• logo nu online
Home Warta Nasional Keislaman Regional Opini Kiai NU Menjawab Dinamika Taushiyah Obituari Fragmen Tokoh Sosok Mitra
Minggu, 19 Mei 2024

Dinamika

Gandrung Ngaji, Wadah Berbagi Pengalaman Alumni Madrasah TBS Kudus Diresmikan

Gandrung Ngaji, Wadah Berbagi Pengalaman Alumni Madrasah TBS Kudus Diresmikan
Ketua PP IKSAB TBS, HM Haidar Ulinnuha saat webinar dan peluncuran forum diskusi Gandrung Ngaji. (Foto: NU Online Jateng/Burhan)
Ketua PP IKSAB TBS, HM Haidar Ulinnuha saat webinar dan peluncuran forum diskusi Gandrung Ngaji. (Foto: NU Online Jateng/Burhan)

Kudus, NU Online Jateng

Pengurus Pusat Ikatan Siswa Abiturien Tasywiquth Thullab Salafiyah (PP IKSAB TBS) yang merupakan organisasi alumni Madrasah TBS Kudus mengadakan webinar alumni sekaligus peluncuran forum diskusi yang diberi nama Gandrung Ngaji. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu (24/2) malam melalui aplikasi Zoom Meeting.

 

Acara yang mengusung tema Ngajakin Kenalan IKSAB tersebut, menghadirkan Ketua Umum PP IKSAB, HM Haidar Ulinnuha dan Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Alumni PP IKSAB, Maulana Ismail sebagai pembiacara dalam webinar pada malam hari itu.

 

Acara tersebut dipimpin langsung oleh Koordinator forum diskusi Gandrung Ngaji, Ferhadz A Muhammad. Dalam kalimat pembukanya, pria jebolan Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) TBS Kudus delapan tahun silam itu menjelaskan tentang spirit dibentuknya Gandrung Ngaji.

 

"Kami mengamati, kok ternyata banyak sekali alumni TBS yang berhasil menorehkan capaian keren, baik di ranah dakwah, pemberdayaan sosial, kebudayaan, ekonomi, politik, dan lain-lain. Ini keren lho, maka sayang sekali kalau tidak dipanggungkan," terangnya Ferhadz, sapaan akrabnya.

 

Ia melanjutkan, dari sana kemudian muncul inisiatif untuk membuat wadah ngaji yang sehingga ada tempat berbagi pengetahuan antar alumni dari beragam profesi.

 

"Harapannya adalah agar semua alumni, mulai dari yang sudah menjadi kiai, guru, dosen, pengusaha, politisi, pejabat, seniman, sampai pemain bola (semoga ada) bisa menyapa dan membagikan beberapa ilmunya kepada para alumni lainnya, terutama alumni yang masih muda," jelas pria asal Sarang, Rembang ini.

 

"Siapa tahu berkat forum ini, adik-adik termotivasi untuk selalu optimis berproses," imbuhnya.

 

Ferhadz yang kini tengah mengambil S2 Ilmu Politik di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur ini menjelaskan mengenai arti nama Gandrung Ngaji. Menurutnya, pemilihan nama ini sendiri terinspirasi dari arti Tasywiq dalam rangkaian nama almamater madrasah yang memiliki arti gandrung.

 

"Dalam KBBI kata itu berarti 'sangat cinta, rindu (kasih) akan...'. Mudahnya gandrung bisa dimaknai gairah cinta yang luar biasa. Sehingga saat diikutkan dengan tambahan kata ngaji, maka dapat diambil arti, bahwa para alumni sangat cinta dan bergairah akan kegiatan ngaji (belajar)," bebernya.

 

"Kegiatan Gandrung Ngaji direncanakan berlangsung rutin setiap satu minggu sekali, dengan tema-tema yang menarik seperti ke-TBS-an, ke-NU-an, keaswajaan, kajian sosial dan politik, pemberdayaan ekonomi, berbagi pengalaman dan motivasi dari alumni yang sudah menjadi tokoh, dan obrolan ringan lainnya," lanjutnya.

 

Dalam kesempatan itu, HM Haidar Ulinnuha yang diberikan kesempatan untuk membuka acara sekaligus meresmikan program Gandrung Ngaji sebelum acara diskusi dimulai. Ia juga berulang kali menegaskan bahwa IKSAB merupakan organisasi alumni yang sangat terbuka terhadap saran, masukan, dan kritik.

 

"IKSAB akan senantiasa membuka ruang dialog antara pengurus dan anggota supaya bisa saling menguatkan," ungkap pria asal Cengkareng, Jakarta ini.

 

"Untuk menjalankan roda kepengurusan IKSAB hal yang terpenting adalah sabar dan ikhlas," tambahnya.

 

Salah satu pemantik diskusi, Maulana Ismail tengah menyampaikan pandangannya dalam diskusi yang digagas oleh PP IKSAB. (Foto: NU Online Jateng/Burhan)

 

Sementara itu, Maulana Ismail, menyampaikan penegasan posisi dari IKSAB yang sebentar lagi akan dihadapkan dengan momen 1 abad usia almamaternya.

 

"Organisasi alumni merupakan sebuah kumpulan yang terhimpun sebab berangkat dari ruang belajar yang sama. Peran madrasah sejak sebelum kemerdekaan sampai hari ini tidak bisa dilupakan, karena pendiri madrasah sebagian besar juga aktivis Nadhatul Ulama," tegasnya.

 

"Terutama dalam bidang pendidikan dan penguatan prinsip Akidah Ahlusunnah wal Jamaah dari masa penjajahan sampai hari ini. Jadi harus dipahami, kita ini punya sumbangsih," pungkasnya.

 

 

Kontributor: M Burhan

Editor: Ahmad Hanan


Dinamika Terbaru