (Peristiwa ini) diketahui terjadi pada bulan Sya’ban” (Lihat, an-Nafhah al-Robbaniah fi Khosoisi al-Sya’baniah, 11-12)    

 

Peristiwa terbelahnya Bulan yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu merupakan salah satu mukjizat luar biasa, bahkan diabadikan dalam Al-Qur’an tepatnya dalam surat Al-Qamar. Allah berfirman:

 

   اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ  

 

Artinya: “Saat (hari kiamat) semakin dekat, Bulan pun terbelah. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, (ini adalah) sihir yang terus-menerus. Dan mereka mendustakan (Muhammad) serta mengikuti keinginannya, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya” (QS Al-Qalam: 1-3)  

 

Menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Tafsir Munir, ayat tersebut mengisahkan sikap kaum kafir Quraisy yang terus-menerus mendustakan dakwah Nabi. Beliau menjelaskan,

 

   ثم أخبر الله تعالى عن موقف الكفار وعنادهم أمام هذه المعجزة، فقال: وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا، وَيَقُولُوا: سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ أي وإن ير المشركون علامة على النبوة ودليلا على صدق النّبي صلى الله عليه وسلم، يعرضوا عن التصديق والإيمان بها، ويولوا مكذبين بها قائلين: هذا سحر قوي شديد يعلو كل سحر

 

Artinya: “Kemudian Allah memberikan kabar terkait sikap dan keras kepalanya orang-orang kafir di hadapan mukjizat ini (terbelahnya Bulan). Allah berfirman, (وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا الخ) yaitu, meski orang-orang musyrik melihat tanda-tanda kenabian, dan bukti bahwa Nabi Muhammad benar, mereka tetap berpaling dari kebenaran dan iman padanya, bahkan pergi sambil berkata, ini adalah sihir yang kuat dan hebat, dan melebihi setiap sihir.”  

 

Syekh Wahbah az-Zuhaili melanjutkan,

 

   وهذا ردّ على المشركين الذين طالبوا بآية، قال المفسرون: لما انشق القمر، قال المشركون: سحرنا محمد، فقال الله تعالى: وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يعني انشقاق القمر. ثم أكد تعالى موقفهم هذا بقوله: وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْواءَهُمْ، وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ أي وكذبوا بالحق إذ جاءهم، واتبعوا ما أملته عليه أهواؤهم وآراؤهم في أن محمدا صلى الله عليه وسلم ساحر أو كاهن، بسبب جهلهم وسخافة عقولهم. ثم هددهم تعالى وأخبرهم بأن كل أمر منته إلى غاية مماثلة له، فالخير يستقر بأهل الخير، والشر يستقر بأهل الشرّ

 

Ayat ini (وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا الخ) merupakan penolakan terhadap permintaan orang-orang musyrik terhadap suatu mukjizat. Ulama mufassirin (ahli tafsir) mengatakan, ketika Bulan terbelah, orang-orang musyrik berkata, Muhammad telah menyihir kita, maka Allah berfirman ( وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا الخ) yaitu mereka akan tetap berpaling meski sudah melihat mukjizat secara jelas, kemudian Allah memperjelas dengan ayat selanjutnya, (وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْواءَهُمْ) bahwa orang musyrik akan mendustakan terhadap kebenaran yang didatangkan kepadanya, dan mengikuti sikap condong terhadap keinginan dan persepsinya, bahwa Nabi Muhammad adalah penyihir dan peramal, semua itu disebabkan kebodohan dan sempitnya akal mereka. Dan Allah memberikan peringatan bahwa semua bukti sudah Allah tunjukkan pada mereka, dengan bukti yang sangat jelas. Maka kebaikan akan selalu bersama dengan orang baik, begitu pun kejelekan akan selalu bersama dengan orang jelek. (Lihat, Tafsir al-Munir, juz 27, h. 144).  

 

Dari kejadian ini terdapat hikmah yang sangat besar yaitu, orang yang sudah menyaksikan secara langsung bukti kekuasaan Allah, dan bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sekalipun, dengan sangat jelas dan sempurna, tanpa kekurangan dan kecacatan sama sekali belum tentu mendapatkan hidayah Islam, bahkan kejadian itu sama sekali tidak berfaedah bagi orang-orang yang sudah keras kepala.    

 

Sunnatullah, santri Pondok Pesantren Al Hikmah Bangkalan

 

Sumber: Mukjizat Nabi: Terbelahnya Rembulan pada Nisfu Sya’ban