Pesantren

Hindari Kekerasan, Pesantren Harus Ciptakan Lingkungan Ramah Anak

Kamis, 21 Agustus 2025 | 16:00 WIB

Hindari Kekerasan, Pesantren Harus Ciptakan Lingkungan Ramah Anak

Pesantren ramah anak mensyaratkan santri harus dapat hidup nyaman dan aman di lingkungan pesantren. (Foto: Muharno Zarka/NU Online Jateng)

Wonosobo, NU Online Jateng 

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Wonosobo, H Panut, menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan pondok pesantren yang ramah anak. Ia menekankan, tidak boleh ada praktik bullying atau kekerasan dalam bentuk apa pun di pesantren.

 

“Pesantren ramah anak adalah konsep pendidikan yang memastikan santri merasa aman, dihormati, dan didukung dalam pengembangan potensi mereka,” ujarnya, Kamis (21/8/2025).

 

Menurut Panut, ada tiga prinsip utama dalam penerapan pesantren ramah anak, yakni lingkungan aman dan nyaman, penghormatan terhadap hak-hak anak, serta pendidikan yang inklusif. Pesantren harus terbebas dari kekerasan, diskriminasi, dan penindasan, serta memberi ruang santri untuk berpartisipasi, berekspresi, dan berkembang.

 

Ia menambahkan, pendidikan inklusif dapat diwujudkan melalui kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan karakter, life skills, dan kesadaran lingkungan. Selain itu, keterlibatan orang tua serta masyarakat juga diperlukan dalam mendukung tumbuh kembang anak di pesantren.

 

“Tujuan pesantren ramah anak adalah menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung tumbuh kembang optimal, sekaligus memperkuat pendidikan karakter,” jelasnya.

 

Meski demikian, Panut juga menegaskan bahwa pesantren tetap memiliki tradisi takzir atau sanksi edukatif bagi santri yang melanggar aturan. Menurutnya, takzir merupakan bagian dari pembinaan disiplin dan pembentukan karakter santri.

 

“Takzir diterapkan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya disiplin, tanggung jawab, dan kepatuhan terhadap aturan. Sanksi ini harus adil, konsisten, sekaligus mendidik,” tandasnya.

 

Panut menekankan, santri senior juga berperan penting dalam memberikan pendampingan kepada adik tingkatnya. Dengan bimbingan yang tepat, takzir dapat menjadi metode pendidikan yang efektif, bukan sekadar hukuman, melainkan sarana memperbaiki diri.