• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Regional

Pesantren Daarun Najaah Semarang Dijadikan Lokasi Observasi Hari Tanpa Bayangan

Pesantren Daarun Najaah Semarang Dijadikan Lokasi Observasi Hari Tanpa Bayangan
Kegiatan observasi matahari tanpa bayangan oleh mahasiswa Pascasarjana UIN Walisongo Semarang (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)
Kegiatan observasi matahari tanpa bayangan oleh mahasiswa Pascasarjana UIN Walisongo Semarang (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)

Semarang, NU Online Jateng
Mushollatorium At-Taqiy dan Lapangan Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah, Beringin, Semarang dijadikan lokasi untuk observasi falak Hari Tanpa Bayangan yang dilakukan oleh mahasiswa ilmu Falak Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

 

Kegiatan observasi ini dibimbing langsung Ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia, KH Ahmad Izzuddin yang juga Pengasuh Pesantren Life Skill Daarun Najaah dan Kepala Prodi S2 Pascasarjana Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang bersama KH Mahsun Mahfudz yang juga wakil ketua PWNU Jateng.

 

KH Ahmad Izzuddin mengatakan, hari tanpa bayangan adalah fenomena ketika matahari berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari berhimpitan dengan lintang tempat pengamat.

 

"Fenomena ini disebut kulminasi utama. Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenith. Akibatnya, bayangan benda tegak akan menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri," kata kiai Izzuddin yang juga Katib PCNU Kota Semarang di sela membimbing kegiatan observasi Selasa (2/3).

 

Selain dilakukan secara langsung (offline) kegiatan tersebut disaksikan secara online melalui sosial media oleh mahasiswa Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang di berbagai tempat.

Dikatakan, kegiatan 
observasi secara daring itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas mahasiswa Ilmu Falak dalam memahami pergerakan benda-benda langit di tengah pandemi dengan perwakilan beberapa mahasiswa Ilmu Falak. 

 

"Hari tanpa bayangan ini terjadi tepat pada pukul 11.50 WIB. Saat itu posisi matahari berada di titik Zenith sehingga benda-benda yang tegak lurus seperti pohon,  tongkat, dan sebagainya tidak memiliki bayangan,  karena bayangannya  bertumpuk dengan  benda tersebut," jelasnya.

 

Mahasiswa Pascasarjana UIN Walisongo Semarang Muhammad Thoyfur mengatakan, secara lokal di Indonesia hari tanpa bayangan menandakan perubahan musim dari musim hujan menuju musim kemarau. 

 

"Begitu pula sebaliknya karena perisitiwa ini terjadi selama dua kali dalam satu tahun bagi lintang tempat antara 23 ½° Lintang Utara - 23 ½° Lintang Selatan, dimana di Indonesia, peristiwa ini terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober," ucapnya.

 

"Instrumen yang digunakan dalam observasi ini berupa benda tegak lurus seperti tongkat dan mizwalah. Hasil observasi menunjukkan data yang diambil dari BMKG selaku penentu tanda waktu di Indonesia dan dihitung oleh mahasiswa dapat dibuktikan di lapangan secara tepat," pungkasnya.

 

Kegiatan ini didukung oleh Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADFI), Prodi Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang, Tim Hisab Rukyat Masjid Aqung Jawa Tengah (MAJT), dan Pondok Life Skill Darun Najah, Community Of Santri Scholars Ministry of Religius Afairs (CCS Mora, Program Beasiswa Santri Berprestasi) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang. 

 

Penulis: Samsul Huda

Editor: M Ngisom Al-Barony


Regional Terbaru