Sikapi Banyaknya Metode Baca Al-Qur'an dengan Metode Yanbu'a
Kamis, 11 Februari 2021 | 11:00 WIB
Ahmad Rifqi Hidayat
Penulis
Grobogan, NU Online Jateng
Pendidikan baca tulis Al-Qur'an harus ditanamkan sedini mungkin. Bahkan, guru yang mengajarkan harus memiliki sanad atau silsilah keguruan, termasuk metode yang digunakan juga diutamakan yang jelas sanad keilmuannya.
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kedungjati menegaskan pentingnya menggunakan metode Yanbu'a dengan menggelar pelatihan di Hotel Front One, Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Kegiatan itu, dilakukan sebagai bentuk dalam menyikapi banyaknya metode baca tulis Al-Qur'an yang beredar belakangan ini.
"Pelatihan ini tujuan untuk menyeragamkan metode belajar membaca Al-Qur'an sekaligus menyelaraskan dengan Nahdlatul Ulama (NU). Metode ini dibuat dari ulama NU," kata Rais MWCNU Kedungjati Kiai Qomaruddin kepada NU Online Jateng, Kamis (11/2).
Dia jelaskan, pembelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an yang berlangsung selama ini tidak sama dan belum tentu senafas dengan Ahlussunnah wal Jamaah model NU. "Memang dari dulu sudah ada metode yang digunakan, tapi metode ini (Yanbu'a, -red) kami pandang lebih baik dari metode lain," ujarnya.
Pelatihan Yanbu'a mendapat sambutan luar biasa dari para ustadz maupun ustadzah yang mengajar TPQ di wilayah Kedungjati. Tercatat dalam data panitia, 245 orang mengikuti pelatihan yang terbagi dalam dua sesi. "Alhamduliah, untuk angkatan pertama ini ada 245 peserta yang dibagi dalam dua sesi. Sekarang ini sesi pertama, dan sesi kedua nanti siang bakda dhuhur," ucapnya.
Ia berharap, peserta tidak sebatas mempelajari metode Yanbu'a. Namun lebih dari itu bisa mengamalkan dan mendapatkan keberkahan Al-Qur'an dan ulama ahli Al-Qur'an dari jalur keguruan Pesantren Yabu'ul Qur'an, Kudus. "Semoga ilmu yang didapat bermanfaat, dan mendapat barakah Al-Qur'an dan barakah dari Kiai Qur'an yang bersanad dari Simbah Arwani Kudus," tuturnya.
Sementara, Ahmad Nasih Saiq Mahin dalam salah satu paparannya menerangkan pentingnya makhraj dan kejelasan huruf yang dibaca. Sebab, ada kebiasaan kurang tepat atau salah dalam membaca harakat atau huruf lantaran terbawa oleh harakat huruf sebelumnya dengan tanpa disadari. "Membaca A bisa jadi O karena terbawa lafadz lam dalam kalimah Allah," terang Gus Nasih, sapaan akrabnya.
Di akhir sesi, Gus Nasih mengajarkan bacaan gharib, yakni bacaan yang tidak seperti lazimnya bacaan. Metode tersebut, menurutnya di beberapa pesantren diajarkan dengan menghafalkan kaidah.
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Ahmad Hanan
Terpopuler
1
MI Ma’arif NU Al Falah Karangnongko Klaten Tekankan Pendidikan Karakter dan Hidup Sederhana
2
Pulihkan Ekosistem Air, Ansor Pituruh Purworejo Tebar 1.600 Benih Ikan di Tiga Titik
3
Siti Aminah Kembali Pimpin PR Fatayat NU Kedungwaru Kidul Demak Masa Khidmah 2025-2028, Siap Perkuat Kaderisasi di Periode Kedua
4
Harlah ke-75 Fatayat NU Wonosobo, Dorong Kader Jadi Perempuan Cantik Hati dan Berdaya
5
GP Ansor Kabupaten Pemalang Gelar Konfercab, Kukuhkan Regenerasi dan Penguatan Peran Strategis Pemuda
6
JQHNU Wonosegoro Boyolali Perkuat Hafalan dan Silaturahmi Lewat Rutinan
Terkini
Lihat Semua