Keislaman

Memaknai Ayat Iqra` sebagai Spirit Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Senin, 9 September 2024 | 14:00 WIB

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, telah menjadi pusat perhatian dan kajian selama berabad-abad. Tidak hanya sekedar dibaca, dihafal atau dilantunkan saja, Al-Qur’an juga sering kali menjadi objek berbagai perlombaan seperti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Di samping itu, tafsir atas ayat-ayat Al-Qur’an terus menerus dikaji dan diproduksi oleh para sarjana-sarjana tafsir di berbagai universitas dan tempat pembelajaran lainya. Tafsir ini tidak hanya dilakukan oleh ulama atau ahli agama, tetapi juga oleh sarjana-sarjana lintas disiplin yang tertarik untuk menggali lebih dalam makna dari kitab suci ini. Hal ini menghasilkan beragam corak tafsir yang berkembang dalam berbagai genre seperti Tafsir Fiqh, Tafsir Isyari-Sufi, Tafsir Ijtima’i-Sosial, hingga Tafsir Sastra.


Secara historis, jauh sebelum generasi milenial mengenal kebiasaan “membaca”. Al-Qur'an sudah lebih dulu mengajarkannya. Perintah untuk “membaca” dalam Al-Qur'an merupakan wahyu pertama yang diberikan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw, sebelum perintah-perintah lainnya diturunkan. yaitu “Iqra’ bismirabbik” (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu). Ayat ini menegaskan betapa pentingnya “membaca” sebagai gerbang ilmu pengetahuan. Perintah “membaca” dalam ayat-ayat pertama yang turun disebutkan dua kali, sementara kata “ilmu” dalam berbagai bentuk derivasi disebutkan tiga kali dan kata “al-Qalam” (pena) disebut satu kali. Rangkaian ayat-ayat ini semakin menegaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam. Ilmu merupakan wasilah atau sarana, yang membawa manusia menuju keimanan dan memperkuatnya. Artinya pengembangan Ilmu dimulai dari seberapa kuat dalam membaca, baik membaca teks atau membaca lingkungan sosial sekitar kita.


Ulama, sebagai pemilik atMau ahli ilmu, adalah orang-orang yang paling bertakwa kepada Allah swt. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, surat Fathir ayat 28, yang menyatakan:


 اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ


“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Fathir:28)


Ayat ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan ulama dalam pandangan Allah swt. Mereka yang memiliki ilmu pengetahuan adalah orang-orang yang paling memahami kebesaran dan kekuasaan Allah swt dan oleh karenanya, mereka adalah hamba yang paling bertakwa kepada-Nya.


Dikatakan bahwa perilaku dan pekerti Nabi Muhammad SAW adalah pekerti Al-Qur’an, dan salah satu sabda beliau yang memperkuat pentingnya ilmu pengetahuan adalah:


“Barang siapa yang mencari ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkannya untuk masuk ke surga-Nya. Para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya sebagai pertanda meridhoi apa yang dilakukan oleh pencari ilmu. Dan sesungguhnya seorang alim disirami doa-doa pengampunan oleh semua makhluk di alam semesta, tak terkecuali didoakan pula oleh ikan-ikan kecil di dalam air. Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah ibarat (cahaya) rembulan atas kerlip bintang-bintang di langit. Ulama adalah pewaris para nabi. Dan para nabi tidaklah mewariskan dirham dan dinar, melainkan mewariskan ilmu pengetahuan. Bagi siapa saja yang mengambil ilmu, maka ia telah berada di jalan yang tepat.” (HR Tirmidzi dan Abu Daud)


Sabda Nabi ini menggambarkan betapa tingginya kedudukan ilmu dalam Islam. Nabi Muhammad saw tidak mewariskan harta benda kepada umatnya, tetapi mewariskan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.


Penulis ingin mengingatkan bahwa perintah membaca, mencari, dan terus menambah ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting. Bahkan, Nabi Muhammad SAW, sebagai manusia paripurna (insan al-kamil), terus memohon kepada Allah swt agar diberi tambahan ilmu pengetahuan. Di dalam surat Thaha ayat 114, Allah swt juga perintahkan Nabi Muhammad SAW untuk selalu berdoa.


“Duhai Tuhanku! Tambahkanlah ilmu pengetahuanku.”


Doa ini menggambarkan betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan seorang muslim. Jika Nabi Muhammad saw, yang merupakan manusia terbaik dan paling sempurna, terus memohon agar diberi tambahan ilmu pengetahuan, maka bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai umatnya? Sudahkah kita layak menjadi umat yang benar-benar meneladani sikap, ucapan dan perbuatan beliau?


Peran Ulama dalam Menyebarkan Ilmu dan Menafsirkan Al-Qur’an
Ulama memiliki peran yang sangat penting dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan menafsirkan Al-Qur’an. Mereka adalah pewaris para nabi, yang bertugas untuk menjaga, mengajarkan dan menyebarkan ilmu-ilmu agama kepada umat. Sebagai pewaris nabi, ulama memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa ilmu pengetahuan yang mereka ajarkan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis.


Tafsir Al-Qur’an yang dilakukan oleh ulama sangatlah beragam, tergantung pada latar belakang dan disiplin ilmu yang mereka miliki. Ada tafsir yang lebih fokus pada aspek fiqh, yang menekankan pada hukum-hukum Islam, ada pula tafsir yang lebih bersifat sufistik yang menekankan pada aspek spiritual dan tasawuf, serta tafsir sosial yang mencoba untuk memahami Al-Qur’an dalam konteks sosial dan kemasyarakatan.


Selain itu, ulama juga memiliki peran penting dalam menjaga kesatuan umat. Mereka harus mampu menafsirkan Al-Qur’an dengan bijaksana dan adil, sehingga dapat menjadi pedoman hidup bagi umat Islam di berbagai belahan dunia. Keberagaman tafsir ini bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan atau dipertentangkan, melainkan harus dipahami sebagai kekayaan intelektual Islam yang harus dijaga dan dilestarikan.


Dalam era modern seperti sekarang ini, umat Islam dihadapkan pada berbagai tantangan yang memerlukan pemahaman ilmu pengetahuan yang mendalam. Globalisasi, teknologi informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat menuntut umat Islam untuk terus memperdalam ilmu mereka agar dapat bersaing dan bertahan dalam dunia yang semakin kompleks ini.


Ilmu pengetahuan tidak hanya diperlukan dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya seperti sains, teknologi, ekonomi, dan sosial. Umat Islam harus mampu menguasai berbagai disiplin ilmu untuk dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan peradaban manusia.


Ilmu pengetahuan merupakan kunci utama dalam membangun peradaban Islam yang maju dan beradab. Sejarah telah mencatat bagaimana peradaban Islam pada masa keemasan (Golden Age of Islam) mampu menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia, dengan tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Al-Farabi dan banyak lagi yang memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.


Peradaban Islam pada masa itu tidak hanya maju dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang sains, kedokteran, matematika, filsafat, dan seni. Ilmu pengetahuan menjadi jembatan yang menghubungkan umat Islam dengan dunia luar, sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan peradaban manusia.


Namun, untuk mencapai hal tersebut, umat Islam harus kembali kepada ajaran Al-Qur’an yang menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Mereka harus menghidupkan kembali tradisi keilmuan yang pernah ada pada masa keemasan Islam, dengan terus mencari dan menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat manusia.


Diskursus tentang Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan adalah diskursus yang tidak pernah selesai. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, mengandung ajaran-ajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Perintah membaca, mencari dan menambah ilmu pengetahuan yang terdapat dalam Al-Qur’an menunjukkan betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan seorang muslim.


Ulama sebagai pewaris nabi, memiliki peran yang sangat penting dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan menafsirkan Al-Qur’an. Mereka harus mampu menafsirkan Al-Qur’an dengan bijaksana dan adil, sehingga dapat menjadi pedoman hidup bagi umat Islam di seluruh dunia.


Dalam menghadapi tantangan modernisasi, umat Islam harus mampu menguasai berbagai disiplin ilmu untuk dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan peradaban manusia.